2 : He Stole My First Kiss! (Mikha)

892 20 7
                                    

Lanjut dgn part ini~ Ajib ya dalam 2 hari berturut-turut post wkwk ^^ Part yang ini agak... yahh.... gimana ya jelasinnya, gitu deh wkwk baca aja ya ;) Please vote and comment, love you guys!

*******************************************************************************

Mikha

            Aku memainkan bola basket itu dengan malas. Bosan. Itu yang sedang kurasakan sekarang. Aku sedang menunggu Erick dan Rian yang sedang mengambil nilai olahraga di pinggir lapangan. Aku memperhatikan Rian yang mendapatkan gilirannya untuk mengambil nilai basket. Dari dulu memang Rian sudah jago sekali basket, bahkan sekarang menjadi pemain andalan tim basket sekolah kami. Guru olahraga kami, sekaligus manager tim basket, sangat menyukai Rian hingga dijadikan anak kesayangannya. Sampai-sampai para senior pun banyak yang iri pada Rian.

            Dan sekarang adalah giliran Erick. Kalau Erick sih, justru kebalikan dari Rian. Walaupun di pelajaran Erick sangat ahli, dalam olahraga ia justru amat payah. Terutama basket. Bisa dibilang, jika pelajaran olahraga tidak ada, nilai Erick pasti akan sangat amat sempurna. Huh, sebenarnya aku agak iri dengan Erick. Bagaimana bisa otaknya begitu pintar, padahal kami tumbuh bersama, main bersama, makan makanan yang tentu tidak jauh beda. Tapi kenapa aku bisa begitu bodoh??? Rian saja, walaupun nilainya tidak sesempurna Erick, masih bisa mempertahankan warna hitam di rapornya. Sedangkan raporku? Sudah seperti hutan kebakaran. Merah menyala. Hanya satu warna hitam yang ada di sana, yaitu di pelajaran olahraga. Aku memang hanya jago di olahraga, hiks.

“Tumben nungguin gue sama Erick, biasanya pulang bareng Adrian.” Suara itu mengagetkanku. Dengan tubuh penuh keringat Rian duduk di sampingku sambil memperhatikan Erick.

“Adrian bilang dia ada kerja kelompok, jadi gak bisa nganter gue pulang.” jawabku sekenanya.

Aku sedang malas membahas tentang Adrian, karena tadi kami sempat bertengkar gara-gara aku tidak sengaja melihat Adrian memeluk pinggang seorang cewek yang kayaknya masih SMP. Maklum saja, SMP dan SMA kami berada di satu gedung. Walaupun aku tidak benar-benar menyukai Adrian, gengsi dong kalau misalnya aku kalah dengan seorang anak SMP. Seorang Mikha Gretsia dicampakkan Adrian karena seorang anak SMP, berita macam apa itu. Bah. Jadi soal Adrian kerja kelompok itu, aku bohong.

“Bohong lo jelek, Mik.” ujar seseorang yang tiba-tiba nimbrung di pembicaraanku dan Rian. Ah Erick. Pantas saja ia bisa tahu kalau aku bohong, Erick kan lebih dewasa daripada aku dan Rian. Bagi kami, Erick sudah seperti kakak, orang tua, sekaligus teman. Paket komplit deh.

“Wah, Mikha bohong? Mantep lo, Mik. Di depan papa Erick berani bohong, wakaka.” ejek Rian sambil terus-terusan tertawa. Ih dasar.

“Si Adrian ngapain lagi?” Tanpa memerdulikan Rian, Erick terus menginterogasiku. Hah, benar-benar deh.

“Dia jalan bareng cewek selain gue, anak SMP yang digosipin mirip jablay itu tuh. Yang suka ngegoda cowok orang.” jelasku sedikit kesal, kemudian menyambar minuman yang baru saja ingin Rian minum.

“Ah elo, Mik. Minum gue tuh!” Rian kembali merebut minuman itu, padahal aku baru saja akan menenggaknya. Bikin makin emosi aja deh.

“Oh.” Hanya itu tanggapan Erick. Padahal tadi dia yang ngotot ingin tahu, sekarang malahan dia yang menanggapinya dengan straight. Ah, bagaimana sih aku ini, bisa lupa. Erick kan memang orangnya pelit kata. Tiba-tiba tangan Rian sudah bertengger memeluk leherku, membuatku geli saja.

“Udah tau gitu putusin lah, Mik.” ujar Rian sambil masih memeluk leherku. Aku kibaskan tangannya menjauhi leherku. Rasanya merinding, hiii…

“Gue mau putus, tapi gak ada gantinya coy.” jawabku sebal. Kalau aku tidak punya pacar, popularitasku bisa menurun.

Bestfriend or..?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang