AQUA MARINE

680 30 20
                                    

"Marine!!! Bangunlah!!! Bukannya hari ini kau bertugas untuk berbelanja bahan makanan!!!"

Aqua Marine, seorang gadis berusia delapan belas tahun yang berparas amat cantik. Tapi kebanyakan orang menganggapnya aneh. Karena rambut marine yang berwarna silver keemasan dan matanya yang berwarna ungu bergradasi jingga. Hal ini membuat Marine agak minder dan lebih memilih menjauhi keramaian. Marine lebih suka menghabiskan waktunya di halaman belakang panti asuhan tempat ia tinggal. Ada sebuah hutan kecil yang selalu membuatnya merasa nyaman. Disana ada beberapa pohon rindang yang ditinggali oleh beberapa pasang burung dan juga tupai-tupai kecil yang menjadi sahabatnya selama tiga belas tahun ini.

Marine kecil memang kurang beruntung. Ia tak pernah melihat apalagi bertemu dengan sang ayah. Begitu pula sang ibu yang menghilang begitu saja dan meninggalkannya di teras sebuah panti asuhan kecil. Marine sangat merindukan kasih sayang kedua orang tuanya. Meskipun panti asuhan tempat ia tinggal tidak terlalu buruk, tapi karena mereka menganggap Marine "aneh", mereka terkadang berbuat semena-mena dan menghina Marine. Marine kecil yang cengeng selalu berlari ke hutan kecil miliknya. Saat usia enam tahun Marine bercerita ke teman-temannya kalu ia melihat peri kecil mengetuk jendela kamarnya, tapi bukannya dipercaya Marine malah di tertawakan dan dianggap "tukang khayal". Padahal saat itu ia berkata jujur berdasarkan apa yang ia lihat dan alami sendiri. Selama tiga belas tahun ini Marine sering bermimpi didatangi Seorang lelaki tampan dengan kedua sayap bening di punggungnya yang selalu memanggil Marine "Queenie". Marine tak pernah mengerti siapa lelaki tersebut dan mengapa ia memanggilnya Queenie. Yang Marine tahu mimpi itu selalu menghampirinya saat ia bersedih. Marine menganggapnya adalah peri tidur yang dikirim oleh ibundanya.

*******

Hari ini Marine bertugas untuk berbelanja segala kebutuhan makanan panti. Ia harus pergi ke pasar seorang diri. Marine benci keramaian, Marine benci saat orang-orang memberinya tatapan aneh dan berbisik seakan Marine adalah seorang pendosa yang tak tahu malu. Marine tak pernah menginginkan rambut dan mata yang berbeda dari orang kebanyakan. Marine hanya mau hidup normal. Marine benci jadi pusat perhatian, Marine benci saat ada sekumpulan gadis yang mengejeknya dan memanggilnya si aneh. Tapi apa daya? sejak kecil Marine terbiasa menelan segala kemarahannya sendiri. Ia tak mau melukai orang lain dengan kemarahannya. Karena menurut Marine, Kebencian tidak bisa dibalas dengan kebencian juga. Lebih baik diam dan menerima segalanya. Itu prinsip hidup Marine.

Dengan tergopoh-gopoh marine membawa semua belanjaan sendiri. Meskipun lengannya lumayan panjang tapi Marine tidak sekuat itu. Bulir keringat mengucur deras dari dahinya. Marine meneguk segelas air mineral dan membereskan barang belanjaannya pada tempatnya. Setelah semua tersusun rapi, Marine berlari pergi ke hutan kecilnya. Merebahkan diri di bawah pohon rindang dan menatap langit. Sinar matahari muncul diantara celah rimbunnya daun. Angin semilir membuat Marine jatuh terlelap.

"Queenie.... Bila terjadi kebakaran berlarilah kesini. Aku akan melindungimu Queenie"

********

Seperti biasa semua anak panti sedang mengantri untuk mendapat jatah makan malam. Marine berdiri di barisan paling akhir, Marine memang selalu begitu, ia sengaja memberi kesempatan ke anak yang lebih muda untuk mendapat jatah makanan terlebih dahulu.

"IBU PANTI!!!! DAPUR KITA KEBAKARAN!!!!" Suara seorang anak memecah keriangan makan malam. Semua anak sontak menghambur ke luar gedung panti. Marine tertegun memandang sekeliling bertanya apa yang sebenarnya sedang terjadi?. "Kak Marine cepat pergi!!! Kebakaran semakin besar kak!!!" Suara seorang anak menyadarkan lamunannya. Seketika Marine ingat mimpinya tadi siang dan berlari ke hutan belakang halaman. Marine terduduk memeluk lutut. Pemandangan di depan matanya sungguh sulit dipercaya, tempat tinggalnya selama ini dilalap api dalam sekejap. Api mulai menjalar ke pepohonan belakang halaman. Kaki Marine kaku melihat api yang mulai mengepungnya. Apa ini waktunya Marine untuk mati dan menyerah pada keadaan? Kenapa lidahnya terlalu kelu untuk berteriak?.

Tiba-tiba liontin dilehernya bercahaya. Pohon yang melindungi marine tidak tersentuh api. Sesosok yang amat familiar muncul menembus cahaya biru pelindung tempat ia berdiri. Seorang lelaki tampan bersayap bening itu tengah tersenyum. Ia menghampiri Marine dan mengulurkan tangannya sambil berlutut. Marine kaget dan mundur selangkah menjauh dari lelaki itu. Marine mengabaikan tangannya dan hanya menatapnya penuh tanya. "Queenie..." Suaranya terdengar sama dengan yang selama ini ia dengar di mimpi. "Si...si...siapa kau?" Tanyanya gugup. "Ikutlah denganku maka kau akan memnemukan semua jawaban atas pertanyaanmu selama ini" Suara lembut lelaki tersebut terdengat tulus. Marine memberanikan diri untuk menyambut tangan sang lelaki yang sedari tadi ia abaikan. Seketika Marine merasakan kakinya tak lagi menyentuh tanah. Marine merasakan tubuhnya melayang dan terbang.

"Peri tidur kau mau membawaku kemana?"

"Apa?? Peri tidur???"

"Lalu kau siapa? Kau ini peri kan?"

Marine hanya menerima senyuman sebagai jawaban pertanyaannya. Pria bersayap itu terus membawa Marine terbang tinggi. Marine melihat bubuk peri meninggalkan jejak di bawahnya. "Kemana kau akan membawaku? Apakah kau dikirim Ibu untuk menjemputku?" hanya pertanyaan itu yang ada di kepala Marine saat ini.

Marine terus terbang menjauhi bumi. Saat ia melihat ke atas, ada dinding bening yang terlihat sangat kokoh. Marine menutup matanya erat saat Pria tersebut membawanya terbang lebih cepat. "Kita akan menabrak!!!" Teriak Marine sambil meronta. "Queenie... Bukalah matamu. Selama kau bersamaku maka segalanya akan aman" Pria itu berusaha menenangkan Marine. "Tapi...." Marine terlihat masih ragu. Pria itu lagi-lagi memberi senyuman manisnya. "Percaya padaku Marine" Pria bersayap itu mendorong Marine ke dinding bening tersebut dengan sekuat tenaga. Tubuh Marine melambung bebas di udara dan menabrak dinding bening. Tubuh Marine kembali terpental ke belakang, untung pria tersebut menangkapnya. Wajah Marine pucat pasi saking ngerinya. "Maafkan aku Queenie" Senyum pria tersebut terlihat seperti meledek Marine. Tapi apa daya Marine sudah lemah tak berdaya. Barusan adalah NDE (Near Death Experience) baginya. Seluruh tubuhnya lemah tak bertenaga dan membiarkan pria bersayap tersebut menggendongnya.

DIMENSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang