Seketika cekalannya di pergelangan Shinhye terlepas. Di benaknya melela kejadian tragis itu selintas, saat ia dibawa ke Rumah Sakit untuk bertemu ayahnya dan itu merupakan pertemuan terakhirnya.
"Aku tahu kau sangat menginginkan posisiku Seungjun-ah, makanya dengan segala cara kau mencoba mengintimidasiku." cecar Yonghwa.
"Sebaiknya kita ke dalam saja, Yonghwa-ssi. Tidak usah meladeni orang gila ini!" Shinhye ganti menarik tangan Yonghwa, tapi langsung ditepisnya.
Tidak ingin percaya dengan bualan lelaki pembuat masalah ini, tapi dia sudah menyebut-nyebut nama ayahnya. Sama dengan menantangnya bertarung dengan tangan terbuka.
"Sebaiknya kau jangan marah dulu, Yong-ah. Tapi periksalah dulu kebenarannya!" seringai Seungjun senang dengan kemarahan Yonghwa.
"Tutup mulutmu atau aku akan membuat mulutmu tidak bisa kau buka selamanya..." ancam Yonghwa.
"Hentikan, Yonghwa-ssi! Ayo kita masuk ke dalam, jangan ladeni dia." sekali lagi Shinhye menarik tangan Yonghwa, kali ini tidak ada penolakan. Kewarasan Yonghwa kembali. Ini pesta Seohyun jangan sampai ia merusaknya lantaran kunyuk itu.
Terdengar kekeh Seungjun melihatnya berlalu. Shinhye masih menuntunnya tapi lantas dengan kasar Yonghwa menepiskan cekalan itu. Seungjun makin terkekeh melihat hal tersebut. Sebentar lagi pasangan kekasih itu akan saling bunuh. Bisiknya puas.Kembali ke tengah-tengah keramaian, Yonghwa tidak seceria sebelumnya. Omongan Seungjun itu sangat mengusiknya. Tidak boleh ada orang yang mencemarkan nama baik Ayahnya, jika itu terjadi ia siap pasang badan tidak peduli siapa lawannya. Lalu Seungjun sebut ibunya Shinhye yang telah membunuhnya...? Menghina saja tidak ia perkenankan, lebih-lebih membunuh.
Tapi apa mungkin? Bisa saja jika mendengar alasan yang diceritakan Seungjung tadi. Jika motiv-nya kekuasaan. Tapi mengapa Nenek tidak bicara apa-apa padanya. Tidak dulu juga sekarang setelah ia dewasa. Malah Nenek sengaja membawa anak dari anak tirinya ke tengah-tengah mereka dan memberinya posisi tinggi di perusahaan. Apa mungkin Nenek akan sebaik itu terhadap anak dari orang yang telah membunuh anak lelaki satu-satunya yang sangat ia sayang?
Dengan kepala yang mulai pening, Yonghwa mencoba mengingat kejadian pada 21 tahun lalu. Saat usianya baru 6 tahun. Tidak ada yang dapat diingatnya dengan baik tapi kepergian ayahnya yang mendadak tentu tidak pernah hilang dari benaknya.Ayahnya dikabarkan meninggal karena kecelakaan di pabrik saat ia meninjau kesana. Sebuah balok kayu besar menghantam kepalanya kala ia melewati bagian pabrik yang sedang direnovasi. Kemudian ia dibawa ke Rumah Sakit namun nyawanya tidak tertolong. Kepergian satu-satunya putra mahkota yang Nenek miliki menjadi duka teramat mendalam bagi CN Group. Hari berkabung perusahaan berlangsung berhari-hari. Lalu selang beberapa minggu Kepala pabrik yang tak lain adalah ibunya Park Shinhye dinyatakan bersalah hingga dijebloskan ke penjara. Karena lalai dengan keselamatan orang. Hanya itu yang dapat ia ingat, kalaupun benar ibunya Shinhye dikatakan membunuh, bukannya sudah dipenjara pula untuk menebus dosanya. Dan bukankah pembunuhan yang tidak disengaja? Sungguhkah tidak disengaja seperti dugaan keluarganya selama ini atau seperti yang baru saja dikatakan Seungjun?
Yonghwa ingin melupakan tapi tidak bisa. Dihampirinya Jonghyun.
"Aku pulang duluan, tolong pamitkan pada Seohyun dan bilang Nenek, ada hal mendesak yang harus diurus."
"Kau mau pergi, Hyung?" Jonghyun heran. "Hal mendesak apa malam-malam begini?"
"Pokoknya katakan seperti itu."
"Ne."
Melihat wajahnya yang gelisah Jonghyun tidak berani memaksa, setelah itu setengah berlari Yonghwa meninggalkan tempat pesta.
🌷Setumpuk surat kabar dan majalah terbitan tahun 1995 yang memberitakan tentang kematian Direktur Utama CN Group, Jung Yongchul, ada di hadapan Yonghwa. Tangannya bergetar saat mengambil satu yang paling atas untuk dibacanya. Berita biasa saja yang menceritakan betapa kehilangannya keluarga dan colega serta ribuan karyawan CN. Berlanjut ke koran berikutnya, Yonghwa membaca headline di atasnya, untuk judul senada ia segera menyingkirkannya, dicarinya berita yang menyingkap misteri kematian itu. Bukankah jurnalis selalu lebih cepat tahu dan detail. Tak beda dengan ditektif, kepekaannya sangat tajam.
Di beberapa Majalah dan Koran memang akhirnya ia temukan artikel seperti yang dikatakan Seungjun. Kecurigaan mengarah kepada seorang wanita bernama Yu Seumg Mi, saudara tiri korban, sebagai sutradara dalam skenario pembunuhan itu dengan modus overandi kecelakaan tidak disengaja.
Tubuh Yonghwa bergetar hebat, antara percaya dan tidak. Lalu, jika ada kecurigaan seperti itu yang dicium media, mengapa Nenek seperti menutup mata. Apa sesungguhnya yang terjadi?Hari sudah hampir pagi, Yonghwa masih di dalam gudang di rumah besar itu mengacak-acak tumpukan surat kabar lama. Sudah berdebu dan sebagian di makan rayap kertas-kertas itu, tapi ia tidak bergeming. Semalam suntuk ia terjaga untuk meneliti setiap lembar kertas yang mewartakan tentang kematian ayahnya. Dan tubuhnya kaku saat membaca satu artikel bahwa kecelakaan itu sengaja untuk melenyapkan nyawa ayahnya. Jika media berani menulis seperti itu, mangapa Nenek bersikap seakan-akan Shinhye bukan anak dari Yu Seung Mi, wanita yang bertanggung jawab atas kejadian tragis itu. Yonghwa harus mencari tahu langsung kepada Nenek namun setelah mengorek informasi yang mungkin bisa menjelaskan hal itu terlebih dahulu selain Nenek. Yakni Sekretaris Choi, kaki tangan Nenek, seperti yang dikatakan Seungjun.
Udara pagi terasa sangat dingin menyentuh kulit, namun Yonghwa tidak peduli dengan itu. Langit masih agak gelap, sebentar lagi seisi rumah akan berkumpul di meja makan untuk sarapan. Segera ia memburu garasi, mengeluarkan mobil sport miliknya. Dengan kecepatan tinggi ia memacunya menuju rumah Sekretaris Choi. Masalah ini harus clear hari ini juga. Sekretaris Choi mengernyitkan dahi saat ditemui di apartemen mewahnya, ia baru selesai mandi. Istri serta kedua anaknya bersiap untuk sarapan.
Lelaki penyabar itu mempersilakan Yonghwa ke ruang kerjanya, sebab pasti ada hal penting yang membuat pimpinan perusahaan tempatnya bekerja itu datang menemuinya sepagi ini bahkan tampak belum membersihkan badan.
"Silakan duduk, Sajang-nim!" Sekretaris Choi tidak mendiamkannya lama. Ia sendiri merasa sangat penasaran.
"Maaf, aku sudah mengganggumu sepagi ini, Ajhussi!"
"Tidak masalah, Tuan! Begini kesibukan pagi di rumah kami. Apa yang bisa saya bantu?"
"Aku ingin bertanya tentang artikel ini, Adjussi? Dan tolong jawab dengan sejujurnya!" Yonghwa memperlihatkan sebuah artikel dari sebuah Majalah usang yang sengaja dibawanya.
Sekretaris Choi mengerutkan dahi menerima benda itu lalu membacanya. Yonghwa memperhatikan raut muka lelaki bijaksana itu kala membaca artikel yang diberikannya.
"Dari mana Anda mendapatkan Majalah ini?" tatapnya sangat berhati-hati.
"Point pentingnya bukan itu, Ajhussi. Aku ingin tahu benar atau tidak berita itu? Aku ingin mendengar dulu dari Adjussi sebelum bertanya kepada Nenek. Sebab Ajhussipun mengetahui hal itu." pandang Yonghwa.
"Penting juga untuk mengetahui asal muasal majalah ini, Yonghwa-ssi. Sebab jika datang dari musuh keluarga Anda, mungkin tujuannya untuk mengacaukan kita semua." terang Sekretaris Choi tidak sembarangan.
"Jika kubilang, aku mendapatkannya dari gudang di rumah Nenek, apa yang bisa Ajhussi jelaskan padaku?"
"Apa yang Anda ingin ketahui?"
"Tentu saja kebenaran berita ini? Jika tidak benar mengapa ada berita seperti itu? Namun bila benar, mengapa Nenek justru memberi Shinhye posisi tinggi di CN?" pandangan mata Yonghwa menghujam.
Terlihat Sekretaris Choi menghela napas dalam. "Cerita mengenai ini sungguh rumit, Yonghwa-ssi. Yang tahu semuanya dengan jelas tentu hanya Nenek Anda. Secara detail saya tidak mengetahui."
"Ceritakan padaku yang Ajhussi ketahui!" Yonghwa tidak sabar.
"Saat kejadian itu saya memang sedang berada dengan mendiang ayah Anda."TBC.....
Pada part ini author ngebayangin backsound-nya tegang gitu, Raeders! Hihi....
KAMU SEDANG MEMBACA
A Rose Among The 4 Prince
RomanceRumah itu besar dan indah, tapi sama sekali tidak ada kehangatan di dalamnya. Dihuni oleh seorang wanita tua berpenampilan aristokrat, khas penguasa sebuah perusahaan elit. Bersamanya tinggal 4 orang pemuda rupawan, bak pangeran-pangeran di dalam is...