JINANTALE

361 25 12
                                    

"Kau sudah bangun Queenie?"

"Kau ini memang tukang tidur yah"

Marine membuka matanya dan melihat pria itu sedang duduk di sisi tempat tidur. Marine melihat sekitar dan menyadari ia ada di tempat asing. Tapi entah mengapa tempat ini sungguh membuatnya merasa nyaman. Hangat, hanya itu yang ia rasakan. Marine masih terdiam bingung. Sosok pria itu terus tersenyum menatapi Marine. Marine beranjak dari kasur empuk yang sedari tadi menopang tubuhnya. Berjalan kearah balcon kamar besar itu. Angin berhembus lembut membelai rambutnya indah. Marine menatap kagum keindahan tempat asing itu. Pemandangan hijau yang menyejukkan mata, suara air terjun yang terdengar sangat menenangkan. Begitu juga peri-peri kecil yang berkerumun di sekitar Marine, mereka menyentuh dan mengagumi rambut Marine. Suara ceriwis para peri kecil itu membuat Marine terkekeh kecil.

"Kau menyukainya?" Suara khas lelaki itu mengagetkannya. Para peri kecil juga langsung berlindung ke belakang tubuh Marine. "King Jinanie pyunggg" Para peri kecil itu bertingkah seraya memberi salam penuh hormat. Marine terkekeh lagi, Baginya cara para peri memberi hormat itu sangat lucu. "Pergilah" satu kata pria tersebut membuat para peri patuh dan pergi secara bersamaan.

"Kenapa kau tertawa? Apa ada yang lucu?"

"Eh.. Tidak. Ehh... Sayapmu?"

"Mandilah dulu sana, setelah itu kita sarapan"

Lalu beberapa pelayan bersayap menghampiri Marine dan membawanya kembali kedalam ruangan. "Tunggu! Siapa Kalian? Aku... Aku akan mandi sendiri! Tolong... Tolong tunggu saja di luar" Tapi para peri pelayan terus memaksa untuk membantu Marine mandi. "Biarkan saja" Kata-kata pria itu lagi-lagi membuat mereka patuh. Akhirnya mereka membiarkan Marine masuk ke kamar mandi sendirian.

Setelah selesai mandi para peri pelayan tersebut membawakan marine gaun putih selutut yang memamerkan bahu indahnya. Gaun itu begitu lembut dan indah. Para peri pelayan membantu menata rambut Marine hingga tertata rapi. Mereka juga memberi sedikit riasan peri ke wajah Marine.

"Kami selesai pyunggg"

"Pergilah"

Pria itu membawaku ke meja makan besar yang berada di tengah ruangan. Suasana rumah ini begitu asri, begitu banyak bunga yang menghiasi setiap sudut ruangan. Pemandangan indah tersebut lagi-lagi memukau mata Marine. "Queenie" Pria itu mengisyaratkan Marine untuk duduk di kursi yang sudah ia siapkan sedari tadi. Marine menurut dan duduk. Tiba-tiba beberapa peri pelayan menghampiri Marine lagi. Melayaninya seraya ia adalah putri di dunia dongeng. Segelas susu dan salad sudah ada tepat dihadapan Marine. "Apa aku boleh makan sekarang? Aku sangat lapar" Tanya Marine sopan. Pria itu hanya tersenyum lalu mengangguk. "Lalu kau?" Tanya Marine lagi karena ia melihat sang pria hanya menatapnya saja. "Aku sudah makan duluan tadi. Kau mandi sangat lama" Marine mengabaikan kata-katanya dan hanya mengangguk kecil. Marine sibuk melahap sarapan dihadapannya.

*****

"Maaf, Bisa kau jelaskan atas semua pertanyaanku yang belum terjawab?"

Bukannya menjawab, pria itu malah menggenggam tangan Marine dan membawanya ke suatu ruangan. Marine melihat beberapa foto besar yang terpajang di dinding, matanya terhenti pada satu foto wanita yang amat mirip dengan dirinya. Wanita itu juga memakai liontin yang sama dengan Marine. Marine menoleh kearah pria tersebut seraya bertanya "Siapa dia?". Pria itu tertunduk sesaat dan menatap Marine lembut. Tak ada lagi senyum ceria tadi, Matanya seakan menerawang jauh mengenang sesuatu.

DIMENSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang