45

466 21 2
                                    

Hampir saja dagu Eun menghatam aspal jika ia tidak segera mengangkat kepalanya saat ia terjatuh. Badannya terasa sakit untuk berdiri.

Bram memgahampiri Eun dengan gerakan cepat ia menduduki tubuh Eun.

"Eun, kau baik-baik saja?" Bram bertanya cemas.

Eun hanya menggeleng, ia tak yakin dalam kondisi saat ini ia masih baik-baik saja.

"Kau kemana saja Eun, aku mencarimu." Bram berteriak, mengalahkan suara hujan yang berjatuhan.

"Kenapa kau mencariku Bram?" Eun juga berteriak, hujan semakin turun dengan derasnya. Hingga Eun dapat melihat betapa banyak bulir hujan yang silih berganti mengalir di wajah Bram.

"Karena aku menghawatirkanmu Eun." Bram merangkul tubuh lemas Eun dan membopongnya untuk berteduh di salah satu beranda ruko.

Eun mencicit kedinginan wajahnya pucat pasi, buku-buku tanganya memutih.

Bram mengusap wajahnya, "Kenapa kau menjauhiku Eun?" Bram menunduk menatap tubuh Eun yang ringkih. Wanita itu sangat kurus, ini adalah pertama kalinya Bram bertemu dengan Eun semenjak di pusat perbelanjaan, Hellen sering mengatakan Eun kurus, namun Bram tak menyangka jika tubuh Eun susut sebegitu kurusnya.

"Ka-karena aku malu, aku tidak pantas untuk bertemu dengan orang sebaik dirimu Bram." Eun berkata lirih ia menunduk menyembunyikan wajahnya dan air matanya yang mulai menetas, begitu hangat di pipinya yang dingin.

Bram menghela nafas frustasi, ia berjongkok mencoba mencari wajah Eun disana. "Kenapa kau bilang begitu?"

"Karena aku terlalu hina." Eun tidak bisa menahan derasnya air mata.

"Eun," Bram bergumam lembut seraya menaikkan dagu Eun, untuk melihat wajah wanita itu.

Eun menurut, hatinya terenyuh saat mendapati tatapan Bram, Eun tau persis tatapan itu. Tatapan khawatir, cemas, takut, sedih bahkan sayang.

Bram menghapus air mata Eun dengan sangat lembut, menatap Eun dengan tatapan sayang. "Jangan pernah berkata seperti itu." ucap Bram.

Eun menggeleng, "Tidak Bram, seharusnya aku menurutimu dari awal, aku yakin aku tidak akan seperti ini sekarang." Eun menangis kencang, jelas tergambar penyesalan dan keksalan dari air muka Eun.

"Tidak apa Eun, ini akan baik-baik saja. Kau bisa kembali lagi padaku. Aku akan menjagamu seperti saat Dale pergi." Bram berkata tegas, tak ada keraguan di dalam suaranya.

Eun menggeleng penuh sesal, "Juga setelah kau tahu aku sedang mengandung anak Dale?" Eun berkata lirih.

Bram terhenyak atas pengakuan Eun, Eun hamil? Bram tecekat nafasnya tiba-tiba tertahan seperti ada jutaan jarum kecil  yang menusuk-nusuk di hati Bram, nyilu, butuh beberapa detik untuk mengembalikan kesadaraannya.

"Aku tahu kalau akhirnya kau akan memilih meninggalkanku setelah mengetahui aku sedang hamil."

Bram masih terdiam, ia masih tidak percaya dan masih tidak terima dengan semua yang terjadi pada Eun. Namun ia segera melupakan pengakuan itu ketika Eun membekap mulutnya dengan tangan.

"Eun..."

Eun beteriak pilu di sela tangisnya, ia benar-benar frustasi."Bram, kenapa kau menjauh saat aku memutuskan untuk merawat Dale waktu itu? Apakah kau marah padaku?" Eun bertanya pelan, menatap Bram dengan tatap sayu.

"Karena ku fikir kau tidak membutuhkan ku lagi. Jadi aku menjauh, dan bukannya akhirnya kau menerima ajakan Dale untuk kembali berpacaran bukan?" Bram berkata pelan, hatinya masih terasa sakit, ia menerima Eun apa adanya. Tapi Eun hamil, hal itu membutnya sedih dan kecewa.

Light Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang