"Mommy!!! Aku tidak mau bermain dengan Lighten!!!" Marine tersenyum mendengar rengekan anak semata wayangnya.
"Memangnya kenapa sayang?" Marine berlutut guna manyamai pandangan mata anak perempuan berusia lima tahun itu.
"Pokoknya tidak mau!!!" Lighten tertunduk kecewa dan mundur menjauh.
"Aqua Pearly sayang... Coba beritahu Mommy ada apa?" Marine kini memangku Pearly dengan lembut.
"Karena... Karena Lighten tumbuh besar terlalu cepat! Ia kini sudah sebesar itu, sementara aku..." Marine tersenyum lagi mendengar rengekan manja anak kesayangannya.
"Pearly sayang... Lighten itu kan naga, sedangkan kamu bukan. Memangnya anggur dan apel tumbuh dengan ukuran yang sama?" Marine mencoba memberi contoh logis dan mudah dicerna karena ia tahu benar kalau Pearly adalah anak yang sangat amat kritis. Ia akan terus mencari jawaban sampai bisa diterima akalnya.
"Mommy!!! Itu Elliot!!!" Pearly langsung melompat girang saat ia melihat seekor unicorn hitam sedang menukik tajam ke padang bunga Bobhell.
"Hai Pearly..." King Hanbinie menyapa Pearly lembut dengan senyum khas yang membuat tulang pipinya menonjol.
"Paman Hanbinie!!!" Pearly berjingkrak dan menghambur ke pelukkan Hanbinie.
"Kau menangis?" Tanya Hanbinie sambil menatap Pearly dengan sangat lembut.
"Mmm... Tapi aku sudah baik-baik saja karena Paman datang" Pearly memeluk Hanbinie lebih erat.
"Dimana ayahmu?" Tanya Hanbinie sambil menggendong Pearly dan melangkah ke tempat dimana Marine memperhatikan mereka sedari tadi.
"Bobby sedang ke Bumi untuk menjemput ayahku, Pearly beberapa hari ini terus merengek karena ia sangat merindukan kakeknya" Jelas Marine yang diikuti anggukkan Hanbinie setelahnya.
"Paman kenapa lama sekali sih tidak menemuiku?" Pertanyaan bernada protes milik Pearly yang sedang bergelayut manja di pundak Hanbinie.
"Paman agak sibuk sayang... Tapi beberapa hari ini paman akan tinggal disini" Sontak Pearly turun dari bahu Hanbinie dan menatapnya serius.
"Benarkah? Itu berarti Elliot juga akan tinggal disini?" Anggukkan kecil Hanbinie membuat Pearly kecil berlari kegirangan kearah Elliot.
"Tidak hanya Paman Hanbinie saja, tapi semua paman akan datang" Marine menambahkan. Pearly terlihat semakin senang karena seluruh Paman di Dimension sangat memanjakannya, terutama King Dongie. Ia sering kali memberikan Pearly mainan canggih sehingga anak kecil itu sangat amat antusias.
"Bagaimana dengan persiapan pernikahanmu?" Marine menatap Hanbinie serius.
"Sudah 50% tapi tetap saja aku membutuhkan bantuan semuanya" Marine mengangguk. Ya memang beberapa bulan lagi King Hanbinie yang terkenal super dingin ini akan menikah. Wanita beruntung itu adalah Qeizy, seorang tabib hewan yang tinggal di Binzoo. Hanbinie pertama kali bertemu dengan Qeizy saat Elliah, anak dari Elliot terserang penyakit misterius. Tabib kastil tak mampu menanganinya, untuk itu Hanbinie membuka sayembara untuk seluruh warga Binzoo untuk mengobati Elliah. Beberapa kandidat terlihat menyerah karena penyakit Elliah termasuk sangat langka. Tapi berbeda saat seorang gadis cantik berambut cokelat tua itu muncul. Perlahan tapi pasti Elliah mulai berangsur membaik. Kekuatan spesial milik Qeizy mampu menyembuhkan Elliah. Tentu saja proses penyembuhan itu memakan waktu yang lumayan, tapi dari situlah King Hanbinie mulai menarih hati pada Qeizy. Gadis lembut dengan perangai kuat itu melumpuhkan hatinya.
Marine masih ingat betul saat Hanbinie dibuat mabuk kepayang oleh Qeizy. Si dingin itu menjadi mudah gelisah dan cemburu. Tapi berkat bantuan Marine dan Bobby akhirnya Hanbinie dapat memiliki Hati Qeizy.
"Pearly sangat mirip denganmu" Hanbinie memecah hening.
"Tentu saja. Pearly kan anakku" Balas Marine yakin.
"Tapi Pearly lebih menyenangkan dan pintar" Hanbinie bangkit dan berlari kecil kearah Pearly yang sedang bermain dengan Elliot.
"Hyah! Maksudmu?!" Hampir saja Marine melempar Hanbinie dengan kerikil.
**********
"Pearly sayangggg...." King Yun langsung memeluk Pearly sesaat setelah ia tiba di Bobhell. Rhein juga terlihat antusias tiap kali Pearly memanggilnya. Ya memang Pearly layaknya mutiara berharga di Dimension. Semua orang begitu menyayanginy. Tak hanya para King, tapi juga para binatang ajaib tunggangan setiap King dan juga para warga setiap dimensi.
"Paman Yun... Aku mau makan bubur manis buatanmu!!! Mommy pernah mencoba membuatnya tapi tidak seenak yang Paman buat" Marine tersenyum kecut mendengar perkataan Pearly, sementara King Yun hanya terkekeh gemas melihat Pearly memanyunkan bibirnya.
"Nanti paman buatkan ya sayang" King Yun mengembalikan senyum cerah Pearly.
"Siapa yang mau terbang???" Suara khas milik King dari Jinantale terdengar mengisi ruang tengah. Pearly langsung melompat dari pelukkan King Yun dan berlari kearah Jinanie.
"Paman peri!!!" Marine dan King Yun terkekeh geli mendengar panggilan Pearly ke Jinanie. Berapa kalipun Pearly diajari untuk memanggilnya Paman Jinanie, tapi tetap saja Pearly memanggilnya Paman peri. Maka mau tak mau Jinanie menerimanya tanpa bisa protes banyak.
"Paman peri, aku rindu Jinantale. Sudah lama sekali aku tidak bermain dengan peri-peri kecil disana" Pearly memang pernah tinggal di Jinantale selama beberapa bulan jadi pasti Jinantale layaknya rumah kedua baginya.
"Paman akan membawa beberapa peri kecil saat pernikahan paman Hanbinie di Binzoo jadi Pearly bisa main dengan mereka" Jinanie mendarat di atas sofa bed super besar di ruang tengah kastil Bobhell. Pearly masih bergelayut manja di lengan Jinanie.
"Yo! Pearly!!" King June mengulurkan tangan terkepal ke arah Pearly. Sontak anak kecil itu langsung membalasnya dengan berkata "bammmmm". Jinanie hanya menggeleng saat mendengarnya, terkadang menurutnya June bisa saja membawa pengaruh buruk untuk Pearly atas sikap anehnya. Tapi meskipun begitu June sangat menyayangi Pearly. Ia pernah merelakan bahunya tersiram air mendidih demi menyelamatkan Pearly yang saat itu bermain di dapur saat para orang dewasa sedang sibuk dengan acara ulang tahun Queen Amber. Kelengahan semuanya membuat Pearly kecil yang saat itu berusia tiga tahun bermain tanpa pengawasan. Beruntung saat itu Jinanie membawa serbuk peri dan mengobati luka melepuh di bahu June. Pearly menangis sesenggukkan saat itu karena ia kaget dan takut setengah mati. Ia juga khawatir pada Paman June. Tapi June tersenyum pada Pearly dan meyakinkannya kalau ia baik-baik saja.
"Berhentilah mengajarkannya hal aneh!" Protes King Chanu. Hal tersebut membuat Jinanie tersadar dari lamunannya.
"Pearly, ayo main dengan Paman saja" Chanu menggendong Pearly tanpa peduli dengan keberadaan King Jinanie dan juga June.
"Kau tidak merindukan paman?" Tanya King dari Chanuground tersebut.
"Paman kan baru saja kesini dua hari lalu" Jawaban Pearly membuat Jinanie dan June terbahak. "Kau memang seperti orang tuamu" Gerutu Chanu pelan.
"Kita ke ruang rapat sekarang" Suara husky Bobby seakan menengahi suasana di ruang tengah.
"Ayaaaaahhhhh...." Pearly langsung memeluk sang ayah.
"Ayah akan rapat dulu dengan para Paman, jadi kau main dulu dengan Lighten dan yang lain, okay?" Bobby membelai rambut anak perempuannya dengan penuh kasih sayang. Pearly mengangguk, ia bukanlah tipe anak yang akan merengek memaksa untuk terus menerus menempel pada orang tuanya. Marine selalu memberi pengertian pada Pearly tentang tugas kedua orang tuanya. Jadi meskipun masih usia dini tapi Pearly sudah paham kapan ia boleh merengek dan tidak.
"Baiklah ayah, aku main dengan mereka dulu" Pearly mencium pipi ayahnya dan pamit ke Jinanie, June dan juga Chanu.
**********
Akhirnya hari yang di tunggu tiba. Kastil Binzoo yang kelam di dekor sedemikian rupa. Nuansa dingin khas Binzoo berubah total menjadi begitu elegan. Nuansa putih mendominasi sekeliling kastil.
Berbeda dengan pernikahan Marine dan Bobby yang begitu ramai, suasana di pernikahan King Hanbinie begitu sakral dan hikmat. Tak ada section permainan khas Chanuground. King June mendekor sisi luar kastil dengan salju putih yang membalut segala sisi, sedangkan Jinanie bertanggung jawab untuk segala bunga putih di seluruh ruangan. King dari Bobhell yaitu Bobby turut serta dalam urusan lighting yang berbentuk bunga tulip guna mendekor altar hingga singgasana pengantin. Sama seperti di pernikahan Marine, King Dongie tetap mengurus perihal audio dan beberapa visualisasi yang di gambarkan dalam LED cukup besar di ruangan utama. King Chanu menurunkan para pion putih pengaman yang ia tempatkan di sekeliling sisi luar kastil. Dan yang terakhir, King Yun tetap bertanggung jawab pada sajian makanan untuk para tamu.
"Kau sudah siap?" Tanya Bobby pada lelaki berstelan jas putih yang sedang menepuk-nepul dada kirinya pertanda ia sedang gugup.
"Ey... Tenanglah! Ini tidak seburuk yang kau pikirkan" Bobby melingkarkan lengan berototnya di leher Hanbinie.
"Aku siap" King Hanbinie tersenyum yakin. Ia seperti mendapat kekuatan dan keberanian saat melihat King Bobhell itu berada di sampingnya.
Bobby menepuk bahu Hanbinie sambil tersenyum saat Hanbinie memasuki karpet putih yang mengantarnya ke altar. Para King lain juga berdiri di sisi karpet sambil memberi senyum terbaik mereka. Hanbinie tersenyum setengah terharu menatap para King satu persatu.
Seorang wanita dengan balutan gaun putih dengan kristal bening khas Binzoo terlihat begitu anggun memasuki altar. Hanbinie menatap wanita itu dengan senyum mengembang di bibirnya. Qeizy terlihat sangat amat cantik dengan riasan natural hasil para peri milik Jinantale. Qeizy tersipu saat semua mata tertuju padanya dengan takjub.
"Wah Qeizy sangat cantik" Ucapan Marine di iyakan oleh suaminya dengan anggukkan yakin. Pearly pun menarik-narik tangan ayahnya sambil menunjuk kearah Qeizy yang tengah tersenyum malu-malu.
"Aura Qeizy juga cocok bukan untuk menjadi Queen di Binzoo?" Marine menambahkan.
"Mmmmhh ya. Tapi auranya tak sekuat pengarung Dimension seperti istriku" Marine memukul lengan Bobby pelan.
"Come on....." Sungut Marine setengah tersenyum.
Sumpah janji pernikahan King Hanbinie dan Qeizy terucap dalam ikatan sakral. Kekhusyukan janji suci mereka membuat seluruh tamu di negeri Binzoo itu penuh haru. Ada buliran bening bahagia seiring sahnya sepasang pengantin yang merajai dimensi dingin tersebut.
King Jinanie terisak sambil memeluk Hanbinie sambil mengucapkan selamat. Marine terkekeh saat melihat Jinanie seperti itu. King tegas berhati lembut itu selalu mudah untuk meneteskan air mata.
"Paman peri kau menangis?" Pearly menyeka air mata Jinanie yang masih saja turun dengan deras.
"Paman Jinanie...." Pearly kini memeluk sang King dari dunia peri tersebut.
"Paman menangis karena bahagia sayang" Jinanie meyakinkan Pearly dengan menatap manik matanya.
"Paman Jinanie sedih karena kau belum menikah?" Kini giliran Marine yang menyela.
"Maksudmu?" Jinani menatap Marine tajam.
"Who knows..." Marine menaikkan kedua bahunya.
"Hyah!" Jinanie hampir saja mendaratkan pukulan ringan ke kepala Marine tapi tangan kekar Bobby menghentikannya
"Stop it..." Suara rendah Bobby mengintimidasi.
"Aish!" Jinanie terbang meninggalkan keluarga kecil itu.
"Ayaaaahhhhh...." Pearly merangkak ke pangkuan Bobby sambil mengucek matanya.
"Sleepy?" Pearly mengangguk dan menyandarkan kepalanya di dada Bobby dengan nyaman.
"Pearly sayang kita ke kamar saja" Marine mencoba membujuk Pearly.
"Ayaaaahhhh.... Paman Hanbinie akan segera punya anak laki-laki dan ia akan jadi adik sepupuku..." Lalu Pearly terlelap di dada bidang Bobby.
Benar saja beberapa bulan berlalu dan Qeizy hamil. Setelah di USG dengan alat canggih di Dongstyle ternyata ramalan Pearly menjadi kenyataan. Qeizy mengandung bayi laki-laki.
Hanbinie tentu menjadi orang yang sangat amat bahagia saat mendengar kabar tersebut. Ia memeluk Pearly dengan erat dan tak henti-hentinya berterima kasih.
"Hyah! Hati-hati nanti Pearly jatuh!!" Protes Jinanie saat Hanbinie melompat kegirangan dengan Pearly di pelukkannya.
"Dia sangat bahagia" Ucapan King Yun diamini oleh Dongie dan Bobby.
"Laki-laki? Okay!!! Akan kuajari banyak hal!!!" June antusias.
"Jangan bermimpi! Aku tak ingin keponakanku aneh sepertimu!" Chanu melirik June galak.
"Para Paman itu akan lebih protektif pada bayimu kelak, jadi bersiaplah" Marine setengah bercanda dan Qeizy tertawa riang.
"Pamannn!!!! Aku pusing!! Eunggg ayaaaahhh" Rengek Pearly hampir menangis. Hal tersebut membuat Bobby terpaksa merebut Pearly dari pelukan Hanbinie.
"Hehehe... Maafkan paman Pearly" Hanbinie tersenyum sambil menggaruk kepalanya.
Seluruh King menghampiri Hanbinie dan memberinya selamat. June dan Jinanie berebut untuk memberi nama terbaik untuk sang calon bayi. Chanu memutar bola mata saat melihat kelakuan dua king itu. King Yun sibuk merapalkan menu makanan sehat untuk Qeizy, sementara Dongie sibuk dengan rencana dekorasi kamar bayi. Bobby sibuk menenangkan Pearly yang masih uring-uringan dan Sang calon ayah hanya tersenyum menatap para King satu persatu.**********
YEAYYY!!! Untuk merayakan 1,4K readers finally aku bikin special chapter ini sebagai hadiah untuk para pembaca setia dimension. Semoga kalian suka yah!!! Aku gak berharap banyak tapi kalau diijinkan bisa mencapai 1,kK readers, aku akan bikin next special chapter dengan kisah after story dari King lain!! Enjoy Guys!!!
I LOVE YALL!!!
Thank you for all supports and love!! Im happy and touched!!!
Love.
Dhie.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIMENSION
FantasyAqua Marine, gadis berusia 18 tahun yang tinggal di sebuah panti asuhan. ayah nya sudah meninggal sebelum ia terlahir, sementara sang ibu menghilang saat ia berusia 5 tahun. tidak ada foto atau kenangan apa pun yang ditinggalkan untuk gadis itu agar...