Ketika kemudian terlepas karena keduanya merasa kehabisan napas. Park Shinhye menjatuhkan wajah ke pundak Yonghwa tanpa mau melepaskan pelukannya, begitupun Yonghwa berat melepaskan pinggang ramping itu dari dekapannya. Sambil sama-sama terengah. Dan karena napas yang tergesa turun naik membuat 2 gunungan yang menyerupai butir telur di dada Shinhye, turut menekan ke wajahnya, membuat Yonghwa semakin tak mau melepaskan.
Seperti mengajaknya becanda, menggemaskan sekali. Menggemaskan sekaligus mengacaukan konsentrasinya. Yang lama-lama Yonghwa sengaja membenamkan wajah di kedua payudara kencang berisi itu. Shinhye tidak protes, malah ia lalu mengelus rambut Yonghwa dan mendaratkan kecupan di kepalanya. Ia suka Yonghwa menyukai sesuatu yang menjadi miliknya paling intim itu.
Bahkan ia tetap diam kala jemari Yonghwa melepas 2 kancing blousenya. Untuk menyentuhnya secara langsung oleh wajahnya.Angin malam semakin dingin menerpa wajah, tapi mereka tidak merasa kedinginan. Hasrat yang sama-sama bergelora dalam jiwa mereka meningkatkan suhu tubuhnya beberapa kali lipat. Tapi akhirnya Yonghwa merenggangkan wajah. Serta merta Shinhye pun melepaskan pelukannya, Yonghwa tengadah menatapnya. Satu kecupan penutup Shinhye daratkan di bibir pemuda itu, lalu ia turun dari pangkuannya.
"I love you!" bisik Yonghwa.
"I love you too." balas Shinhye, kemudian beranjak meninggalkan kursi taman. Tinggal Yonghwa yang masih duduk, sambil agak menyayangkan sesuatu. Tapi belum saatnya, bisiknya pada dirinya sendiri.Jung Yonghwa memasuki kamarnya sambil tak henti membayangkan kejadian baru saja. Shinhye sangat tahu apa yang diinginkannya. Semua yang diberikannya seperti yang diharapkannya. Dan masih terasa diwajahnya bagaimana kedua belah buah plum-nya yang ranum, menandakan tak pernah dijamah orang, meningkatkan gairah yang sudah menggodanya. Hangat, kenyal dan aroma Shinhye sekali yang sangat ia suka. Astaga! Ia jadi kepayang. Ia sudah sangat merindukannya lagi padahal belum satu jam sejak ia mengisap dalam aroma dada menggemaskan Shinhye. Semua itu begitu indah.
Begitu juga Park Shinhye, bibirnya bahkan mengurai senyum sambil melentangkan tubuh di atas tempat tidur. Namun seketika senyumnya tertahan, bukan dosakah yang telah mereka berdua lakukan? Bukankah mereka memiliki kakek yang sama? Apakah boleh mereka melakukan semua itu dengan darah kakek yang mengalir di tubuh mereka? Park Shinhye tersentak. Tapi digelengkannya kepalanya. Ia tidak mau peduli dengan itu semua. Jika memang sebuah dosa mencintai sepupunya sendiri, biarlah ia akan menanggung dosa itu.
🌷Nenek pulang selang beberapa hari dari Seohyun mendatangi kantor. Nenek tentu tahu kabar tentang Seohyun yang akan segera dilantik. Meski tidak berada ditempat, informasi apapun tidak luput dari pendengarannya. Terlebih dengan info tentang perusahaan rekanannya itu.
Beberapa tahun lalu, saat Yonghwa dan Seohyun masih kuliah, mereka sempat membuat perjanjian bisnis dengan berencana menjodohkan kedua anak muda pewaris utama perusahaan mereka guna mengikat kedua perusahaan besar itu dan menjadikannya lebih besar dan lebih kokoh lagi. Namun pembicaraan mengenai hal itu tidak pernah berlanjut, karena beberapa faktor. Antara lain anak-anak itu tidak mau diikat. Jika memang hal itu harus terjadi, biar mereka menikmati kebebasannya terlebih dahulu sebelum tiba pada saat penyatuan itu. Yonghwa maupun Seohyun tahu rencana itu, tapi tidak mengganggu pertemanan keduanya. Karena hal itu masih akan lama terjadi.
Tapi sekarang setelah mereka berada pada level yang sama dan usianya yang sudah cukup untuk disandingkan, apakah pembicaraan tentang perjodohan itu akan berlanjut?
Shinhye hanya menunduk saat Nenek membicarakan tentang itu. Nenek merasa sangat bahagia oleh beberapa hal, melihat cucu-cucunya yang dapat menerima Shinhye, lalu Park Shinhye sendiri yang tidak mengecewakannya, ditambah dengan kabar pelantikan Seohyun menjadi Direktur Utama GG Group membuat tubuhnya tetap fit walau sudah melakukan perjalanan lama dan panjang.Setelah Seohyun resmi menjadi Dirut GG Group, maka ia bermaksud untuk melanjutkan rencananya yang sempat tertunda dengan perusahaan itu.
"Kau tahu Shinhye-ah, Seohyun itu teman mereka berempat tapi kala kecil dulu anak itu hanya memperhatikan Yonghwa. Dia sudah tahu yang mana yang akan menguntungkannya hehe..." kekeh Nenek membuat seperti ada yang menyodok dadanya, pelan namun membuat hatinya ngilu.
"Rasanya baru kemarin mereka anak-anak, berlarian di halaman, sekarang mereka sudah dapat diandalkan untuk memegang tanggung jawab besar."
Seperti tadi Park Shinhye hanya diam. "Kau mendengarkan Nenek bukan?"
"Ne."
"Apa pendapatmu tentang hal itu?"
"Ya, kurasa Nenek benar. Mereka memang pasangan yang serasi." suara Shinhye terdengar sedikit sengak.
"Benarkah kau juga berpendapat begitu?"
"Jika Nenek ingin menjodohkan mereka, kapan Nenek ingin pernikahannya dilangsungkan?" Shinhye menatap mata wanita tua kharismatik itu dalam.
"Secepatnya. Lebih cepat lebih baik."
Setelah itu Shinhye menutup mulutnya rapat.Sore itu Yonghwa sengaja mengajak Shinhye pulang bersama. Mendadak ia sangat malas bertemu dengan Yonghwa setelah pembicaraannya dengan Nenek.
"Silakan Anda pulang duluan, Sajang-nim. Masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan." tolaknya formal.
"Ayolah, Shinhye. Kita hanya berdua sekarang. Tidak perlu formal begitu."
"Tapi ini masih di kantor."
"Ada apa dengan wajahmu itu? Kau marah padaku?" Yonghwa menatap lekat air muka Shinhye yang terlihat bete.
"Aniyo. Tidak ada alasan untukku marah kan?"
"Kalau memang kau tidak kesal padaku, buktikan dengan tidak menolak ajakanku untuk pulang bareng."
Shinhye diam. Namun akhirnya tak urung menuruti keinginan lelaki pujaan hatinya itu."Kita mampir ke butik langgananku dulu." ucap Yonghwa sebelum melaju membawa roda empatnya meninggalkan basement kantor.
"Untuk apa kesana?" Shinhye agak tidak suka.
"Tentulah untuk membeli baju. Aku butuh Jas baru untuk acara pelantikan Seohyun lusa." Shinhye langsung cemberut. "Wheo? Kenapa ekspresimu begitu?"
"Seharusnya kau tidak usah mengajakku!"
"Kau juga harus mencari gaun untuk acara itu."
"Aku tidak akan pergi jadi tidak butuh gaun apapun."
"Tapi Seohyun mengundangmu."
"Aku tidak menerima surat undangannya."
"Dia mengundangmu lewat aku. Apa kau sedang cemburu, Sayang?" Yonghwa curiga.
"Jaga ucapanmu, Sajang-nim!"
"Kau memang sedang cemburu.... itu alasanmu bermuka ditekuk seperti itu padaku."
"Aku tidak punya hak untuk itu." suara Shinhye melemah.
"Benarkah? Siapa yang bilang?"
"Nenek."
"Nenek? Darimana kau tahu?" Yonghwa menoleh ke samping kanannya.
"Apa kau tidak tahu jika Nenek akan menjodohkan kalian? Kau dengan Seohyun?" Shinhye balas menoleh.
"Jadi karena ini kau marah. Dan kau yakin aku akan menuruti keinginan Nenek?"
"Yang kuyakini kita memang tidak mungkin dapat bersama..."
"Mengapa?" Yonghwa menolehnya lagi. "Karena kau cucu tidak sah Nenek?"
"Karena kita masih saudara sedarah, walaupun aku cucu dari anak haram Nenek."
"Aku tidak peduli dengan itu dan aku tidak akan menuruti permintaan Nenek tentang perjodohan itu." tolak Yonghwa tegas.
"Tapi Nenek sangat peduli karena kita bersaudara..."
"Aku tidak merasa kau saudaraku. Perasaanku terhadapmu tidak seperti perasaanku terhadap Jonghyun, Jungshin atau Minhyuk. Dengan mereka iya aku bersaudara."
"Kau tidak bisa menyangkal kenyataan itu, Yonghwa-ssi. Kau mungkin ingin mengingkarinya karena sejak kecil kita tidak tumbuh bersama. Tapi darah yang mengalir di tubuh kita adalah sama, darah Jung meski status kita berbeda. Jadi kumohon, kau jangan berkeras dengan keinginanmu." Sekarang Shinhye berkata sambil beruraian air mata. Segera Yonghwa menepikan mobilnya.
"Kau membuatku kesal, Park Shinhye."
"Dan kau pikir aku tidak menderita dengan kenyataan ini? Aku tidak pernah merasakan jatuh cinta hingga sedalam ini pada seorang pria. Aku sungguh mencintaimu, Jung Yonghwa. Tapi apa dayaku sekarang... bahkan aku tidak bisa memperjuangkan cintaku ini. Karena orang yang kucintai adalah kakakku sendiri." Shinhye berbicara seraya terus berurai air mata. Mengekspresikan kepedihan hatinya. Yonghwa tidak mampu berkata-kata selain meraih gadis yang juga amat dicintainya itu kedalam pelukannya.TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
A Rose Among The 4 Prince
RomanceRumah itu besar dan indah, tapi sama sekali tidak ada kehangatan di dalamnya. Dihuni oleh seorang wanita tua berpenampilan aristokrat, khas penguasa sebuah perusahaan elit. Bersamanya tinggal 4 orang pemuda rupawan, bak pangeran-pangeran di dalam is...