1

5.5K 138 2
                                    


"Eun, bisakah kau kemasi sisa Pancake di belakang sana?" suara lemah lembut seorang wanita yang mengenakan celemek serta scraft sebagai penutup kepala, tampak separuh anak rambut berwarna emasnya keluar menutupi dahinya, gerak tubuhnya gesit serta cekatan mengelap beberapa meja yang di penuhi bekas kerak kue yang berserakan.

"Apakah aku boleh pulang setelahnya?" wanita yang dipanggil Eun itu melangkah mendekati wanita yang sedang membersikan meja itu, suaranya tak kalah lembut, bibir tipisnya mengukir senyum manis diwajahnya.

Wanita yang sedang membersihkan meja itu menghentikan aktivitasnya-menatap wajah wanita yang kini berada tepat di sampingnya.
Ia menghela nafas panjang, "Tentu. Berhati-hatilah Eun, sebentar lagi akan larut malam, tidak baik berjalan sendirian, terlalu bahaya untukmu." terlihat jelas kekhawatiran menyelimuti dirinya, wajah khas Eropa-nya menunjukkan ketakutan jika sesuatu yang buruk terjadi pada gadis bernama Eun itu.

"Oeni, aku akan baik-baik saja, kota ini selalu ramai. Tak ada yang perlu Oeni cemaskan." ucap Eun berusaha meyakinkan kakaknya.


~ooOoo~

Eun berbelok memasuki jalan kecil yang berada di sederetan jalan raya utama Bloomsury . Ia memperbesar langkahnya, jalan disana tidak terlalu sepi namun, tetap saja ia harus berjaga-jaga. Tidak ada yang bisa menduga kapan bahaya akan menghampiri.

Eun terus saja berjalan dengan cepat, ketika gedung apartemennya sudah kelihatan tiba-tiba ada yang mencekal tangannya.

Sontak Eun terkejut, tubuhnya mengejang takut. "Dont touch me, i don't have money." Eun menutup mata sambil berteriak sebagai reaksi ketakutannya.

"Hey, it's me, Jax. Open your eyes!" Gay yang mengaku bernama Jax itu melepaskan tangan Eun.

Eun membuka matanya, lalu menghela nafas lega, "Oh kau ternyata Jax, aku kira seorang perampok." Eun merasa tenang sekaligus lega setelah melihat siapa yang ada didepannya.

"Marcena, berhentilah bersikap penakut. Disini ramai, tidak ada yang akan menyakitimu. Percayalah." Gay itu merasa sedikit kesal melihat sahabatnya yang masih saja penakut.

Eun hanya diam, tidak menanggapi perkataan Jax.

"Marcena, may i stay at your apartemen tonight? Please." Jax memohon dengan nada bicara yang manja setelah beberapa menit kemudian-seraya berjalan pelan menuju apartement Eun.

"Jax, tidak baik jika seorang perempuan tidur dengan seorang laki-laki." Eun berjalan lebih cepat, sehingga Jax tertinggal tiga langkah darinya.

Jax mengejar Eun, "Ayolah Marcena, aku takut pulang sendirian ke apartemenku, tidakkah kau khawatir jika ada yang merampokku atau ada seseorang yang ingin menyakitiku." ucap Jax penuh harap dengan wajah memelas. Meski Ia tahu Eun tidak melihat raut wajahnya.

Eun tersenyum miring, mengingat perkataan Jax yang sebelumnya, yang mengatakan bahwa dirinya penakut, padahal Jax sendiri lebih penakut darinya.

Dasar Jax.

"Okay, tapi jangan mengajakku berbicara tentang Maxsonmu itu. Kalau tidak kau akan ku beri hamsters pliharaanku." ancam Eun dengan nada menakuti.

Light Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang