part 3

412 23 4
                                    

Perlahan sangat perlahan, kau membuatku seakan nyaman setiap didekatmu, inikah cinta?

--------
Matahari dengan semangatnya mengeluarkan sinar terangnya di pagi hari.

Teesa membuka matanya perlahan, tanganya meraba-raba seseorang di sebelahnya, namun tidak ada tanda bahwa ia disana ia semakin membuka matanya dan menatap ke arah sampingnya, ia mengernyitkan dahinya, hati nya bertanya-tanya kemana sosok Brian, lalu ia berjalan menuju kamar mandi di sana juga tidak ada tanda-tanda Brian.
Sedetik kemudian ia melihat  sebuah gerakan di dapur, dan benar saja itu dia, orang yang sedang di carinya.

"Akhh, kau sudah bangun yah, apa karena suara memasaku ini?"

"Tidak, aku bangun dengan sendirinya bukan karena kau, biar ku bantu" ucap Teesa lalu menghampiri Brian

"Tidak, kau duduk saja, biarkan aku yang menyiapkan sarapan ini, kau pasti masih lelah kan"

"Tidak, biar aku saja, bukanya ini tugas ku sebagai seorang istri, lagian kau mau kerjakan  bagaiman kalau nanti terlambat"
Brian malah menarik tangan Teesa dan membawanya ke sebuah bangku.

"Duduklah, jangan menggangguku memasak" ucapnya lalu sekilas mencium pipi Teesa, Teesa sedikit terpelonjok saat lagi-lagi ia menciumnya tanpa ijin, berdesir perasaan aneh itu tiba-tiba merayapi hatinya, ada yang aneh di dalam sana.

--------
Mereka menyantap makanan dalam diam, tidak ada yang memulai pembicaraan di antaranya, menit berikutnya acara sarapan mereka telah selesai, dan setelah itu Brian berpamitan pada Teesa untuk pergi ke kantornya.
Teesa hanya mencium tangan suaminya sebagai tanda hormatnya pada suami, dan Brian juga tak lupa untuk mencium kening Teesa, mereka masih menatap dalam diam dan setelahnya Teesa hanya menatap, kepergian Brian bersama mobilnya, ia memegang dadanya yang saat ini masih di banjiri perasaan aneh itu, entah apa arti dari perasaan ini.
Hari-hari berikutnya masih tetap sama Teesa masih selalu menjauh saat berdekatan dengan Brian, apa lagi saat tidur bersama ia selalu saja menghindar, saat Brian mendekatinya.

-----------

Teesa tengah duduk di pinggir kaca jendelanya yang sedikit terbuka, memejamkan matanya dan menghirup udara yang masuk ke dalam rongga hidung sampai ke  kerongkonganya.

CKLEK
Suara pintu itu sukses membuatnya menatap kepadanya, dia tampan tapi terlihat wajahnya yang sepertinya lelah, batinya.

"Kau belum tidur" ucapnya dingin

"Belum, kau kenapa wajahmu pucat?" Teesa sedikit bingung dengan sikap Brian yang berubah sedingin ini. Apa kau sakit?" lanjutnya lalu menempelkan punggung tanganya di kening Brian.
Brian tidak menjawab ia malah mencekal tangan Teesa dan menariknya kedalam pelukanya, Teesa menegang di pelukan Brian, ia merasakan napas hangat itu melewati lehernya.

"Biarkan seperti ini sebentar saja, aku butuh kehangatan." ucapnya membuat Teesa merinding mendengar ucapanya apalagi kini kepalanya berada tepat di leher Teesa, tiba-tiba ia merasakan sebuah kecupan disana, segera ia dorong tubuh Brian dari pelukanya.

"Jangan pernah macam-macam, padaku, jangan pernah sentuh aku, aku tidak mau kau menyentuh sebagian tubuhku." ucap Teesa menatap takut dengan tatapan Brian yang aneh itu.

"Kenapa? Aku suamimu Teesa jadi segala sesuatu yang ada padamu kini sudah jadi miliku, kenapa kau malah tidak mau ku sentuh hah?" ucap Brian sedikit membentak.
Brian malah semakin mendekat dan Teesa terus mundur

"Diam disitu, atau tidak aku akan berteriak." ucapnya semakin ketakutan namun
sedetik kemudian tubuh Teesa sudah berada di bawahnya.

"Aku menginginkanmu Teesa, sekencang apa pun kau berteriak tidak ada yang akan menolongmu, ingat kita adalah sepasang suami istri, jadi apa salahnya?" ucapnya lalu mencium bibir ranum milik Teesa dengan paksa.

"Hmmp… hentikan Brian, hmmp ku mohon" di sela ciumanya tidak terasa air matanya begitu saja keluar saat ketakutan itu tiba tapi sepertinya Brian tidak menghiraukan itu ia malah semakin memperdalam ciumanya.

Namun setelah beberapa lama ia merasakan sesuatu yang basah di pipinya, ia menghentikan ciumanya dan mendapati Teesa yang masih meneteskan air matanya.
Teesa menatapnya tajam, mungkin ia marah dengan perlakuan Brian padanya.
Brian menghapus air mata Teesa dan mencium kelopak mata Teesa.

"Maafkan aku Teesa, aku… tidak berniat untuk membentakmu dan  membuatmu menangis." ucapnya bersalah.
Lalu ia bangun dari tubuh Teesa dan menariknya kedalam pelukan, dengan segera Teesa mendorong tubuh suaminya itu

"Aku benci padamu, aku benci  cepat pergi dari hadapanku." ucap Teesa lalu memilih berbaring dan memunggunginya, Brian mengacak rambutnya kasar lalu detik itu juga Brian beranjak pergi dari kamarnya.

Brian pov

Saat itu aku memang sedang kesal dengan masalah yang sedang terjadi di perusahaanku, hingga ketika aku sampai di rumah aku masih menampakan wajah kesalku, tapi sedetik kemudian aku menatap Teesa menghampiriku dan menanyakan
"Kau kenapa? wajahmu pucat, apa kau sakit?"

Sungguh kata-katanya membuat aku sangat bahagia, aku pikir dia menghawatirkanku karena ia sudah bisa  mencintaiku, dan saat itu juga aku memutuskan untuk memeluknya, dan mencoba untuk menggodanya.

Tapi lagi-lagi tindakanku salah dan malah menyakitinya, dan membuatnya menangis begitu saja, sungguh aku menyesal atas kejadian itu betapa bodohnya aku, aku membenci diriku sendiri

Brian pov end

Setelah kejadian malam itu, Teesa dan Brian seakan - akan tidak saling mengenal, tak ada lagi senyuman kecupan hangat, seakan - akan semuanya hilang begitu saja.

Dalam hati kecil Teesa ia merindukan senyum Brian yang selalu ia tampakan sebuah kecupan hangat di keningnya saat ia akan tidur dan saat dia akan berangkat kerja, sungguh ia kehilangan sosok Brian yang dulu, sekarang ia menjadi sosok yang dingin dan menjauhinya begitu saja, sungguh ia tersiksa dengan semua ini, saat ini ia lah yang merasa bersalah, apa ini yang dinamakan cinta? benarkah aku mencintainya?

--------

Huaaa keriting nih tangan akhirnya kelar juga part yang ini, gimana readers seru gak?

Akkh tidak yah, hmm kecewa yah maaf yah gaje.
Hmm berharap ada yang asih vote nih hhhe

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang