Mereka tiba di Lembang lebih cepat dari yang dia duga. Udara pekat dan dingin. Cepat Li menyusuri lapangan yang gelap. Di salah satu sudutnya Li melihat banyak orang yang berkumpul. Masing-masing sibuk dengan teleskopnya. Salah seorang terlihat berdiri dengan susah payah. Tubuhnya berbalut jaket tebal dan kelihatan sekali dia berusaha menahan dinginnya udara malam. Itu kan jaket dan syal Pascal.
"Pascal!" pekik Li sambil memeluk Pascal dari belakang. Tubuh Pascal menegang dalam rengkuhan tangannya.
"......."
"Kamu tuh ya suka bikin kita semua bingung."
Pascal masih diam.
"Aku nggak mau kehilangan kamu Cal. Aku pernah kehilangan Adi dan kini aku nggak mau kehilangan kamu," katanya memeluk Pascal makin erat. Diciumnya tubuh Pascal dari belakang. Jujur wanginya bukan Pascal banget. Mungkin Pascal ganti parfum.
Terdengar cekikikan geli di ujung sana. Li menoleh ke kumpulan orang-orang itu dengan bingung.
"Woi, Pascal di sini!" teriak mereka sambil menunjuk Pascal yang berdiri di samping Hasriel yang tersenyum melihat tingkah Li. Lho, terus yang tadi Li peluk dan cium-cium siapa? Laki-laki itu membalikkan tubuhnya.
"Hai. Gue Agam. Gue baru datang dari Medan trus langsung diajak Pascal kabur ke sini. Gue nggak bawa jaket karena memang nggak punya rencana nginep di sini. Trus Pascal minjemin jaket ini," katanya mengulurkan tangannya. Tawa di ujung sana makin memekakkan telinga Li.
Sumpah Li maluuu banget. Maluuu banget sampe ke ubun-ubun.
Pascal melangkah ke arah Li. Agam sudah menghilang dari hadapan mereka. Berdiri berhadapan begini dengan Pascal, bikin Li salah tingkah juga.
"Pernah lihat Planet Mars?" tanya Pascal.
Li menggeleng.
Pascal menarik tangannya ke sebuah tempat yang lebih gelap di mana banyak orang sudah berkumpul di sana.
"Itu teleskopku," katanya. Li meneropong dengan bantuan teleskop Pascal.
"Kelihatan nggak?" tanya Pascal di belakang Li.
"Yang berwarna merah itu ya Cal?"
"Yup. Keren kan?"
Li membalikkan tubuhnya. "Keren," jawab Li sama antusiasnya dengan Pascal. "Kok kamu kabur dari rumah sakit?"
Pascal tertawa. "Aku nggak kabur kok. Pagi tadi aku memang sudah diperbolehkan pulang. Sorry aku nggak bilang sama yang lain. Sama Beno. Sama kamu juga. Aku nggak mau di heboh-hebohin. Apalagi Beno punya rencana mau bikin upacara penyambutan keluarnya aku dari rumah sakit."
"Tapi setidaknya kamu ngasih tahu," omel Li.
"Harusnya iya. Maaf ya."
"Hanya Agam yang kamu kasih tahu?"
"Kalau Agam, nggak sengaja sih. Waktu aku keluar, Agam tiba di rumah sakit sambil membawakan pesan dari Bruce. Trus aku bawa kabur dia ke sini."
"Orang itu ya habis DB masih terbaring lemah di tempat tidur. Lha kamunya sempat-sempatnya melihat Planet Mars. Badanmu itu masih perlu recovery tahu. Kalau kamu ambruk lagi gimana." Li ngomel –ngomel ke Pascal. Dikasih omelan seperti ini, Pascal hanya bisa diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabut dan Pelangi
Lãng mạnSinopsis Liandri tidak pernah menyangka akan bertemu dengan Adi Prasetya. Laki-laki itu menghadirkan pelangi dalam hidupnya yang kelam. Bersama Adi, Li menemukan kebahagiaan. Sayangnya, takdir memisahkan Li dan Adi untuk selama-lamanya. Kanker otak...