9. Please Don't Go

33 1 0
                                    


Digsacom Tower, empat tahun kemudian.

Sebuah email yang dikirimkan oleh Li membuat Hasriel dalam sebuah perenungan di pagi hari yang sibuk ini. Email yang biasa saja sebenarnya, tapi cukup membuat jantung Hasriel berdegup kencang.

-----------------------------------------------------

From: Liandri

Subject: CANDI

Date: January 3, 2010: 07.45 AM

To:Hasriel Putra Wibawa

Guess what Riel? David mau datang ke Jakarta. Kamu pasti denger kan ada penemuan candi baru di Muara Enim – Sumatera Selatan? Nah David mengajak aku ikut team penelitiannya dia. Aku nggak akan ikut full karena pekerjaan aku di GAS juga nggak bisa ditinggal gitu aja. Paling nggak aku ambil cuti selama seminggu. Dan yang aku senang, beberapa dosen dan teman kuliah ku dulu akan ikut terlibat dalam proyek ini.

Duh Riel, pasti senang banget kalau memang ditemukan candi baru di situ.

Can't wait to see u soon to talk about it.

Love,

Liandri

Programmer

PT. Global Arthasemestaraya

_________________________________________________________________

Hasriel tercenung. Pena yang baru saja dipegangnya terjatuh ke lantai. Dipungutnya benda itu kemudian diketuk-ketuknya di mejanya yang mengkilap. Sekilas matanya menatap sebuah bingkai foto di salah satu sudut mejanya. Fotonya bersama Li waktu Li diwisuda dengan latar belakang Universitas Harvard. Apa kata Li tadi? Li mau penelitian dengan David yang notabene sampai detik ini masih mengharapkan Li? Di Muara Enim pula, jauh dari pusat keramaian? Ini sama aja artinya memberikan kesempatan kepada bule itu untuk terus menempel sama Li.

Selama empat tahun hubungannya dengan Li, rasanya Hasriel hampir tidak pernah melarang Li untuk bergaul dengan siapapun. Tidak pernah melarang Li untuk ikut kegiatan apapun selama kegiatan itu tidak bertentangan dengan hukum. Dulu waktu mereka masih di Amerika, kalau Li pengen ikutan clubbing bersama Petra, Hasriel tidak melarang asal Li nggak menenggak minuman keras aja. Asal Li tetap ingat batas-batasnya.

Sejak Hasriel menerima pinangan Bowo untuk bekerja di Digsacom, praktis kesibukannya sangat padat. Bertemu dengan Li pun hanya bisa di hari Sabtu atau Minggu, itu pun kalau Li atau dia tidak sibuk tertelan oleh pekerjaan yang menggunung. Lalu kalau Li memilih untuk bergabung dengan David ke Muara Enim sana, kapan waktu untuk dia?

Setelah lulus kuliah, Li sendiri tetap tidak mau bergabung dengan perusahaan Om Laksmono dan memilih joint dengan Phil di GAS. Sebagai konsekuensinya Li harus membayar denda yang lumayan besar, pada Om Laksmono sesuai perjanjian semula. Praktis karena denda itu juga, sepulang dari Amerika dia dan Li menjadi bangkrut total. Miskin. Kere. Namun apapun keadaan keuangan mereka (taela kaya gue sama Li sudah nikah aja, di bagian ini Hasriel tersenyum kikuk) kalau itu dijalani bersama Li, rasanya menjadi lebih mudah.

Saat tiba di Jakarta Hasriel sudah bersiap melanjutkan karirnya di perusahaan manapun yang siap menampungnya. Menabung, menabung, itu yang ada di fikiran Hasriel. Saat itu memang keadaan keuangannya sangat pas-pasan karena membantu Li membayar hutangnya pada Om Laksmono. Setahu Hasriel, Om Laksmono sendiri tidak pernah menagih hutang pada Li tapi Li yang berkeras untuk membayar ke Om Laksmono. Dan waktu Li bilang mau bayar dengan uang tabungannya hasil penjualan Digsacom ke Bowo, Om Laksmono melarangnya.

Kabut dan PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang