1. Messages From Adi Prasetya

110 4 3
                                    

Pascal melangkah cepat ke arah apartmentnya. Langkahnya terhuyung. Salju yang turun membasahi tubuhnya, membuat tubuhnya menggigil.

Sebuah amplop coklat tergeletak di atas meja kamarnya. Posisinya tetap sama, tidak berubah tanda benda itu belum disentuhnya sama sekali sejak diterimanya siang tadi dari Bowo, kakak kandung Adi yang sedang berkunjung ke Amerika untuk urusan bisnisnya (saking sibuknya, mereka nggak sempat bicara banyak!). Sebuah post it berwarna merah tertempel di atas amplop itu.

Pascal, ini titipan almarhum Adi buat lo.

Sorry baru gue kirim sekarang.

Setelah Adi meninggal, banyak urusan yang harus gue selesaikan.

Pesan Adi, dengerin CD dulu baru lo buka flashdisknya.

Rgds,
Bowo

Pascal tercenung sambil memegang erat benda itu. Dirobeknya amplop coklat itu. Isinya sebuah CD. Jantung Pascal berdebar kencang. Tangannya gemetar. Apa ini, fikirnya waktu melihat cover CD itu. Tidak ada judul di sana. Diputarnya CD itu di laptopnya.

"Cerita Ini Tentang Liandri."

Desah suara Adi pelan. Membuat perasaan Pascal menjadi tidak menentu.

"Masih suka dengerin Coldplay? Group musik favorit kita dan juga Liandri, istri gue.

Sampai gue mau mati, gw masih sukaa aja sama ini lagu. Fix You. Dan banyak lagu lainnya. Dan entah kenapa, gue ingin membagi cerita ini dengan elo. Mungkin karena gue udah anggap elo sahabat baik gue. Ehem walau tingkah elo banyak juga bejatnya, terutama terhadap kaum cewek. Bertobatlah teman. Hahaha, pasti elo nyumpah-nyumpah, orang penuh dosa kaya gue bisa kasih nasehat beginian sama elo. Tapi soal cewek, gue serius man. Jangan pernah maen-maen dengan cewek. Okay?"

Sampai di sini, Pascal tersenyum simpul.

Kemudian terdengar desahan nafas Adi seperti menahan sesuatu. Bisa Pascal bayangkan Adi yang saat itu sudah terbaring sakit di sebuah rumah sakit di Jerman sana, berusaha menuntaskan pesan yang akan dia kirimkan ini. Padahal waktu Adi sakit, Pascal sempat menjenguk. Tapi Adi saat itu sudah dalam keadaan koma. Jadi Adi tidak pernah tahu bahwa dia sempat menjenguk sahabatnya itu.

Hening. Tapi ini tidak berlangsung lama. Lamat, Pascal mendengar suara Adi lagi.

"Bro, biar gue pergi dengan tenang, maafin atas segala salah gue. Seumur hidup kita temenan, rasanya gue belum pernah minta maaf ke elo, padahal elo selalu membuka hati elo buat gue yang bejat ini. Dan ini waktunya gue minta maaf. Atas kesalahan, kejahilan, keisengan yang gue lakukan terhadap elo. Oke?

Dan seperti pembicaraan kita dulu di teras belakang rumah elo, kalau elo bisa, tolong jagain istri gue. Tapi gue nggak maksa. Hanya kalau elo bisa. Hanya kalau elo mau serius sama Li dan nggak menyamakan Li dengan cewek lainnya yang pernah deket sama elo. Gue percaya sama elo Cal. Percaya banget makanya gue mau nitipin Li ke elo.

Ahh, rasanya ini sudah waktunya. Waktunya untuk ..............."

Terdengar isak tangis Adi. Pascal menegakkan badannya. Benarkah ini Adi yang menangis? Sampai beberapa saat Pascal menunggu, Pascal tidak mendengar lagi suara Adi.

Tubuh Pascal menggigil. Kemudian dia teringat sesuatu. Dikirimnya email untuk atasannya.

_______________________________________________________________

From: Pascal Pradipto Harimurti

Subject: I will go back to Indonesia

Date: January 11 2006: 02.00 PM

Kabut dan PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang