4th

915 120 1
                                    

Keesokan harinya...

Kringg.. Kringg.. Kringg

Suara alarm membangunkan ku dari tidur semalam. Mataku terasa sakit. Jam tidurku kurang. Sekarang sudah jam sepuluh pagi. Saatnya membersihkan diri dan sarapan.

Baru kali ini aku bangun sesiang ini. Biasanya, aku harus pagi-pagi bangun untuk membersihkan rumah, sarapan dan juga bersiap-siap untuk bekerja.

Sesuai jadwal, aku harus bertemu dengan Jungkook lagi hari ini. Seseorang yang membuatku teringat masa lalu.

Aku berjalan menuju taman yang tak jauh dari rumahku. Sesampainya disana, aku duduk di salah satu kursi panjang berwarna biru. Jungkook belum datang. Pasti dia datang terlambat.

"Hei!"

Aku menoleh untuk melihat siapa yang mengagetkan ku. Ternyata itu Jungkook. Aku berdiri dari duduk ku. Aku terkejut sangat. Aku melotot padanya.

"Kaget tau!"

"Siapa juga yang menyuruhmu melamun di siang bolong begini."

"Aku tidak melamun!"

Aku menatap Jungkook. Dia terlihat berbeda saat ini. Kemarin, Jungkook terlihat lebih berantakan dari pada sekarang. Mungkin tugasnya belum selesai atau habis dimarahi dosennya.

Jungkook juga memakai beanie di kepalanya. Tunggu! Beanie itu... Bukankah beanie itu adalah beanie yang kuberikan pada Jungkook yang dulu?

Astaga! Lupakan. Aku bisa gila. Mungkin itu hanya persis saja. Ya, pasti!

"Kau kenapa?" Jungkook menyadarkanku.

"Eh? Tidak.. Tidak apa-apa."

"Jangan melamun terus. Mau uangnya atau tidak?"

"Tentu saja! Mana uangnya?"

Jungkook mengeluarkan dompet dari dalam saku celananya. Dia mengeluarkan satu lembar uang seratus ribu dari dalam dompetnya.

"Nih. Aku cicil."

Aku menerima uang itu dan menatap Jungkook.

"Hanya seratus ribu?"

"Namanya juga mencicil."

"Kalau begini, kapan akan lunas?"

"Mungkin seminggu lagi atau-"

"Hei! Itu terlalu lama, bodoh! Aku beri waktu empat hari, call? Gara-gara kau, gajiku di potong."

"Kapan kau akan berhenti menyalahkan ku, nona pelayan? Semuanya sudah terjadi. Kalau saja waktu bisa diputar. Aku pastikan tidak akan datang ke restoranmu."

Ingin sekali aku menarik rambut Jungkook. Tetapi, beanie itu terlalu indah. Persis seperti beanie yang ku beli untuk Jungkook yang dulu.

"Ya, terserah. Pokoknya waktumu hanya empat hari."

"Aish, you make me suffer, you know?"

Aku mengkomat-kamitkan bibirku menirukan Jungkook yang berbicara bahasa Inggris. Lebih tepatnya meledek.

"Sudah selesai kan pertemuan kita? Aku pamit. Bye!"

Jungkook melambai tepat di depan wajahku, dekat sekali. Aku cemberut dibuatnya.

"Tunggu!" Aku memberhetikannya.

Jungkook yang mulai berjalan menjauhi ku kini menoleh. Dia berdiri tepat di tempat dia berhenti. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam kantong saku celananya.

"Boleh aku bertanya sesuatu?"

Jungkook hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun. Sepertinya dia sudah malas berbicara denganku, apalagi berdebat.

"Dari mana kamu mendapatkan beanie itu?"

"Aku tidak tahu. Beanie ini selalu ada di lemariku."

"Oh, begitu ya. Ya sudah, kamu boleh pergi sekarang."

Dia pergi. Aku pun ikut pergi. Kita pergi berlawanan arah. Cukup sudah pertemuannya.

TBC

Lie ; j.j.kTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang