Pukul empat sore. Di depan sebuah halte Li berhenti. Macetnya ampun-ampunan. Li menunggu di halte, sambil celingukan mencari Kopaja.
Li memasukkan HP nya ke dalam tas. Barusan dia membatalkan janjinya bertemu Hasriel di Ritz Carlton karena Li merasa sangat capek hari ini dan melihat macetnya jalanan di sore ini tidak memungkinkan buat Li untuk tiba di situ dalam waktu satu jam dan dalam keadaan rapi dan wangi. Masa ketemu Hasriel bau knalpot Kopaja.
Padahal Hasriel mau saja menjemputnya di sini dan mengajak Li ke tempat lain, tapi Li merasa tidak enak.
"Li!" seseorang memanggil namanya. Li menoleh. Karena halte tidak begitu ramai, Li langsung tahu siapa yang memanggilnya. Cepat dia berpegangan pada halte, tubuhnya nyaris limbung.
Pascal? Nama itu hanya dia mampu ucapkan dalam hati.
Dan Li pun melesat masuk dalam sebuah Kopaja – entah jurusan apa Li tidak peduli. Meninggalkan Pascal yang hanya bisa terpaku.
****
Sebuah amplop berlogo PT. Hightech Solution, perusahaan yang mengeluarkan product laptop dengan merek "Dinamyc". Salah satu laptop favorite Li karena aplikasinya yang sangat lengkap dengan harga yang terjangkau. Beda banget sama Hasriel yang ngefans banget sama produknya Apple. Sama kaya Adi dan Phil. Kalau Phil ya wajarlah, dia kan orang Amerika. Tapi masak Hasriel juga kepincut sama produk itu.
Dada Li berdegup kencang. Apa ini surat panggilan kerja? Saat ini Li belum bekerja di kantor manapun. Kegiatannya dari hari ke hari mengajar komputer di sebuah tempat kursus komputer yang hasilnya lumayan buat bertahan hidup di Jakarta ini. Tapi mana mungkin ini panggilan kerja karena Li merasa nggak pernah melamar ke ke perusahaan ini. Li membukanya perlahan. Kemudian, "Hasriel, apa-apaan sih kamu?" katanya sambil ke luar kamar dimana Hasriel dan Desta, pacarnya Anggie sedang berbincang dengan asyik.
"Ada apa?" tanya Hasriel kebingungan.
"Ini!" teriak Li panik sambil melemparkan amplop itu. Hasriel mengambilnya kemudian membacanya. Aneh, wajahnya mendadak tersenyum
"Wah, selamat ya. Kamu terbang ke Amerika."
"Loh emang Li ngapain sampai bisa terbang ke Amrik?" tanya Desta heran.
"Tulisannya memenangi lomba yang diadakan PT. Hightech Solution dan sebagai hadiahnya, Li berhak mengunjungi Harvard University!"
"Wow. Selamat ya Li," Desta mengulurkan tangannya ke Li yang disambut Li dengan lemah.
"Kapan gue ikut lomba?" tanya Li panik.
"Waktu itu pengumumannya ada di koran. Perusahaan itu memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk menuliskan pengalamannya dalam memperkenalkan teknologi komputer kepada orang lain. Dan aku mengirimkan tulisan itu atas nama Li dan Boris."
Baru saja nama Boris disebut, telpon genggam Hasriel berdering.
"Hallo Ris. Iya, Li juga sudah dapat suratnya. Selamat ya."
".................."
"Iya. Li marah. Ngambek. Tapi aku cuek. Memang tulisannya bagus kok."
".............."
"Oke. Nanti aku sampaikan. Selamat ya Ris."
Hasriel memasukkan handphonenya ke saku bajunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabut dan Pelangi
Любовные романыSinopsis Liandri tidak pernah menyangka akan bertemu dengan Adi Prasetya. Laki-laki itu menghadirkan pelangi dalam hidupnya yang kelam. Bersama Adi, Li menemukan kebahagiaan. Sayangnya, takdir memisahkan Li dan Adi untuk selama-lamanya. Kanker otak...