Part ini gaje.
yang anti gaje di sarankan agar tidak membaca.
sekian :-P
***
“Anne? Wajahmu menyedihkan sekali. Seperti baru di campakan kekasihmu saja” ucap seseorang menbuatku tersadar sejenak dari kepedihan ini.
Aku menoleh lemas dan mendapati Mrs. Collins memandangiku prihatin saat menuruni tangga—tempatku duduk saat ini. Ia turun dari lantai atas sambil membawa keranjang berisi pakaian kotor.
Aku menghela nafas panjang dengan raut wajah sedih yang aku yakini sangat menggelikan. Tapi sekarang menggelikan atau tidak, aku tidak peduli. Mrs. Collins menaikan kedua bahunya tak berkata apa-apa lagi kemudian berlalu melewatiku.
Aku kembali berbalik—bertopang dagu—mengintip mereka dari tempat ini. Ya! aku melihat dua orang itu sedang bercanda gurau di ruang keluarga sambil menonton kartun kesukaaan Jord, 'Tom And Jerry'.
Aku mungkin masih bisa sedikit lega karena disana hanya ada mereka berdua. Jika bertiga—huuuaaa! Hatiku pasti remuk redam! Tercabik-cabik!
Huh! Tapi tetap saja, walaupun hanya seperti ini. Menyakitkan sekali!
Ya! Aku cemburu!
Ya! Aku tidak rela!
Kenapa mereka akrab sekali?
Aku ingin seperti itu juga!
“Huaaa! Tidak adil” aku menggigiti ujung t-shirt ku geram. Kakiku menghentak-hentak lantai tangga dengan kesal.
“Ckckck.. kau ini—aku tidak mengerti kau sedang melakukan apa di tangga ini. Yang jelas mengintip itu tidak baik”
Suara berat itu...
Ya tuhan! Aku mohon! Jangan di saat seperti ini. Saat ini aku ingin menangis kencang. Dan tidak mungkin aku menangis hanya karena ketahuan cemburu melihat seorang anak kecil sedang menonton acara TV bersama tantenya sendiri! Oke lebih dari itu. Tunangan ayah tampan-nya! Puas?
Aku tak menoleh masih tetap memandang sendu ke arah mereka disana.
“Berhentilah bertingkah menyedihkan” suara itu terdengar lagi. Aku benar-benar mencoba tak mengacuhkannya tapi perkataan itu menusukku. Aku benar-benar mau menangis sekarang. Bibirku sudah bergetar, pandanganku sudah buram. Benar-benar sialan! Aku beriubah jadi cengeng sekarang.
“Baiklah jika kau tidak mau bicara, aku ingin kesana. Kau mau ikut atau tidak?”
Aku tetap diam. Pria ini benar-benar tega sekali padaku. Seharusnya dia diam disini tanpa ku minta. Menemaniku walaupun aku hanya diam. Seharusnya dia mengerti! Aku ini sedang cemburu! Cemburu berat!
“Yasudah, aku anggap itu jawaban tidak”
Hap!
Secepat kilat aku langsung meraih tangannya—saat dia ingin beranjak pergi dari sampingku. Aku mendongak dan menatapnya yang sedang berdiri menjulang itu dengan tatapan menyedihkan, air mataku sudah bercucuran. Bahuku sudah berguncang karena tidak bisa menahan isakan. Aku tahu saat ini Justin hanya sedang coba meledekku. Tapi bisa-bisanya dia melakukan hal seperti ini padaku?
“Ada apa? Hem?”
“Jangan” kataku lirih, penuh permohonan. Aku tak ingin dia pergi kesana. Sama sekali tidak boleh! Jika dengan memukulnya sampai pingsan sekarang dapat menghentikan pria ini pergi. Aku akan benar-benar melakukannya!
“Kenapa 'Jangan'?” dia pura-pura tidak tahu atau sengaja bertanya seperti itu untuk meledekku?. Aku meremas tangannya semakin kuat.
“Aku hanya kesana.” Justin mencoba menarik tangannya kembali. Menganggap ini sepele dan pada kenyataannya aku tak menganggap hal seperti ini sepele.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Be My Baby (Justin Bieber)
RomanceCopyright © 2013 by Nendy Surisma. Hak Cipta Terlindungi © 2013 oleh Nendy Surisma.