37

323 18 0
                                    

Dale bersiul ringan, ia menjejakan kakinya ke sebuah kedai dekat apartemennya. Kedai favoritnya. Ia sangat bahagia hari ini, barusan ia mengantar Eun pulang ke apartemennya. Ia tersenyum puas saat Eun menerima dress hijau yang ia belikan, Dale bersemu saat membayangkan tubuh sexi Eun terbalut dress hijau itu, pasti sangat cantik dan terlihat menggoda.

Dale menghentikan langkahnya, menatap sosok wanita yang berdiri tak jauh dari gang kecil itu.

"Halo, Mr.Dale." Sapa wanita itu penuh tenanga.

Dale memyerngit, siapa wanita yang barusan menyapanya, Dale memperhatikan wanita itu sejenak, wanita itu menggunakan gaun terusan berwarna hitam, kaca mata hitam dan topi hitam.

Wanita itu melepaskan kaca matanya, Dale terkesiap. Itu Katy, Dale hampir tidak mengenalnya, katy menngenkan pakian tidak seperti biasanya yang terkesan flamboyan. Warna senada, riasan simple, rambut panjang berwarna hitam pekat dan bibir natural. Katy lebih cantik seperti demikian.

"Kat, katy." Dale menyebut nama Katy dengan patah-patah, masih tidak percaya dengan sosok di depanya.

"Apa kabar Dale, kau kelihat sangat bahagia? Kenapa? Karena Eunmu... Ouch, maaf, Marcenamu kembali menjadi kekasihmu bukan? Aku lupa, kau memangilnya dengan nama Marcena, bukan Eun." Katy terdiam sejenak, "Bram yang memangilnya dengan nama Eun bukan? Kenapa kau tidak memanggil Eun saja?" Katy memngkat alisnya, menunggu.

Dale membeku, siapa Eun? Ia sempat bertanya-tanya siapa Eun? Apakah nama panggilan Marcenannya? Mengapa ia tidak tahu? Dan kenapa dosennya mengetahuinya sedangkan ia tidak?

"Eun, maksudmu?" tanya Dale bingung.

Katy tertawa kecil, sungguh Katy sangat anggun, ia sama seperti wanita lainnya, tidak lagi kesan flamboyan itu . "Kau tidak mengetahuinya? Bagaimana mungkin? Itu nama Koreanya, dan jangan bilang jika kau tidak tahu ia memiliki dua nama." Katy tertawa lagi, lebih tepatnya mentertawi wajah kebas Dale.

Dale menggeleng, "Apa maumu Katy?" Dale mendesis.

"Hanya menangih hutang. Kau belum mengerjakan tugasmu Dale." ucap Katy.

"Aku akan mengembalikan semua yang pernah kau berikan, uangmu, tiket liburanmu, semuanya." Dale mencebik.

Katy mengangkat tangannya, "Tapikah kau bisa memasukkan kembali cairan yang pernah kau keluarkan? Hmm?" Katy berkata normal, ia benar-benar berbeda dari sebelumnya.

Dale bungkam, tidak tahu harus menjawab apa.

"Kau harus melakukannya Dale." pinta Katy dengan lembut.

Fashion style Katy memang berubah, gaya bicaranya juga berubah, emosinya juga lebih terkendali. Tapi satu yang pasti, hatinya masih sama, pendendam.

"Jika kau tidak mau," Katy menggantungkan perkataannya. "Aku akan membunuhmu dengan cara tidak layak."

"Silahkan saja, bunuh saja aku. Aku tidak peduli jika aku harus mati, tapi aku tidak akan menyakiti Marcena." Dale berkata tertahan, menghujam tatapan tajam ke bola mata Katy seolah ia bisa membunuh Katy kapan saja, tapi sepertinya Katy tidak terpengaruhi oleh tatapan itu.

Katy tertawa sinis, "Baiklah, aku tidak akan menyakitimu, tapi aku akan langsung menyakiti Marcena, membunuh orang-orang yang menyayanginya, membunuh kakaknya, ayahnya, dosen olahrga itu, bahkan mungkin juga durimu jika kau menyayanginya."

Dale terkejut, "Apa maksudmu?" tanya Dale.

"Kau yang menjalani tugasmu seperti yang pernah aku katakan, atau aku yang langsung menyakitinya dengan cara yang lebih menyakitkan. Kau punya pilihan Dale. Aku akan menunggu jawabanmu malam ini." Katy berkata terakhir kalinya lalu pergi dari sana, menyetop sembarang taxi.

Dale membeku, dadanya terasa sesak, seharusnya ia tahu dari awal, ia tidak akan bisa lepas dari Katy.

Dale mengusap wajahnya yang kebas, lalu menelan ludahnya dengan susah payah.

~ooOoo~

Nyolong waktu istirahat buat ngetik naskah😀
Sekarang lagi overbusy krn nyiapin diri buat UN nanti. 😀

Light Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang