Part 22

1K 131 5
                                    

Park Shinhye bisa sedikit bernapas lega, 2 hari ini tidak ada lagi yang datang mencarinya. Lega sekaligus sedih, karena dengan begitu menegaskan bahwa Yonghwa betul membencinya. Bisa jadi juga Nenek akhirnya menyerah dengan menghentikan pencarian terhadap dirinya.
Ya, sudah! Ini artinya memang dirinya harus kembali ke masa 4 bulan lalu, bukan, tp 4 tahun lalu. Saat memulai bekerja diawali dengan mengikuti test.

Bukan harus mencari kerja yang membuat air matanya menetes, tapi setiap mengingat mengapa harus kembali mencari pekerjaan? Hatinya sakit setiap mengingat satu nama, sakit karena merindukannya. Sakit karena mencintainya.
Sore itu ia mulai melangkah kedapur, jangan Taecyoen melulu yang mempersiapkan makan untuknya. Hari ini dialah yang akan membuat makanan untuk pria itu. Telepon di rumah itu berdering, Taecyoen mengabarkan akan pulang terlambat karena saat itu ia tengah berada di Seoul. Shinhye membuka lemari pendingin, melihat apa saja yang bisa di masak. Cukup banyak bahan makanan karena setiap pulang kerja Taecyoen selalu belanja.
Shinhye mulai memilih sayur yang akan dimasak. Ia akan membuat kimchi, Taecyoen menyukainya tapi selalu membeli yang sudah jadi karena ia tidak punya waktu untuk membuatnya. Disamping harus pula menjaganya yang melulu dihampiri tamu tak diundang. Ia tengah larut dengan kegiatan memasak ketika terdengar suara bel di pintu. Ragu untuk membuka, Taecyoen tidak ada di rumah. Jika Taecyoen yang datang tidak akan membunyikan bel.
Beberapa jenak ia hanya terdiam, tapi suara bel terdengar lagi. Apakah orang yang mencarinya dari rumah besar itu.
"Shinhye-ah. Park Shinhye. Nenek tahu kau di dalam. Tolong buka pintunya!"
Suara wanita agung itu. Mendengar suaranya yang putus asa, refleks ia melangkah ke pintu. Dari awal ia tidak punya masalah dengan wanita tua baik ini, cucunyalah yang menginginkannya pergi.

Dibukanya pintu, seketika wanita tua yang berdiri di depan pintu menghambur memeluknya. Sambil menangis tersedu. Bersamanya berdiri beberapa orang berjas hitam. Ada juga Kim Ajhussi dan Sekretaris Choi. Shinhye hanya mematung.
"Maafkan, Nenek! Maaf! Selama ini Nenek hanya membuatmu dalam masalah. Mulai sekarang Nenek akan menebusnya satu persatu, Shinhye-ah!"
Nenek bicara apa? Berlebihan. Yang membuat masalah dengannya bukan Nenek, tapi salah satu cucunya. Cucu yang sangat ia cintai. Tapi Shinhye tidak berkata-kata, meski ingin mengatakan : aku tidak apa-apa, Halmeoni! Halmeoni jangan begini...

Setelah dapat menguasai keadaan Shinhye membawa Nenek ke dalam, mendudukannya di sofa.
"Pulanglah, urri aka! Ini bukan rumahmu." pinta Nenek.
"Maaf, aku tidak bisa Halmeoni." baru Shinhye bersuara.
"Wheo?"
"Aku tidak bisa lagi tinggal di rumah besar itu."
"Tapi itu rumahmu, Sayang."
"Itu rumah Anda dengan cucu Anda!"
"Shinhye-ya, tidak kah Taecyoen bicara sesuatu padamu?"
"Tidak. Oppa tidak mengatakan apapun."
"Rumah, perusahaan dan seluruh aset CN Group adalah milikmu. Nenek sudah memindahkan semua saham Nenek atas namamu, dan di akhir pekan ini Sekretaris Choi akan memanggil semua pemegang saham untuk mengumumkan kepemilikan CN atas namamu secara resmi. Jadi Nenek sangat mengharapkan kau kembali ke rumah itu."
Shinhye tidak paham, diliriknya Kim Ajhussi dan Sekretaris Choi yang berdiri di kiri kanan Nenek, keduanya menganggukan kepala. Mengiyakan.
"Betul, Pujang-nim. Saat ini pemindah-namaan seluruh aset perusahaan dan saham sedang dalam proses oleh pengacara CN Group di pengadilan." tambah Sekretaris Choi.
"Aku tidak mengerti Ajhussi... aku hanya punya kontrak setengah bulan lagi dengan perusahaan. Aku tidak akan mengingkari kontrak itu. Kalaupun ada kompensasi yang harus kubayar atas ketiadaanku di kantor beberapa hari ini, aku bersedia tidak menerima gajiku hingga akhir bulan nanti."
"Ini bukan tentang kontrak 3 bulan itu, Shinhye. Kau pemilik resmi, pemilik sah, pemilik asli dari CN Group. Setelah pengumuman kepemilikan CN Group atas namamu, maka posisi Nenek akan secara otomatis menjadi posisimu."
"Aku tidak pernah bermimpi seperti itu, Halmeoni. Aku juga tidak mengharapkannya sedikitpun. Aku hanya punya hutang kewajiban setengah bulan lagi, dan aku bisa kembali bekerja besok. Tapi tidak akan pergi dari rumah Nenek." yakin Shinhye makin merinding mendengar semua yang dibicarakan orang-orang ini.
"Agashi, ada satu hal yang belum kau tahu karena belum diceritakan, baik oleh Ajhussi atau nenek Anda. Makanya kau tampak sangat bingung." Kim Ajhussi turut buka suara.
"Apa itu, Ajhussi? Katakanlah sekarang supaya aku mengerti."
Tanpa diminta Kim Ajhussi menceritakan semuanya seperti yang pernah ia ceritakan kepada Taecyoen, sedang Nenek terlihat menghapus air matanya sekali-kali tanpa membantah sedikitpun apa yang diceritakan bawahannya itu.

Tiba-tiba Shinhye berdiri dari duduknya, menatap Nenek dan Kim Ajhussi bergantian dengan tatap bingung dan tidak percaya.
"Tidak. Jangan berbohong, Ajhussi!" ucapnya tidak percaya.
"Semua yang dikatakan Ajhussi benar, Sayang." tandas Nenek pula.
"Jadi Anda bukan nenekku kalau begitu?"
"Secara hukum iya, tapi kau sudah seperti cucuku, Shinhye-ah."
"Kalau begitu silakan Anda pulang! Saya tidak punya urusan dengan Anda!" Shinhye dengan panik menunjuk ke pintu.
Tapi wanita tua itu malah memeluknya sambil kembali sesegukan. Shinhye pun turut menangis pilu. Niatnya ingin membuat orang tua itu pergi tapi tenaganya habis, akhirnya mereka bertangis-tangisan di sofa.

Apa yang sudah ia dengar ini? Jadi wanita ini bukan neneknya? Dan dirinya juga bukan cucunya? Bukan anak dari anak haram suaminya? Artinya tidak ada darah Jung yang mengalir di tubuhnya, yang artinya pula ia tidak bersaudara dengan Jung Yonghwa? Lelaki itu, lelaki pujaan hatinya, lelaki yang telah menorehkan luka yang dalam di hatinya.
Shinhye menghapus air matanya. Dalam hitungan minggu, hidupnya telah berbalik 360°. Dari seorang yang dituduh sebagai anak pembunuh menjadi pewaris sah perusahaan besar. Ia tidak paham, semuanya itu anugerah atau petaka?
🌷

Pengumuman pengalihan kepemilikan saham dan aset-aset perusahaan, bagaimanapun harus dihadirinya. Suka atau tidak dan mau atau tidak ia menerimanya. Kepada Nenek ia menyanggupi untuk hadir di rapat dadakan atau rapat luar biasa para pemegang saham. Tapi hanya akan pergi dari rumah Taecyoen, tidak dari rumah besar itu.
Nenek tidak berani memaksa, yang penting Shinhye tidak melarikan diri. Dan pada hari Sabtu itu Shinhye akan hadir di kantor megah CN Group dengan statusnya yang seketika akan berubah.
Menghadapi kenyataan menjadi pemilik sah dari perusahaan sebesar CN Group, dengan ribuan karyawan yang menggantungkan hidup di dalamnya, membuat hatinya kecut. Biasa menjadi karyawan rendahan dan tiba-tiba mendapat tanggung jawab yang super besar membuat mentalnya tidak siap. Ia ngilu dengan kenyataan itu. Tapi tidak bisa mundur. Sorot matanya berubah dingin, sedingin hatinya yang ngeri dengan beban yang akan segera dipikulnya.

Di sampingnya Taecyoen setia menemani. Akhir pekan ia libur bekerja. Langkahnya sangat berbeda dengan kala pertama ia memasuki kantor megah itu 2,5 bulan lalu. Langkahnya kali ini terasa berat sehingga ia perlu mengayunnya lebih lebar dan cepat agar segera tiba ditujuan.
Orang-orang yang berpapasan dengannya segera membungkuk, namun ia tidak peduli. Sebab mensikapinya saja dengan ramah tidak cukup, akan tetapi ada yang lebih penting yakni membuat mereka sejahtera lahir bathin menjadi karyawannya.
Terlebih dahulu ia mengantar Taecyoen ke ruangannya, ia menyuruh lelaki itu menunggunya di sana. Kwon Sungmi yang setiap hari setia menunggunya, berteriak girang melihat kedatangannya. Tampak sekali ia merindukannya.
"Ini Oppa-ku, tolong jaga dia selagi aku menghadiri rapat. Dan tolong buatkan kopi untuknya, Sungmi-ssi!"
"Deh, aguesmidha Pujang-nim!" angguknya merindukan sekali hal itu. Taecyoen mengulum senyum melihatnya.
"Aku pergi dulu, Oppa. Jangan keluyuran! Aku khawatir sulit menemukanmu kalau kau tidak ditempat." pesannya seperti kepada anak kecil.
"Deh, aguesmidha Pujang-nim!" Taecyoen meniru Sungmi.
Setelah itu Shinhye menuju ruang pertemuan pemegang saham, seseorang terlihat memburunya, membungkuk hormat padanya lalu membuntutinya.

TBC....

A Rose Among The 4 PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang