Rapuh (?)

57 4 1
                                    

Happy Reading !!?

*******

you say its easy but its to hurt for me.

"mau es krim?" tawar rendy ketika beberapa saat suasana hening.

Rena hanya mengangguk anggukan kepalanya sambil menahan senyumnya.

Rendy membelokkan mobilnya menuju mini market terdekat untuk membeli es krim.

-------

"kenapa lo suka banget es krim sih na"  tanya rendy datar.

Kini mereka sudah berada di teras rumah rena, menikmati suasana malam yang sepi akan pancaran bintang bintang. Rena yang mendengar pertanyaan rendy sontak memberhentikan menikmati es krimnya dan menatap rendy.

"karna disaat gue makan es krim, gue gak akan merasakan lagi panasnya hati gue ketika gue marah, ketika gue sakit hati dan dinginnya es krim menurut gue bisa meredakan emosi gue. Emangnya sih penuturan gue aneh banget soal itu, tapi gue fine aja dan itu udah cukup buat gue jadi tenang lagi" jelas rena menatap nanar ke arah depan.

"lo lagi banyak masalah?" tebak rendy.

Mendengar itu rena menjawabnya dengan nada santainya "masalah itu selalu dateng kapan aja entah ketika kita lagi bahagia tiba tiba dateng masalah atau ketika kita lagi ngadapin masalah trus dateng lagi masalah baru, tapi dari situ kita sadar kalau masalah itu semakin hari semakin berat karna pasti Tuhan mau nguji kita apa kita kuat jalaninnya. Dan itu membuat gue semakin yakin kalo ada masalah pasti Tuhan selalu di samping gue dan memeluk gue buat ngeyakinin bahwa gue bisa jalanin masalah itu"

Rendy terpaku di tempatnya mendengar penuturan rena yang baru dia ucapkan. Ia baru mengenal sosok lain dari rena saat ini, tidak ada rena yang ceria dan bahagia saat ini melainkan rena yang menatapnya dengan mata yang penuh kesedihan.  Tanpa di duga rendy menarik kepala rena untuk bersandar di bahunya agar rena tahu bahwa ia akan siap membatu dan melindungi rena untuk menghadapi masalahnya.

Sesaat rena kaget tentang perilaku rendy barusan,namun kepalanya yang berada di bahu rendy membuatnya merasa nyaman saat ini. Biarkan untuk saat ini ia berada pada posisi seperti ini.

"kalo lo mau cerita gue siap kok ngedengerin lo"  ucap rendy lembut sambil mengelus-elus pelan rambut rena.

"kalo gue udah siap gue pasti cerita kok"

"jangan terlalu dipaksain mendem masalah sendiri na, disini banyak yang bisa nolong lo jangan karna lo takut karna dia berganggapan kalo dia kasihan sama lo, itu hanya pemikiran lo aja mungkin aja dia bantu lo karna emang bener bener mau nolongin sebagai teman, jadi mulai sekarang gue harap lo bisa berbagi masalah lo terserah mau ke siapa entah ke gue atau ke sahabat sahabat lo yang penting kita semua ada disini untuk lo na" tutur rendy panjang sambil menatap lurus manik mata rena.

Hati rena tergohok mendengar perkataan rendy yang benar adanya. Memang ia takut untuk dikasihani ia tidak ingin dipandang oleh orang lain dengan tatapan kasihan. Yang dia butuh sekarang adalah sandaran untuk penguat dia menghadapin masalah namun ia tidak mungkin menceritakan masalah itu kepada orang lain walaupun sahabatnya sekali pun.

Cukup lama mereka ada di posisi seperti itu sampai rendy memecah keheningan "na gue mau nanya boleh?" ucapnya pelan.

"waiiitt sejak kapan lo manggil gue na? kan lo biasanya manggil gue ren?"
sebelum ia lupa akan pertanyaannya itu karna sudah lama ia ingin bertanya tentang hal itu yang menurutnya janggal.

"yaiyalah cuman masalah itu doang dipermasalahin sih" gerutunya dengan wajah kesal.

"ya kan menurut gue itu penting tau"

"gue manggil lo na biar beda aja,  biasanya lo dipanggil ren kan nah karna lo manggil gue beda dari yang lain jadi gue juga sama deh bedain manggil lo dari yang lain. udaah puass " cibir rendy.

"ooo" ucap rena membentuk huruf o di mulutnya membuat rendy gemas dan langsung mencubit ke dua pipi rena.

"ihh apaan sih lo ren, cubit cubit aja" sinis rena sambil mengelus elus pipinya yang baru saja di cubit rendy.

"abisnya pipi lo minta di cubit sih" goda rendy

"apaan sih mana ada kayak gitu dih"

"ada buktinya pipi lo tuh"

"ya ya ya whatever, trus lo tadi mau nanya apa?" tatap rena dengan nada serius

"ga jadi, lupa hehehe" tawa garing rendy dan mengaruk garuk kepalanya yang tidak gatal.

"huuuh dasar kakek, pikun"

"berarti lo nenek dong"

"ihh apaan sih gak jelas banget"

"kan aku gak jelas gara gara kamu" ucap rendy dengan nada sok imut. ewh

"apaan sih jijik tau gak"

Tawa rendy meledak melihat wajah rena yang sudah merah padam.

"ga lucu ren ga lucu tau gak"

"lucu banget lho itu sumpah"

"bodo bodo bodo" geram rena yang terus terusan di goda oleh rendy.

"oke oke na gue minta maaf deh" ucap rendy di sisa sisa tawanya.

Rena hanya duduk memunggungi rendy sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

"na gue minta maaf, maafin ya" bujuk rendy sambil menarik narik baju rena.

"apaan sih megang megang" risih rena ketika rendy terus-terusan menarik baju rena.

"maafin gue ya na, kan cuman bercanda tadi" ucapnya memelas

"iya iya udah sono balik udah malem" usir rena yang masih ketus terhadap rendy.

"tapi lo maafin gue kan?" tanya rendy

"iya iya, udah sono ih pulang" rena mendorong tubuh rendy menuju pagar rumahnya

"yaudah iya gue pulang, lo istirahat ya" ucap rendy lembut dan mengacak acak rambut rena pelan.

"iyaa rendy"  rena memutar bola matanya malas.

"yaudah gue pulang, good night rena. Besok pagi gue jemput lo ok" Rendy berjalan masuk ke mobilnya.

"gue bisa berangkat sendiri"

"gak denger penolakan tuh" ucap rendy diiringi cengiran khasnya dan mobilnya berlalu meninggalkan kediaman rena.

'kenapa lo selalu buat gue nyaman banget sih ren setiap gue deket lo, gue gak mau ngerasain namanya cinta dulu saat ini tapi lo membuat gue jatuh ke pesona lo terlalu dalam'  Rena berjalan gontai masuk ke rumahnya dan beristirahat  memulihkan tenaganya untuk aktifitas besok.

-you like star, always light in sky but can't I have-

~~~~~~~~~~~

Tbc-

Love You RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang