Seorang laki-laki memasuki kereta yang akan membawanya ke Malang. Rambutnya ikal, pirang, kaya bule. Kalau diperhatikan mirip Chris Martin, vocalis Coldplay itu. Padahal dia orang Indonesia tulen. Tubuh jangkungnya -tapi tetap proporsional - tampak menjulang diantara lalu lalang orang yang ada. Hasriel membaca tiket keretanya, kemudian tersenyum. Dia duduk di salah satu bangku, tepat di pinggir jendela.
Kereta bergerak perlahan. Hasriel memandang rumah-rumah bedeng di sepanjang rel kereta yang dia temui. My Indonesia. My Indonesia yang sudah lama nggak gue kunjungi. Baru tiga bulan ini Hasriel tinggal di Indonesia, bekerja sebagai programmer komputer. Setelah menyelesaikan projectnya, Hasriel mendapatkan jatah cuti dan memutuskan untuk menghabiskan cutinya kali ini ke Malang, mengunjungi lagi untuk kesekian kali makam ayah dan ibunya yang dimakamkan di Malang. Walau sudah tiga bulan ini tinggal di Jakarta, sampai detik ini Hasriel masih sering terperangah melihat kemajuan negaranya sendiri. Gedung-gedung bertingkat. Jalan tol. Mall-mall yang memajang rancangan desainer dunia. Tapi di sudut lain, Hasriel melihat rumah-rumah kumuh. Gelandangan dan pengemis di beberapa ruas jalan Jakarta. Hasriel merasa miris.
Cowok berambut ikal itupun terpaku menatap jalanan. Sesekali dia mengusap mukanya.
It's your Indonesia Riel, fikirnya. Apapun itu, inilah negara kamu. Bukan Finlandia tempat lo menempuh pendidikan dan tinggal. Bukan negara-negara Eropa yang pernah lo kunjungi. Bukan juga Amerika tempat lo menuntut ilmu di bangku kuliah dan tempat lo mencari nafkah beberapa tahun terakhir ini.
Hasriel mengeluarkan laptopnya. Benda yang selalu menemaninya berkeliling hampir ke seluruh pelosok negeri. Tapi sejurus kemudian, Hasriel merasa jenuh. Ditutupnya dan disimpannya benda itu.
Kereta masih melaju. Mata Hasriel pun terpejam. Tapi fikirannya berkelana. Tidak tentu arah.
Setelah mengunjungi makam ayah dan ibunya, mau ngapain lagi, fikir Hasriel bingung. Hasriel terbangun lagi. Kali ini diambilnya sebuah brosur wisata nya. Bromo, fikir Hasriel sambil tersenyum lebar. It's amazing. Kemudian cowok ganteng itu pun kembali terlelap.
****
Uh, untungnya Pak Alif atasannya menerima alasan pengajuan cutinya yang mendadak ini. Dengan alasan keperluan keluarga yang sangat penting, Li diizinkan cuti. Li perlu mengobati sakitnya. Yah, dia memang sakit. Hatinya yang sakit. Dan sakit itu makin perih tatkala dia bertemu dengan Pascal, sahabat Adi. Hari ini Li memutuskan untuk menenangkan diri dengan melihat pemandangan yang bagus dan indah.
Hujan kembali membasahi tanahnya. Li tiba di Terminal Arjosari. Cepat dia masuk ke dalam terminal. Semoga di Probolinggo tidak hujan. Bisa batal nih acara merenung di puncak Bromo fikir Li. Belum ada mobil yang ke arah Probolinggo. Li duduk di bangku di terminal Matanya menerawang, melihat-lihat, takut ada orang-orang yang dikenalnya. Sepertinya aman. Li menarik nafas lega.
Seorang laki-laki menenteng ransel duduk di sebelahnya. Sepertinya bule. Kalau di perhatikan lagi, nih cowok mirip banget sama Chris Martin vocalist Coldplay itu loh, waktu di video klip Fix You. Rambutnya ikal pirang, nggak terlalu gondrong. Tinggi. Nggak terlalu gemuk. Nggak terlalu kurus. Pas banget. Kulitnya putih tapi nggak pucat. Shit, kenapa gue jadi atraktif begini dengan bule ini dan membandingkan si bule ama Chris Martin segala. Duh Li, please deh, jangan sampai jadi janda genit.
Mata Li pun memandang lurus ke depan. Sebuah bus jurusan Jember tiba. Jember kan melewati Probolinggo, artinya Li bisa menaiki bus ini. Li bangkit dari duduknya dan menudung kepalanya masuk ke dalam bus itu. Li memutuskan untuk duduk di depan. Tidak berapa lama cowok yang tadi Li lihat di terminal juga masuk ke dalam bus dan duduk tepat di sebelah Li.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabut dan Pelangi
RomantizmSinopsis Liandri tidak pernah menyangka akan bertemu dengan Adi Prasetya. Laki-laki itu menghadirkan pelangi dalam hidupnya yang kelam. Bersama Adi, Li menemukan kebahagiaan. Sayangnya, takdir memisahkan Li dan Adi untuk selama-lamanya. Kanker otak...