***
Cklek!
Aku buka pintu kamarku hati-hati. Aku edarkan pandanganku ke sekitar koridor lantai atas. Benar kan? masih sepi, aku bangun terlalu pagi. Oh ralat! bukan, aku bahkan tidak tidur semalam. Jangan tanya kenapa aku tidak tidur. Karena jawabannya akan terdengar seperti aku ini adalah seorang anak remaja yang baru pertama kali jatuh cinta dan tak bisa tidur karena gelisah membayangkan wajah tampan cowok idamannya berputar-putar hampir semalaman suntuk!
Oke aku baru saja mengatakannya. Dan lupakan saja soal itu. Karena yang tadi itu tidak penting.
Aku langkahkan kakiku keluar kamar, sesekali mengacak-acak rambutku yang masih setengah basah dengan tangan kosong. Secangkir teh hangat sepertinya bisa menemaniku sambil menunggu satu jam lagi. Jord biasanya bangun sekitar jam delapan dan ini masih setengah tujuh. Bagus! Waktunya bersantai.
Aku lanjutkan langkahku menuruni tangga. Hmm, aku terkadang heran juga dengan rumah besar ini. Kenapa pembantu hanya boleh beraktifitas setelah Justin tak ada di rumah saja ya? pengecualian hanya untuk Mrs. Collins kurasa.
Sampai di lantai dasar ku arahkan kakiku menuju dapur. Samar-samar terdengar suara bergemuruh aneh di sekitar dapur. Suara apa itu?
"Mrs. Collins. Kau disana?" aku berseru untuk memastikan keadaan dapur. Biasanya Mrs. Collins sudah datang pagi-pagi untuk membuat sarapan pagi.
"Mrs. Collins?" aku memanggil lagi, namun tak ada jawaban sama sekali. Suara gemuruh aneh itu masih terdengar bahkan semakin jelas.
Sampai di dapur, ku edarkan pandanganku lagi mencari sosok itu. Sepi! Tidak ada Mrs. Collins disana, hanya ada sebuah pan yang dibiarkan di atas kompor menyala. Kemana Mrs. Collins? Demi tuhan! Rumah ini bisa kebakaran!
"Anne, kau sudah bangun?"
Aku sedikit terperanjat mendengar suara yang tiba-tiba bergema di keadaan sunyi seperti ini. Mrs. Collins!
"Eh iya??!" aku berbalik mendapati sosok setengah baya itu berdiri tak jauh dariku. Wajahnya tersenyum hangat melihatku sebentar tapi seketika berubah shock saat menyadari suatu yang aneh terjadi di balik punggungku.
"Oh tuhan masakanku! Aku benar-benar lupa." serunya begitu panik saat sudah menyadari pan yang di tinggalkannya tadi benar-benar dalam keadaan kacau sekarang.
Mrs. Collins benar-benar kalang kabut-terlihat bingung dengan apa yang harus dia lakukan terlebih dahulu. Kedua tangannya memegangi hanger yang digantungi stelan Jas rapih berwarna silver.
Aku kerutkan dahiku prihatin. "Mrs. Collins, apa kau baik? Apa aku bisa membantu sesuatu?" tanyaku menawarkan bantuan pada wanita setengah baya itu. Besok-besok aku akan mulai bangun lebih pagi untuk membantunya. Dia tak bisa mengerjakan semuanya sendirian saja bukan?
Dia menatapku lagi. Memberiku senyum lega. "Oh Anne, terimakasih. Aku baik, hanya saja aku sedang kerepotan sekali hari ini. Aku lupa menaruh Jas ini di kamar Justin. Sedangkan aku ingat kemarin dia bertanya padaku tentang Jas ini dan aku menjawab sudah menaruh ini di kamarnya. Tapi nyatanya aku sudah tua dan pelupa-Oh masakanku. Astaga!" dia kembali memekik panik melihat pan masakannya mengeluarkan banyak buih.
"Baiklah, aku akan memasak. Dan Mrs. bisa antarkan Jas itu ke kamar Justin. Bagaimana?" kataku memberi saran. Ini saran terbaik menurutku untuk saat ini.
"Aku juga ingin seperti itu. Tapi sepertinya aku harus mengulang lagi masakanku. Justin juga memintaku untuk membuat makanan favorit-nya pagi ini. Katanya dia rindu spagetthi buatanku. Kau mau bantu aku taruh Jas ini di kamarnya kan, Anne?" Mrs. Collins menjelaskan. Memberiku tatapan memohon yang hampir membuatku tidak ingin berpikir terlalu panjang lagi untuk menganguk setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Be My Baby (Justin Bieber)
RomanceCopyright © 2013 by Nendy Surisma. Hak Cipta Terlindungi © 2013 oleh Nendy Surisma.