BRIDE (Final)

115 12 48
                                    

Pagi itu suasana Jinantale sangat amat sibuk, Semua orang di sana sibuk berlalu lalang menyiapkan berbagai hal. Jinanie juga tak kalah sibuk, ia mengontrol segalanya, terbang kesana kemari untu mengecek setiap detail persiapan.

"King Yun bagaimana dengan makanannya?" Jinanie menghampiri King Yun yang sedang sibuk dengan catatannya

"Hampir siap Jinanie.." King Yun melanjutkan aktifitasnya kembali tanpa memperdulikan Jinanie yang sebenarnya masih ingin bertanya.

"Donghyuk, Penasehat Jung, apa segala lighting dan audio sudah siap?" Kini Jinanie menghampiri dua orang penting dari Dongstyle.

"Kami sedang mengurus ini Jinanie.. Percayakan pada Kami" Dongie tersenyum sambil menepuk bahu Jinanie pelan

"June... Bagaimana dengan para penjaga? Sudah kau atur?" Jinanie melesat terbang saat ia melihat June di pintu masuk istana

"Kau tenang saja" June menjawab pelan sambil tersenyum ke arah Jinanie yang memasang wajah bingung

"Ahh!! Chanu!! Bagaimana dengan hiburannya?" Chanu kaget saat tiba-tiba Jinanie memblokade langkahnya dan hanya memberi kedua ibu jarinya. Setelah itu ia berlalu pergi.

Jinanie kembali berkeliling. Bertanya ini itu memastikan semua hal benar-benar sempurna. Selalu saja ada hal yang ia koreksi, dan para peri pelayanpun dengan sigap menurut.

Kini aula istana Jinantale sudah penuh dengan dekorasi berwarna putih dan Silver. Segalanya terlihat mewah dan indah. Bunga mawar berwarna-warni juga menghias di berbagai sisi. Karpet merah terhampar indah menuju ke Altar. Di pintu masuk terhias berbagai jenis bunga hasil rangkaian para peri kecil dari berbagai padang bunga Jinantale. Warna Bunga yang di dominasi putih itu membuat segala dekorasi pintu masuk menuju altar menjadi sangat elegan. Jinanie cukup puas dengan hasil kerja para peri kecil Jinantale. Sepanjang altar juga terhias berbagai macam bunga bercahaya.

Di meja makanan sudah tersedia berbagai macam makanan hasil tangan para Chef handal Yuncastle. Dari mulai menu Western, Eastern dan makanan tradisional dimension pun tersedia. Sebuah Kue Tart besar sudah menghias di tengah ruangan. King Yun sendiri yang membuat dan mendekorasinya. Kue berwarna putih itu terlihat sangat indah dengan dekorasi sederhana yang membuatnya terlihat sangat elegan.

Musik klasik terdengar di seantero Jinantale berkat bantuan teknologi dari Dongstyle. Untuk hari ini saja Jinantale akan penuh dengan alunan musik. King Donghyuk sendirilah yang memilih daftar lagu yang akan diputar selama satu hari penuh. Jinantale akan berbeda hari ini.

Barisan para penjaga telah bersiap mengawal jalannya acara hari ini. King June membawa pasukan Junwhore untuk berada di baris depan. Hal ini dilakukan demi kelancaran acara sakral milik Jinantale.

Agar warga tidak bosan maka King Chanu juga ikut andil untuk membuat hiburan dan berbagai mainan yang tersedia di halaman Jinantale. Berbagai games khas Chanuground sudah mengisi penuh halaman Istana Jinantale.

****

Dikamar yang dihiasi dengan dekorasi silver sedang duduk seorang gadis dengan gaun pengantin berwarna putih yang dihiasi dengan berlian yang berkilauan. Rambut sang gadis di tata rapi yang membuatnya semakin terlihat cantik. Tudung bening juga telah terpasang dengan rapi. Gadis itu menatap bias dirinya di dalam cermin. Mata biru jingga miliknya memancarkan aura kebahagiaan yang tak terkira. Seorang peri pelayan membawakannya sepasang sepatu silver yang dihiasi batu berkilauan dari Binzoo. "Kau sudah siap?" Tanya seorang lelaki yang menunggunya sedari tadi. Lelaki itu dengan sabarnya menunggu Marine di pintu masuk kamarnya. Meskipun ia tahu akan memakan waktu yang sangat lama untuk seorang pengantin perempuan berdandan.

Marine menoleh dan mengangguk pelan. "Bagaimana menurutmu?" Marine mengembangkan gaunnya sambil berpose. "Kau mau aku memujimu?" Lelaki itu tersenyum simpul sambil mengulurkan tangannya. "Semua sudah menunggu kita.." Marine menyambut tangan itu dan berjalan bersisian menuju aula istana. "Kau gugup?" Tanya lelaki bersuara khas itu sambil menatap Marine hangat. "Aku sangat gugup" Marine tersenyum kaku. "Tenanglah... segalanya akan berjalan lancar" Lelaki itu tersenyum lagi.

Suara riuh tepuk tangan bergemuruh saat Marine menuruni anak tangga. Semua orang terpesona dengan kecantikan Marine yang terpancar luar biasa. Queen Jinantale itu kini berbalut baju pengantin dan di dampingi oleh seseorang berjas putih yang menuntunnya dengan hati-hati. Perlahan tapi pasti Marine sampai di anak tangga terakhir. Ia tersenyum ke arah Simon yang menyambutnya.

"Terima Kasih Hanbinie..." Simon melipat lengan kanannya ke belakang dan Marine menggandengnya. Ayah dari Queen tertinggi kedua di dimension itu membawa Marine menuju ke pintu masuk altar. "Kau siap?" Simon bertanya pelan. Marine mengangguk pasti.

Di ujung altar sudah berdiri seseorang lelaki tampan dengan stelan jas silver. Ia menunggu Marine dengan senyum ceria yang terhias di wajahnya. Jinanie, King Yun, Dongie, Chanu, June dan Hanbinie berdiri bersisian di samping altar. Mereka semua mengembangkan senyum terbaik mereka. King Yun sesekali mengedipkan sebelah matanya kearah Marine. Hal tersebut membuat senyum Marine lebih mengembang.

"Terima kasih Ayah..." King Bobhell tersebut menerima tangan Marine dari tangan Simon. Simon mengangguk dan tersenyum. "Kini giliranmu" Simon berbisik pelan.

"Queenie... Kau siap?" Tanya Bobby memastikan

"Iya.. Aku siap!" Marine mengangguk pasti

"Baiklah berarti kita mulai saja" Jinanie memrintahkan dengan suara lantang.

Acara sakral tersebut berjalan khidmat dan lancar. Bobby maupun Marine bisa menjalaninya dengan baik. Sesekali Jinanie menghapus air matanya menahan haru. Gadis kecil yang selalu ia jaga itu kini telah menikah dan akan tinggal di Bobhell.

"Berhentilah bersedih di hari membahagiakan ini" Suara lembut seorang gadis menelisik ruang pendengaran Jinanie. "Catelyn?!" Jinanie kaget dengan kemunculan seorang gadis yang amat ia rindukan selama ini. Catelyn adalah tunangan Jinanie tapi selama setahun ini ia harus menjalankan misi di bumi. "Aku merindukanmu Jinan" Catelyn memeluk Jinanie erat. "Kau sendirian?" tanya Jinanie sambil melihat ke sekitar. Tapi Jinanie menemukan King Yun sudah bersama dengan Lyra, tunangannya yang sedang melambai ke Jinanie. Jinanie melempar senyum dan mengembalikan pandangannya ke wanita yang amat ia rindukan selama ini. Disisi lain ada Simon yang sedang sibuk berbincang dengan Amber. Dua orang itu juga pasti punya banyak cerita yang ingin di bagi.

"Jagalah dia dengan baik" Hanbinie menepuk bahu bobby

"Pasti!" Bobby tersenyum

"Ah.. Benar jika dengan kau, aku takkan pernah bisa menang" Hanbinie merentangkan tangannya keatas

"Kau hanya kurang beruntung. Tanyalah pada Catelyn or Lyra. Minta bantuanlah pada mereka" Bobby setengah meledek

"Maksudmu?" Hanbinie memberi tatapan bingung

"You know what i mean"

Bobby meninggalkan Hanbinie dengan senyuman nakal. Bila saja ini bukan hari sakralnya mungkin Hanbinie sudah menendang Bobby. Hanbinie dan Bobby memang sangat dekat sejak kecil, jadi persahabatan mereka sudah tidak bisa lagi diragukan.

"Istriku... My Queen..." Bobby menggoda Marine yang sedang berbincang dengan June dan Chanu

"Bobby..." Marine tersipu malu

"Kenapa kau malu-malu seperti itu Queenie? Bobby kan Suamimu sekarang" Chanu ikut meledek

"Kau anak kecil ish!" Marine menatap Chanu galak.

Sementara June hanya tertawa melihat Bobby dan Chanu yang terus meledek Marine hingga wajah putih itu semerah tomat. Marine sesekali meminta bantuan June tapi apa daya June juga sedang sibuk tertawa.

"Ini adalah hari yang paling membahagiakan untukku. Aku suka melihat keceriaan disini dan terlebih lagi ayahku dan Queen Amber juga ada disini" Marine memeluk Bobby erat.

"Kau tahu? Dibanding semuanya ini, aku sangat bahagia karena kau akhirnya benar-benar menjadi wanitaku. Aku mencintaimu istriku" Bobby mengecup kening Marine lembut.

- END -

DIMENSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang