Chapter 8 - Unbelieved
“Aku ingin bicara dengan kalian sebelum Theresia datang kemari.” Justin berucap tegas lantas duduk di kursi ruang kerjanya. Aku dan Jord hanya berdiri tegang menanti apa yang ingin ia bicarakan pada kami. Oh tidak! Ternyata disini aku saja yang merasa terintimidasi. Jord terlihat berdiri santai di sampingku.
“Tante Theresia? Ternyata dia yang datang kemari--Daddy?” tanggap Jord antusis.
Hah? Jord mengenal wanita yang akan datang hari ini?
“Jangan mengalihkan pembicaraan Jord.” kata Justin mulai geram.
Jord menggelang cepat. “Aku tidak. Aku hanya senang tante Theresia jadi datang kemari. Sebulan yang lalu dia batal datang karena ada urusan. Padahal aku kan menunggunya. Tapi dia benar akan datang hari ini kan Daddy?” kata Jord semakin antusias.
“Iya, dia ingin bermain denganmu. Seharian penuh!” balas Justin sambil menghela nafas panjang. “Dan aku tak mau kalian mengerjainya.” lanjutnya lalu melirikku tajam.
“Tentu saja kami tidak akan.” jawab Jord masih dengan nada antusias. Jord benar-benar tidak sadar jika Justin sedang memberi ultimatum karena sudah mengetahui ulah kami selama ini.
“Baiklah Jord, tante Theresia akan segera datang. Kau bisa menunggunya di bawah.” kata Justin lagi. Aku masih menjaga diriku agar tetap diam.
“Tapi, Anne? Apa dia boleh ikut?” Jord melirikku lalu melirik Justin meminta persetujuan.
“Tidak Jord. Ada yang ingin aku bicarakan dengan Anne sekarang.” katanya tersenyum menenangkan pada Jord. Namun berubah masam saat menatapku.
Sial! Aku tahu ini pertanda buruk.
Jord menangguk mengerti. “Dah Daddy, dah Anne” dia berlari girang keluar ruang kerja Justin.
Cklek! Pintu tertutup.
Glek! tenggorokanku benar-benar tercekat sekarang. Suasana berubah hening. Menjadi lebih menegangkan dan mencekam. Aku tak tahu harus bicara apa. Ini bukan sekedar firasat. Ini memang buruk.
“Kenapa kau menakuti mereka?” akhirnya Justin bersuara. Aku langsung menaikan wajahku dan menatapnya bingung. Tidak mengerti dengan makna 'menakuti'.
Menakuti? Heh! Yang benar saja?
“Maaf? Aku menakuti?” aku mengulang pertanyaannya.
“Ya! Kau menakuti mereka dengan cara mengarang-ngarang cerita. Sejak kapan Jord jadi anak nakal?” katanya dingin. Aku tidak pernah melihat dia seperti ini. Ini membuatku--entah perasaan apa ini, seperti ada lubang besar di dadaku.
“Aku hanya ingin membantu Jord” kataku membela diri.
“Membantu?” dia terkekeh begitu sinis. Hatiku benar-benar remuk melihatnya seperti itu.
“Apa yang salah?” tanyaku lagi.
“Kau membuat mereka pergi! Kau membuat mereka tidak mau jadi ibu Jord. Dan kau bertanya apa yang salah?” dia berdiri. Aku hampir saja mundur melihat reaksinya. Namun, aku kembali berdiri tegak--untuk membela harga diriku sendiri!
Aku yang terkekeh sinis kali ini. “Kau menginginkan wanita-wanita egois itu untuk jadi calon Ibunya Jord?” aku mencibirnya.
“Kau sebut mereka egois? Lalu bagaimana denganmu? Apa kau tidak egois?” dia balas mencibirku.
“Apa maksudmu?” aku menatapnya kali ini mulai tersinggung.
“Oh ayolah Anne. Kau tahu maksudku.” dia membalas angkuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Be My Baby (Justin Bieber)
RomanceCopyright © 2013 by Nendy Surisma. Hak Cipta Terlindungi © 2013 oleh Nendy Surisma.