Chapter 6 - Is Somebody There?

311 17 1
                                    

"Sial! Peluruku sudah habis!" Ian berseru keras.

"Punyaku juga!" Zack juga berteriak. Sekarang kami sudah benar-benar tepojok. Semua amunisi kami sudah benar-benar habis. Kami merapat perlahan-lahan. Zombie-zombie itu mulai mendekat perlahan. Kami semakin merapat, begitu juga zombie yang semakin mendekat. Apa semuanya akan berakhir begitu saja? Aku kira kami bisa bertahan lebih lama lagi. Kami sudah pasrah, jika memang harus berakhir seperti ini, maka biarkan hal itu terjadi. Lagipula, tidak ada gunanya jika terus melawan, bukan? Pada akhirnya kita tetap akan mati, dan berubah menjadi salah satu monster pemakan daging manusia itu. 

Ini saatnya, semua cerita ini akan berakhir begitu saja. Tidak ada akhir yang baik ataupun buruk. Hanya sekelompok orang yang sebentar lagi akan berubah menjadi zombie. Kami sudah benar-benar tidak punya harapan sedikitpun, semuanya habis. Tidak ada gunanya berharap disaat seperti ini. Tetapi kemudian, 'Bang!' suara letupan senjata api terdengar sangat keras, mengenai kepala salah satu zombie yang sudah benar-benar dekat. Apa itu? Apa yang kudengar itu benar-benar suara senjata api? 'Bang!' tembakan kedua, melubangi 3 kepala zombie sekaligus. Semua suara tembakan ini, benar-benar nyata, kan? Aku seolah tak mempercayai apa yang baru saja kudengar. Tapi siapa? Siapa orang yang nekat melepaskan tembakan hanya karena sekelompok orang seperti kami? Apa ada orang-orang yang selamat selain kami? Tapi siapa? Dimana mereka?

"Awas!" Seseorang muncul entah dari mana, membawa sebuah gergaji mesin dan menghabisi zombie-zombie disana secara membabi buta. Aku dan teman-temanku yang lain tentu cukup terkejut ada seseorang yang tiba-tiba muncul dan membantai zombie-zombie yang baru saja akan menjadikan kami sebagai sarapan mereka.

"Rasakan ini!" Satu orang lagi muncul, menembaki zombie-zombie dengan senjata api otomatis. Aku semakin-bertanya-tanya, siapa sebenarnya orang-orang ini?

Tak butuh waktu lama, semua zombie yang tadi mengepung kami kini habis tak tersisa. Kami tentunya bersyukur kami masih menjadi manusia. Tapi, lagi-lagi kenapa? Kenapa repot-repot menolonh kami? Kami bukan orang yang spesial. Kami hanya sekelompok remaja yang kebetulan bisa selamat.

Kedua orang tersebut menyelamatkan kami. Pahlawan, aku bisa sebut begitu, mereka memakai masker balaclava yang menutupi selurub kepala kecuali mata. Dan satu orang lagi datang entah dari mana, menenteng senjata laras panjang.

Mereka bertiga berbaris didepan kami, membuka balaclava mereka, menunjukan wajah-wajah heroik yang ingin kami lihat. Wajah mereka mirip. Sangat mirip. Dan orang yang menenteng senjata laras panjang itu ternyata seorang perempuan.

"Aku Jack." ucap seseorang yang membawa gergaji mesin.

"Aku Jill." ucap si perempuan penembak jitu.

"Dan aku Joe." ucap orang pembawa senjata otomatis.

"Kami beritga, kembar identik." mereka berkata berbarengan. Kembar identik, pantas mereka sangat mirip. Umur mereka kira-kira 30-an.

"Kalian baik-baik saja, kan?" tanya Jill.

"Ya, kami baik. Terima kasih. Tapi, kenapa kalian menolong kami?" jawabku. teman-temanku memandangku heran. Ya, memang seharusnya aku tidak perlu menanyakan alasan seseorang saat menolong kami. Tapi kupikir, di dunia yang sudah hampir berakhir ini sudah tidak ada lagi orang yang mau menolong sesama. Atau mungkin aku salah? Jack, Jill dan Joe tertawa saat mendengar pertanyaan bodohku, lalu kemudian Jack berkata,

"Nak, dunia memang sudah berakhir. Tetapi dunia masih belum kehabisan orang baik." wah wah, jawaban dari Jack cukup mengejutkanku. rupanya apa yang dipikirkan oleh Jack sama dengan pikiranku. 

"Dan kami tidak mungkin selamat jika hanya kami bertiga." ucap Jill.

"Jadi, bolehkah kami ikut dengan kalian?" sambung Joe. Untuk tiga kembar identik, mereka sangat kompak. Aku menengok ke belakang, meminta persetujuan dari teman-temanku yang lain, termasuk Ian. Dan rupanya mereka juga setuju.

The True Zombie ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang