14

564 25 0
                                    

Eun melangkah santai di pinggir jalan raya. Meski salju terus turun mengenai jaket tebal bulu dombanya. Ia meminta Dale menurunkannya sebelum sampai di depan rumah Hellen.

Semoga saja dengan seperti ini kebenciannya terhadap musim dingin dapat berkurang.

Sebenarnya bukan musim dingin yang salah. Tapi suasananya yang membuatnya merasa kalut.

Eun berjalan dengan wajah cerah seolah tak ada masalah apa pun dengan salju yang hinggap di kepalanya, awalnya hanya titik-titik kecil namun lama kelamaan Eun merasakan kepalanya mulai terasa basah dan dingin. Untung saja jaketnya mampu melindunginya dari suhu dingin yang sangat menusuk, sehingga hanya kepalanya yang basah.

Eun terus berjalan melewati bangunan demi bangunan. Tadi pagi Eun di antar oleh Jax, pulang kuliah Hesty mengajak Eun duduk sambil menonton film Action terbaru. Sang pemilik cafe tidak keberatan ada pengunjung yang duduk di cafenya hingga hampir seharian. Dan barusan saja Dale menjemputnya pulang, Hesty hanya nyengir dan mengajukan jempol saat melihat Dale menjemputnya.

Eun menengadah, salju terasa lembut mengenai wajahnya. Lalu menghela nafas berat.

Eun melirik jam tangannya, sekarang jam lima, masih ada dua jam waktunya hingga Dale menjemputnya pergi ke pesta.

Semula Eun menolak ajakan Dale, tapi Dale bilang jika tidak ingin ke pesta anggap saja sedang menonton pertunjukannya yang sebagai gitaris.

Eun akhirnya menganguk pasrah ketika Dale terus mendesaknya.

Eun memperbesar langkahnya saat ia hampir tiba di rumah yang sekaligus toko kue Hellen.

Eun menyerngit ketika ia melihat di ujung sana Hellen sedang berbicara dengan seorang pria berambut cokelat tua dan mengenakan jas hitam.

Hellen tertawa kemudian melambai tangan ketika pria berjas hitam itu masuk ke dalam Van hitam mengkilap.

Eun terus berjalan bersamaan dengan rasa penasaran yang terus mengikutinya.

"Eun kau sudah pulang, ayo masuk." Hellen dengan riang menyambut Eun yang melangkah perlahan.

Eun mengangguk. Hellen berkata, "Ini aku punya pizza, kau makan ya." Hellen menyodorkan sekotak pizza yang sepertinya kelihatan masih agak hangat.

Eun menarik kursi, "Siapa yang membeli pizza?" tanya Eun seraya meraih sepotong pizza.

"Eh-eh tadi aku memesannya." jawab Hellen dengan riang namun terdengar gugup saat di awalnya.

"Yang tadi siapa?" tanya Eun lagi sambil mengunyah pizza, tatapannya tak luput dari wajah Hellen.

"Yang mana?" alis Hellen bertaut.

"Pria yang membawa Van hitam." kata Eun santai, kembali menggigit pizzanya.

"Eh itu..." Hellen meraih lap meja, "Itu pelangan setia toko kue kita." katanya.

"Oh ya? Kenapa aku tidak tahu?" Eun mengingat-ingat apakah Hellen pernah berkata pelangan setia, sepertinya tidak.

"Kau 'kan kuliah Eun. Mana sempat mengetahui tentang toko kue, lagi pua kau lebih senang membaca buku sejarah ketimbang membahas pelanggan setia." Hellen tertawa sumbang, mungkin menutupi sebuah kebohongannya.

Light Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang