Part 24

1.1K 138 5
                                    

"Bangunlah! Aku tidak suka sikap sentimentil seperti itu..." ucapan Shinhye sangat tajam menusuk hati Yonghwa.
"Aku memohon dengan segenap ketulusanku, Shinhye!"
"Sayangnya aku tidak butuh itu sekarang. Jika kau merasa tidak suka, kau boleh pergi tinggalkan kantor ini. Sebab aku tidak bisa pergi dari sini." Park Shinhye semakin angkuh. Yonghwa mengangkat wajah menatap lekat 2 bulatan hitam Shinhye, berharap di kedua matanya itu ia menemukan ketidaksungguhan dari setiap ucapannya. Tapi Shinhye balas menatap dengan sorot nanar dan benci padanya. Iya-kah tatap mata penuh cinta itu sudah tiada lagi? Hatinya terasa sangat ngilu.
Tanpa bisa berkata apapun lagi, Jung Yonghwa berdiri lantas beranjak dari ruangan itu dengan langkah lunglai. Shinhye bahkan tidak sanggup menatapnya.

Di mejanya Yonghwa duduk dengan masih memikirkan semua hal yang terjadi baru saja. Mungkin seperti inilah yang Shinhye rasakan dulu ketika ia mengucapkan kata-kata yang sama padanya. Dengan sorot kebencian yang dalam. Perih tak terkira.
Tidak berlebihan memang jika sekarang Shinhye melakukan hal yang sama padanya, setelah posisinya berada diatas angin. Tapi lihatlah, aku tidak akan menyerah, Park Shinhye! Aku akan kembalikan tatapan penuh cintamu padaku tidak peduli harus berusaha sekeras apa.
Namun sekujur tubuhnya terasa tak bertenaga. Letih dan perih.
🌷

Pada kenyataannya Shinhye tidak bisa untuk tidak berhubungan dengan Yonghwa, karena walau dia pemegang saham tertinggi posisinya tetap sebagai bawahan pria itu. Yang sering mengharuskannya berhadapan dengan Yonghwa mengurus masalah pekerjaan. Sikapnya sangat formal tapi kadang Yonghwa tidak ingin mengikuti sama formal.
Demi pekerjaan Shinhye sering berdiskusi hanya berduaan saja dengan Yonghwa di ruangan atasannya itu. Yonghwa tidak selalu menanggapi apa yang dilaporkannya, ia lebih sering fokus pada bibirnya yang sedang berbicara ini itu padanya. Bibir yang sangat ia rindukan untuk menciumnya.
Shinhye selesai menyampaikan laporannya, ia menghela napas. Lucu melihat bibir itu sekarang terkatup rapat dan membuat garis judes, kesal melihat cowok itu yang hanya senyam senyum kecil saat mendengarkan laporannya. Pasti di otaknya sedang memikirkan hal mesum, sebab bagaimanapun Yonghwa setidaknya pernah dua kali mencicipi bibir manisnya.
"Kalau tidak ada lagi hal yang perlu dibahas, aku mohon diri." Shinhye hendak beranjak, mengesalkan sekali tingkahnya itu.
"Tunggu.. tunggu! Aku belum paham dengan seluruh laporanmu, Pujang-nim. Bicaramu terlalu cepat, jadi aku tidak bisa mengikutinya." elaknya sangat pintar.
"Bagian mana yang tidak Anda pahami, semuanya tertuang di dalam berkas laporan ini, Tuan. Anda tinggal membacanya!" Shinhye tidak kalah cerdik.
"Sikapmu seperti ini setiap saat, akan sangat melelahkan, Shinhye-ya. Seperti biasa saja, supaya kita nyaman untuk berdiskusi."
"Kau jangan meremehkan aku! Kau sangat tahu siapa aku sekarang. Aku bisa memecatmu jika kau selalu kurang ajar padaku."
"Kau bawahanku, bagaimana mungkin bisa memecatku yang notabene adalah atasanmu?" senyum Yonghwa mengejek.
"Aku punya kuasa penuh atas seisi gedung ini, termasuk dirimu Jung Yonghwa Sajang-nim! Aku pemilik lebih dari 50% saham CN Group, apa yang membuat tidak mungkin untuk sekedar mendepakmu dari kursi itu?" Shinhye tersenyum jumawa.
"Kau ini sungguh lucu. Seorang amatir tetap saja amatir, meski diberikan bongkahan gunung emas kepadanya. Kau memang tidak punya pengalaman dengan aturan main yang diberlakukan pada level pimpinan, Shinhye. Mencopotku tentu tidak semudah itu, rapat pemegang sahamlah yang berkuasa mengangkat atau mencopot jabatanku. Karena aku seorang Direktur Utama. Aku bukan pegawai rendahan yang dengan mudah dapat diangkat dan diberhentikan oleh segelintir pejabat yang tidak menyukaiku. Kau paham?" Yonghwa puas sekali membalas keangkuhan gadis yang namanya selalu bersemayam di hati dan dipikirannya setiap saat itu.
Sesaat, ya... hanya sesaat saja Yonghwa sempat melihat raut wajah Shinhye menegang dengan penjelasannya itu. Tapi sedetik kemudian, kembali raut menyebalkannya ia tunjukan. Menyebalkan sekaligus menggemaskan.
"Oke, aku bisa memanggil seluruh pemegang saham untuk mengadakan rapat pemecatanmu itu, jika kumau."
"Ya, cobalah lakukan! Aku akan sangat senang menerima keputusan apapun nantinya." tantang Yonghwa sangat berani membuat Shinhye menghentakan kakinya pergi dari hadapan pria yang sangat dirinduinya itu. Dengan amat jengkel.
Salahnya ia selalu membanggakan keberuntungan barunya itu padanya. Karena bagaimanapun Yonghwa jauh menguasai mengenai hal itu ketimbang dirinya yang baru 3 bulan saja menjadi seorang Wakil Direktur. Di mata Yonghwa ia benar-benar amatir yang sok tahu. Menjengkelkan sekali.

Saat ini Yonghwa tinggal di apartemen tidak jauh dari kantor. Mengantisipasi Shinhye yang menolak tinggal serumah dengannya, sebelum pengumuman resmi tentang peralihan kepemilikan saham dari Nenek pada Park Shinhye, ia meminta ijin kepada Nenek untuk menempati apatemen-nya. Ia mengira Shinhye akan kembali ke rumah itu, karena rumah besar itu sesungguhnya adalah juga miliknya. Tapi rupanya ia malah betah tinggal dengan teman kecilnya tersebut. Walau sejuta kali ia tidak setuju dengan pilihan Shinhye, ia tidak bisa berbuat apa.
Masgul hatinya setiap kali melihat Shinhye diantar atau dijemput olehnya ke kantor. Jika ia tidak bisa menjemput dan mengantar karena pekerjaannya, supir perusahaan yang melakukan itu.

Sore itupun kembali ia harus dongkol. Di pintu depan ia melihat pemuda itu tengah bersandar penuh gaya pada mobilnya menunggu Park Shinhye keluar. Dari pintu terlihat gadis yang ditunggunya itu datang, saat tinggal beberapa langkah lagi mencapainya, ia menghentikan langkah. Dengan manja melemparkan tas yang ditentengnya, serta merta cowok itu menangkapnya. Lalu becanda dengan pura-pura mengangguk takjim sambil membukakan pintu, Shinhye melangkah ke dalam mobil seperti seorang nyonya besar. Arogan dan bermartabat. Kemudian pintu ditutup dari luar, tapi tidak segera memutar langkah menuju setir ia malah terlihat becanda dulu dengan Shinhye, tertawa berdua. Menyebalkan sekali. Terakhir terlihat tangan pemuda itu yang mengacak-acak poni Shinhye, begitu mesra... Yonghwa habis kesabaran untuk tetap memata-matainya, segera saja ia memutar stir, menancap gas lalu melesatkan roda empatnya melewati mobil tinggi besar di depannya yang berisi pasangan bahagia itu. Menjijikan!

Taecyoen dan Shinhye langsung menghentikan canda tawa mereka saat mobil sport itu melintas dengan kecepatan tinggi di samping mereka. Tidak diketahui arah datangnya, tahu-tahu suaranya keras memekakan telinga. Mereka tidak tahu pengemudinya cemburu terhadap mereka berdua.
"Ommo... apa-apaan? Dia kira ini serkuit apa." sambar Taecyoen sedikit kesal karena kaget. "Darimana datangnya mobil sport itu? Apa dari basement kantormu, Shin?" tanya Taecyoen. Shinhye mengedikan bahu, meski sebenarnya ia tahu itu mobil sport Yonghwa. Mungkin tadi cowok itu melihat ia dengan Taecyoen bersenda gurau.
🌷

Hari itu Yonghwa memanggil seluruh staf perusahaannya untuk mengadakan rapat evaluasi. Setiap pimpinan dari setiap Divisi dan Departemen yang berada dibawah kekuasaannya tidak ada yang tertinggal. Baik yang di dalam maupun di luar kota, tanpa kecuali. Rapat tiga bulanan ini baru pertama kali diikuti Shinhye semenjak dirinya bergabung disana.
Yang membuka acara sekretaris kepercayaannya, Yonghwa tampak sangat keren saat menyampaikan capaian-capaian kinerjanya. Ada beberapa yang minus, namun banyak juga yang mencapai bahkan melampaui target. Lalu setiap Divisi dan Departemen dimintainya pula menyampaikan hambatan serta rencana kerja untuk mengatasinya. Lagi Shinhye terpesona dengan caranya memimpin rapat. Sangat dinamis. Setiap orang diminta untuk memikirkan solusi untuk setiap masalah yang dihadapi, terkadang ia menekan untuk merangsang mereka berpikir. Tapi sering juga memberi dorongan dan support. Tampak sekali ia memahami setiap permasalahan. Ia juga bukan pimpinan yang arogan karena masih mau mendengar berbagai keluhan bawahannya.

TBC....

A Rose Among The 4 PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang