11

668 29 0
                                    

Eun duduk di hadapan cermin yang berkukuran besar. Disana menggambarkan jelas wujud dirinya.

Eun menatap wajahnya lamat-lamat.

Musim dingin, mulai menjemput kota London di bawah dinginnya tumpukkan salju. Awan tebal tak ingin membagi celah walau sedikit pun untuk matahari menyinari sinarnya.

Musim dingin, musim yang paling di bencinya. Takkala salju turun dengan lembut dan terasa sejuk di kulit membuat Eun kembali mengingat kejadian pahit nan getir itu, membuat rindunya kian terasa semakin kentara, namun tak kunjung mendapakan kepastian dari sebuah rindu yang tak terobati.

Eun menghela nafas panjang, menunduk dengan sayu. Lalu kembali mematut dirinya di depan cermin.

Semilir angin membawanya kembali merasa dingin, dingin akan kasih sayang, dingin akan cinta dua orang yang membuatnya merasa bahagia. Namun, ia juga bersyukur tuhan masih memberinya Hellen yang sangat menyayangi. Tapi tak jarang Eun merasa takut jika Hellen juga akan meninggalkannya.

Eun tertawa getir, apalah dirinya? Seorang wanita rapuh yang menutup diri. Seorang wanita yang terisolasi. Seorang wanita yang memiliki setumpuk kerinduan yang tak berarti. Pentingkah dia? Bagi siapa? Tidak ada, hanya Hellen yang menginginkannya. Bahkan ia takut jikakalau Hellen juga tak mebutuhkannya.

Akhir-akhir ini Eun seperti menyadari perubahan di hidupnya, hidupnya yang selama ini kelam perhalan mulai berwarna. Ia menyadari ia lebih ceria, dan bahkan ia sudah tak merasa canggung atau takut jika dirinya bersama seorang pria.

Eun takut, ia takut kembali jatuh ke sebuah perasaan yang indah namun juga menyakitkan. Yaitu cinta. Apakah ia mencintai Dale? Oh, tentu saja tidak, tidak semudah itu. Tapi Eun bisa merasakan bayang-bayang itu mulai menghampirinya.

Eun menghembuskan nafas perlahan, ia dapat melihat matanya mengerjap. Apakah ia cantik? Tentu saja, tidak perlu jawaban pun orang tahu bahwa ia cantik.

"Marcena, kau sudah bangun?" Dale memasuki kamarnya dengan mengelap rambutnya yang basah karena habis mandi.

Eun menoleh, mengangguk lemah.

"Kau menangis?" Dale mendekati Eun, menatapnya lebih dekat.

"Eh aku, tidak... Eh." Eun tergagap, menyadari air matanya jatuh begitu saja, lalu cepat-cepat menghapusnya.

"Kau tidak berfikir aku melakukan sesuatu padamu bukan?" Dale bertanya pelan.

Eun menggeleng cepat. Tidak, tidak, bukan itu maksudnya. Eun sama sekali tidak berfikiran seperti itu karena ia tahu Dale orang baik.

"Lalu?" tanya Dale lagi yang merasa penasaran dan perasaan bersalah.

"Tidak ada." Eun tersenyum kecut.

Dale mengangguk, "Di luar salju mulai turun. Sebaiknya kau mandi air hangat. Aku akan menunggumu di meja makan. Dan aku sudah menyiapkan sarapan yang pas untuk kita."

Eun menganguk, tentu ia tahu salju mulai turun.

Dale menyentuh pundaknya, lalu tersenyum kemudian pergi meninggalkan Eun.

Sekali lagi Eun mematut dirinya depan cermin, air matanya perlahan membasahi pipinya, terasa hangat.

Tak lama Eun segera menuju kamar mandi.

Light Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang