The First Temptation

77 9 1
                                    

"Lo mau pesen apa?" Ucap rendy menatap rena. Sekarang mereka sudah duduk di cafe dekat sekolah. Rena berpikir sejenak, Ia tidak mempunyai cukup uang untuk membeli makanan. Uangnya hanya cukup untuk ongkos naik bis.lagian ngapain sih si rendy ngajak gue ke tempat ini -gerutu rena dalam hati menatap sebal rendy.

"ekkhhm hmm gue gak me-sen, lo aja yang makan"

"hah?"

"gue gak mesen rendy"

rendy hanya menatap rena dengan alis terangkat satu. Bayangkan saja, bagaimana ia tidak bingung dengan sikap rena, padahal nyata nyata ia ngeluh sakit maag. sekarang ia ajak makan malah dia yang tidak memesan makanan.

"ayam bakar satu teh hangat satu sama mochacino satu mba" pandangan rendy berubah menjadi ke pelayan yang sudah berdiri di samping meja mereka.

"ayam bakar satu, teh hangat satu, sama mochacino satu" ulang pelayan itu.

rendy mengangguk sopan kepada pelayan itu.

"nunduk mulu lo, gak pegel apa tuh leher" ucap rendy setengah kesal kepada rena

Mendengar itu rena langsung mengangkat kepalanya menatap rendy di depannya. Mereka saling menatap, tanpa ingin terus jatuh dalam pesona rendy, rena memutuskan kontak matanya dari rendy dan mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela.

Diluar hujan. Ia meringis akibat hawa dingin yang masuk dikulitnya ditambah lagi perutnya yang ia belum isi sejak malam. Bisa bisa gue sakit kalau kayak gini jadinya -pikirnya dalam hati.

Rena ngusap usap kedua lengannya untuk mengurangi hawa dingin yang menempel pada kulitnya.

Rendy yang sama sekali tidak mengalihkan pandangannya ke arah lain. Hanya menatap wanita di depannya. Menatap dengan tatapan intens yang menjadi daya tarik tersendirinya yang bisa membuat kaum hawa terpana melihat ketampanannya dan sikap dinginnya kepada semua orang.

Tanpa aba aba rendy melepaskan jaket kulitnya dan menyampirkan ke bahu gadis itu. Rena terlihat shock dengan tingkah laku rendy yang berubah menjadi perhatian.

"nggak usah ren, gue gak pappa kok" seru rena sambil mengembalikan jaket yang ada dibahunya ke rendy

"pake"

"nggak usah, gue gak papa"

"pake rena, ntar lo sakit"

"apa?" ucap rena tak percaya dengan kata kata rendy tadi. sejak kapan rendy berubah jadi perhatian gini - batinnya berseru.

"jangan ke geeran, gue bilang gitu karna gak mau disalahin kalo besok lo nggak masuk gara gara sakit" kembali sosok dinginnya menguasai diri rendy.

Pesanan yang dipesan rendy datang, dan sudah tertata rapih di atas meja.

"makan" suara rendy menghentikan keheningan

"hah? gu-e nggak makan, kan tadi gue udah bilang"

"makan rena, gue mesen buat lo"

"gu-e ..."

"makan cepet"

rena menggeleng gelengkan kepalanya. Tetap kokoh dengan pendiriannya.

Dengan kesal rendy mengambil piring berisi ayam bakar dan nasi menyendokkan nasi dan ayam lalu menyodorkan sendok itu ke depan mulut rena. "makann" ucapnya tanpa terbantahkan.

Dengan berat hati rena membuka mulutnya untuk menerima suapan dari rendy. "suruh makan aja susah banget lo, kayak anak kecil tau gak" katanya seraya menyuapkan rena lagi.

"udah ren gue makan sendiri aja"

"gitu kek daritadi" sebal rendy dan memindahkan piring itu ke hadapan rena.

Dalam diam rena menghabiskan makannya, begitu juga dengan rendy yang menyeruput mochacino sambil menatap wanita di depannya yang sedang sibuk dengan makannya.

"makasih ya ren, buat semuanya" ucap rena seraya turun dari motor rendy.

"hmm"

"mau masuk dulu gak ren?"

"nggak usah gue langsung pulang"

"tapi ini masih ujan lho"

"gak papa takut kemaleman"

"mampir aja sebentar dulu, sampe ujan reda ren"

"gak usah"

"gue balik ya" kata rendy dari balik helmnya dan langsung melajukan motornya membelah hujan

"dasar otak batu" cibir rena menatap hilangnya motor rendy di tikungan.

"ohh iya ini jaket rendy masih di gue, lupa gue balikin ke dia" serunya melihat tubuhnya yang masih diselimuti jaket milik cowok itu.

"udahlah nanti gue kembaliin pas disekolah" ucapnya melangkahkan kali masuk ke rumahnya.

***

Sinar matahari yang masuk celah celah jendela kamar membuat rena terbangun dari tidurnya. Ia mengucek matanya untuk bisa melihat lebih jelas lagi.

Dengan langkah malasnya ia bergegas ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Setelah rena keluar dari kamar mandi ia berniat untuk keluar kamar menemui ibunya yang kondisinya semakin mengenaskan. Hampir setiap malam rena menemukan ibunya menangis di bilik kamarnya sambil memegangi bingkai foto pernikahannya bersama ayah rena.

"ibu" ucap rena pelan sambil mengetuk pintu kamar ibunya. Namun tidak ada respon dari ibunya. Dengan hati hati rena membuka kenop pintu kamar ibunya.

Nihil. Hanya tempat tidur yang rapih yang dilihat rena. "bu..ibu dimana?" ucap rena seraya mengitari ruangan lainnya. Ibu kemana ya? - batin rena berucap. Namun ia tetap tenang dan berfikiran positif untuk ibunya. Rena melangkahkan kakinya menuju meja makan untuk minum. Namun ada hal yang ganjal di atas meja. Sepucuk kertas putih tergeletak disana. Langsung saja rena mengambilnya dan membacanya.

Untuk renata adelia

sayang maafkan ibu, ibu gak bisa lagi jaga kamu rena, bukan karna ibu gak sayang sama kamu tapi kondisi yang membuat ibu begini. Sekarang ibu pergi ke negara orang untuk menjadi tkw demi membiayai kamu sekolah ren. Untuk beberapa tahun ini ibu akan bekerja, kamu jaga diri baik baik ya. Ibu akan kembali kamu harus jadi gadis kebanggan ibu.

Salam kasih ibumu

Rena tidak percaya itu. Ia tidak mungkin mempercayai surat ini. Mana mungkin ibunya tega meninggalkan dirinya sendiri?Itu tidak mungkin. Tidak mungkin. Tapi itu adalah kenyataan pahit yang harus dterima rena. Menghadapi kehidupan dalam kesendirian. Tidak ada seseorang yang bisa menopangnya ketika ia lelah. Ya, ia harus bisa. Bisa menjalani hidup sepi tanpa kedua orang tuanya.

Sekarang ia harus ngapain? Ia tidak punya simpanan uang untuk beberapa hari kedepan. Ibu juga tidak menitipkan apapun untuknya.Hanya tempe goreng dan nasi yang sudah tersaji di depan matanya. Tidak ada uang disana. Lalu bagaimana hidup dia sekarang.

Bekerja? Apa mungkin ia harus bekerja? Demi melanjutkan hidupnya sebelum ibunya mengirimkan dia uang? Ya, ia harus bekerja. Tekadnya sudah bulat sekarang. Bekerja apapun ia akan lakoni untuk tidak merepotkan orang lain.

Tanpa berpikir panjang ia mandi, bersiap untuk pergi mencari pekerjaan.

"YaAllah bantulah hamba untuk selalu tegar dalam menghadapi semua cobaan ini" - batinnya terus berucap seperti itu. Puluhan kilo ia sudah lewati dengan berjalan kaki. Mulai dari kuli cuci piring serta menjadi kasir mini market ia belum juga diterima.

Ia memutuskan untuk beristirahat di bangku taman. Dengan ditemani dengan desir angin ia mengadahkan kepalanya menatap langit sore.

Cukup lama ia berada di posisi itu Sampai terdengar suara bariton memanggil namanya.

"rena"

Tbc~

Love You RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang