Chapter 4
***
Sialan! Aku belajarpun tetap saja masih sesulit itu. Kalau tahu begini aku tidak belajar saja. Aku belajar mati-matian pun sama saja. Aku tidak bisa menjawabnya juga. Benar-benar brengsek! Kenapa pintar hanya jika sedang berpikiran licik saja?
Huaa!
Aku menggerutu dalam batin sambil terus berjalan di koridor kampus ingin menuju kafetaria. Siapa yang sedang aku maki? Tentu saja otak tidak pintarku ini.
Makan!
Ya! dengan makan banyak mungkin bisa menurunkan tingkat kesetresanku sekarang.
Saat ku rasa langkahku terasa sangat mantab dengan rencana makan besar di kafetaria dengan banyak hidangan berlemak yang membuat air liurku tumpah walau hanya dengan membayangkannya saja—suara itu.
Niat muliaku yang ingin ku laksanakan dengan segera itu langsung tiba-tiba seperti tertiup topan dahsyat ketika mendengar teriakan dua cewek remaja yang baru beranjak dewasa. Huh! Haruskah aku sebut mereka sahabatku? Ya! Tapi memang mereka sahabatku. Jadi? Tentu saja aku bukan cewek remaja baru gede yang suka teriak-teriak seperti mereka. Yang benar saja!
“ANNE!”
Aku menoleh dan mendapati dua sosok cewek-cewek super aneh itu berlari ke arahku dengan terburu-buru. Ya! mereka aneh. Aku aneh. Kami bertiga aneh. Siapa peduli?
“Fiola? Dee? Kalian sinting ya?!” aku memekik sebal, ku kerutkan keningku heran sekaligus khawatir jika terjadi sesuatu pada organ pernapasan mereka. Mereka bukan sekedar hanya berlari tadi. Mereka juga berteriak-teriak seperti mau kiamat saja.
“Itu—itu” Dee mulai bersuara dengan nafas yang putus-putus.
“Tarik nafas dulu, oke cantik?” aku menenangkan. Dee dan Fiona menarik nafas panjang-panjang dan di hembuskannya perlahan. Saat mereka sudah bernafas normal aku mulai merasa penasaran. Kenapa mereka sampai berlari-lari sinting seperti itu? Mengganggu niat muliaku makan besar di kafetaria saja. Memuaskan hasrat terpendam perut tercintahku ini.
Eh kenapa aku merasa kata-kata tadi janggal ya? Ah masa bodo lah. Tak ada yang mendengar juga kan?
“Ada apa?” akhirnya aku bertanya lagi dengan kening berkerut, berusaha melupakan kekecewaan mendalamku.
“Madding kampus!” jawab Fiona mendahului Dee yang baru saja ingin membuka mulutnya.
“Kenapa dengan Madding kampus? Kebakaran? Gempa? Atau ada Tsunami?” aku menatap Fio yang sudah ingin berucap lagi.
“SERIUS ANNE!!!” mereka menggerang jengkel padaku.
Aku mengulum bibirku menahan tawa melihat ekspresi konyol mereka. Bwahaha mereka benar-benar menggelikan dengan tampang seperti itu.
“Oke, oke aku hanya bercanda. Jadi kenapa? Ada apa dengan madding?” aku mulai bertanya lagi, mencoba menahan tawaku.
“Gosip!”Dee yang menjawabnya kali ini.
“Gossip apa?” aku bertanya pada Dee. Agak ku buat penuh minat walaupun nyatanya aku tidak sama sekali berminat mendengar omong kosong yang mereka sebut 'Hot Gossip' itu.
“Sarah si amoeba itu! dia menempel fotomu bersama seorang anak kecil di madding. Ka—katanya itu anakmu yang berumur sekitar tujuh tahun!” tapi justru Fio yang menjawabnya cepat walau dengan terbata-bata. Aku menoleh padanya lagi lalu menghela nafas bosan. Huh si amoeba itu lagi.
“Oh? Aku kira apa.”balasku tak ambil pusing lantas melenturkan lagi sisa-sisa ekspresi wajah pura-pura penasaranku tadi.
Ternyata gosip murahan! Sarah kira dengan adanya gosip seperti itu aku akan frustasi dan tertekan? Mimpi saja dia dan teman-teman populernya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Be My Baby (Justin Bieber)
RomanceCopyright © 2013 by Nendy Surisma. Hak Cipta Terlindungi © 2013 oleh Nendy Surisma.