Chapter 7 - Rival?

1.1K 48 7
                                    

Chapter 7 - Rival?

***

"BAGAIMANA INI?!" aku dan Jord sama-sama berteriak di dalam kamarnya. Kami bolak-balik seperti orang linglung memutari ranjang dengan frustasi hampir saling menubruk jika saja aku tak langsung menyadarinya.

"Kau tahu dari mana Daddy punya pacar dan akan datang hari ini?" dia bicara hampir mengadah karena kami sama-sama berdiri berhadapan, dan jelas aku lebih tinggi darinya.

"Tadi em-" bagaimana mengatakannya?

"Tadi kapan?!" tanya Jord menuntut.

"Ta.. tadi .. umm.. aku bertemu dengan daddy-mu saat menungguimu ganti baju di depan pintu. Ya tadi itu! dan dia bilang temannya yang bernama Grace akan datang kemari. Dia ingin aku menemani kalian hari ini." kataku sambil memijati pelipisku yang terasa sangat nyeri sekarang. Ini lebih memusingkan dari pada mengerjakan skripsi yang selalu salah. Hampir aku mengaku pergi ke kamar Daddy-nya pagi tadi. Huh selamat.

Dan kenapa aku bisa menyimpulkan Grace adalah pacarnya? Tentu saja aku bisa.

Justin pernah bilang dia punya kekasih, kan? Malam itu, ditaman? Dan dia juga merencanakan memberi Jord ibu baru? Nah! lalu pagi tadi dia bilang si Grace itu ingin bermain dengan Jord seharian. Jelas kesimpulannya 'pacar' apa lagi?

"Huh! Aku tidak mau ibu baru!" kata Jord lemas lalu terduduk di ranjangnya dengan kepala tertunduk lesu.

"Huh! Aku juga tak ingin saingan baru." kataku ikut ikutan duduk lesu di sampingnya.

"Apa katamu?!" dia menyerngit-melirikku curiga.

"Eh! Bukan! Bukan! Kau salah dengar! maksudku, aku tak ingin kau ada saingan. Jika daddy-mu punya istri baru, maka dia akan lebih perhatian padanya. Ya kan?" kataku mencoba mengelak sebisa mungkin, sekaligus menghasutnya sebisa mungkin. Hihi, aku sudah seperti setan jahat penghasut para manusia. Persetanlah.

"Lalu bagaimana?" katanya frustasi. Cih, gayanya sudah seperti pengusaha yang akan terancam bangkrut saja.

"Nah! Sekarang ayo kita berpikir." kataku sok pintar kemudian memejamkan mataku seolah aku memang sedang mencoba berpikir. Jord mengikuti gayaku dan ikut memejamkan matanya juga.

Hihi, aku terkikik sembunyi-sembunyi sambil meliriknya dengan sudut mataku. Lucu sekali. Aku tidak percaya dia melakukan hal seperti itu.

Eh bukan saatnya curi-curi pandang tak jelas begini. Ayo Anne! Kau memang harus berpikir sekarang.

Akupun memejamkan mataku lagi. Kali ini benar-benar berpikir. Aku harap ruang gelap di kepalaku sekarang di terangi lampu yang menyala terang lantas memperlihatkan cara bagaimana agar masalah-yang sebenarnya bukan sepenuhnya hak ku ini-untuk segera ada jalan keluarnya. Ayo Anne! Berpikir. Menjadi pintarlah untuk saat ini.

"Nah!" aku berseru. Menjentikan jariku ketika lampu di kepalaku itu sudah menyala terang sekarang.

"Bagaimana Anne? Kau punya ide?" Jord menanggapi antusias. Wajahnya tak sabaran menunggu aku bicara. Aku menyerengai lebar padanya dan dia membalasku dengan senyum miring yang jauh lebih mengerikan dari seringaian-ku. Itu bisa di katakan senyum pemikat. Anak ini benar-benar mengagumkan.

***

"Anne, Jord. Kenalkan ini Gracia, temanku" teman dekatmu brengsek! Tadi pagi kau menciumku seperti orang kesetanan. Dan sekarang bisa-bisanya memperkenalkan wanita cantik ini padaku. Huh! Aku memaki dalam hati. Aku dan Jord berpura-pura tersenyum semanis mungkin padanya. Ternyata namanya Gracia. Grace hanya nama panggilannya saja.

"Dan Gracia, ini Anne dan Jord. Anne adalah pengasuh Jord, dia akan menemanimu bermain dengan Jord hari ini. Oke semua, aku harus berangkan meeting. Maaf tidak bisa bergabung. Dan Gracia, aku harap kau bisa cepat akrab dengan Jord" ucap Justin lalu masuk ke dalam limosin hitamnya. Wanita yang sialan cantik itu-Gracia-melambai manja saat mobil limosin Justin berjalan pergi meninggalkan rumah.

Please Be My Baby (Justin Bieber)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang