part 8

349 19 0
                                    

Perasaan memang sulit untuk di tebak, antara rasa cinta dan Benci.
Berpura-pura biasa tapi tidak bisa.

-------

Hari  ini adalah hari pertama kepulanganya dari Bali, semenjak kejadian itu, Teesa mulai menghindar dari Brian, pandanganya saat Brian berciuman dengan wanita itu membuat hatinya seakan remuk, tentu saja katrena ia mulai mencintai Brian, tapi apa di saat rasa cinta itu tumbuh dia malah membuatnya menghapus kembali rasa cintanya.

"Kau belum tidur." suara berat itu membuat Teesa menatap ke arahnya.

"Bukan urusanmu." ucapnya ketus.

"Aku suamimu, jadi aku pantas menanyakan itu." Balasnya lalu menghampiri Teesa.

"Hentikan, Brian, mulai sekarang jangan campuri urusanku, untuk apa kau mencampuri urusanku, bukanya sebentar lagi kita akan bercerai hah." ucap Teesa sedikit emosi.
Brian diam di tempat menatap mata Teesa dengan dalam.

"Baiklah, jika kau masih kekeh ingin perceraian, aku akan membuat perceraian dengan damai." ucapnya lalu seketika mengecup kening Teesa singkat, setelahnya ia keluar dari kamarnya.

Teesa mematung disana ia memegang keningnya, lagi - lagi hatinya di buat geli saat Brian memperlakukanya dengan sangat manis.

"Apa aku memang sudah menghapusnya, atau dia sudah kembali menumbuhkanya, akkh perasaan apa lagi ini." batinya

------

Brian berjalan menuju parkiran langkahnya terhenti saat sosok wanita itu kembali muncul di hadapanya, setelah apa yang ia lakukan ketika di bali, dan sekarang datang lagi tanpa di undang.

"Brian." ucapnya tersenyum
Brian menatap nya dingin.

"Untuk apa lagi datang kemari, apa kau masih belum puas m.."
Nara langsung mendekapnya.

"Ku mohon, jangan menghindari aku lagi, tidak ingatkah ketika kita masih bersama, kita pernah membangun mimpi kita di masa depan nanti tapi...."

"Tapi kau telah menguburnya, kau sendiri yang mengingkari nya Nara, apa kau tidak sadar, saat pernikahan itu kenapa kau malah pergi, di saat pernikahan itu aku berharap lebih padamu, dan kau tau aku sangat bahagia, tapi apa kau malah membuat aku dan keluargaku kecewa kau pergi tanpa alasan dan setelahnya aku di kejutkan kau pergi karena kau punya yang lain, dan kau tau setelah itu aku menjafi benci padamu, aku sakit, aku kecewa, dan satu lagi kini cintaku telah hilng untukmu, jadi ku mohon jangan ganggu hidup ku lagi Nara." ucapnya prustasi

"Maaf, dan maaf Brian, kau harus tau satu hal dariku, aku pergi disaat pernikahan kita, karena ayah  ku menentang keras untuk tidak menikah denganmu, dan kau tau di sana aku juga tidak bahagia, aku di jodohkan ayahku kepada anak temanya hanya demi bisnis, kau tau aku menderita disana, karena setiap hari aku hanya bisa memikirkanmu, ku coba untuk sekedar memberi kabar padamu, tapi kau tau ayahku malah me..."

"Cukup, pergilah aku tidak mau lagi mendengar penjelasaanmu, semua itu tidak akan bisa merubah semuanya, sekarang hidup kita sudah masing-masing dan aku sangat mencintai istriku." ucapnya dan berlalu pergi dari hadapan Nara.

"Brian, tunggu, gak bisa begini Brian, Briian." teriak Nara saat Brian sudah jauh mengendarai mobilnya Nara membuang nafas nya kasar.

----

Jam menunjukan pukul 23:30
Teesa mencoba menutup matanya namun lagi-lagi tak bisa otaknya masih berjalan memikirkan Brian, di dalam hati kecilnya ia masih menghawatirkan brian.

"Biasanya pria itu sudah ada di rumah sebelum jam sebelas, lantas kemana ia, oh ya tuhan sungguh aku hawatir padanya." batin Teesa prustasi

lalu sebuah pintu tiba-tiba terbuka, sedikit terasa lega di hatinya saat melihat Brian sudah datang, tapi wajah pria itu, tampak aneh saat ini dan di lihat dari cara berjalanya, yang aedikit sempoyongan.

"Oh  astaga, apa kau mabuk." ucap Teesa menghampiri Brian
Brian menatap sekilas Teesa, dengan tatapan dingin, lalu berlalu begitu saja kedalam kamar mandi, Teesa hanya mengerutkan dahinya.

"Ada apa denganya, tidak biasanya dia sedingin itu." batinya lalu memilih duduk di tepi ranjang menunggu sosok Brian dari kamar mandi sana.

"Brian? jawab aku apa kau sedang mabuk." ucap Teesa setelah Brian keluar dari kamar mandi

"Menurutmu." ucapnya 
Teesa merasa kecewa akan jawaban Brian, baru kali ini ia mendapati sosok Brian yang dingin.

"Briiiiian." teriak Teesa wajahnya mulai terlihat kesal. Jawab pertanyaanku." lanjuynya.

Brian berjalan mendekat ke arah Teesa yang sedang duduk di tepi ranjangnya, Teesa menelan salipanya cepat, detak jantungnya mulai tidak beraturan. Wajah Brian terlihat dekat denganya.

"Sejak kapan seorang Teesa tiba-tiba menghawatirkanku, sungguh suatu keajaiban bagiku." ucapnya tersenyum masam.

"Brian." ucap Teesa lirih.

"Kau tenang saja, secepat mungkin aku akan mengurus perceraian kita, yang sangat kau inginkan." ucapnya lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Teesa, Teesa menggelengkan kepalanya, lalu  seketika Teesa bernafas dengan lega.

"Bukan, bukan itu yang sedang ingin ku bicarakan" batinya
Ingin sekali ia mengelak tapi niat nya kembali ia kurungkan

"Tidurlah, jangan memikirkan apapun yang aku lakukan." ucapnya lalu mbalikan badanya hendak pergi dari hadapan Teesa.
"Bisakah, kau berubah seperti Brian yang aku kenal, tolong jangan tampakan sifat dinginmu di hadapanku." ucap Teesa langsung berdiri, tiba-tiba hatinya sangat terdorong untuk mengucapkan itu.

Brian membalikan tubuhnya, lalu menatapi Teesa yang sedang menatapnya. Brian berjalan ke arahnya lalu saat itu juga Teesa di kejutkan saat Brian menarik pinggangnya lalu mencium bibir miliknya, Teesa sedikit meronta saat Brian semakin memperdalam ciumanya, tapi lengan kekarnya sulit untuk Teesa kalahkan.

" Hiburlah aku sekarang jika kau ingin melihat ku seperti dulu, saat ini aku membutuhkanmu." ucapnya saat melepaskan ciumanya, lalu hendak mencium Teesa kembali, namunTeesa segera memalingkan wajahnya.

"Aku bukan wanita murahan Brian, kau pikir aku akan mau menghiburmu, sementara sebentar lagi kita akan bercerai." Brian melepaskan tanganya dari pinggang Teesa, dan menjauhkan wajahnya. Terlihat dari sorot mata Brian yang tampaknya sedikit kecewa akan penolakan Teesa. Brian tersenyum masam.

"Lagi-lagi aku terlihat bodoh dimatamu Teesa akkkh, aku memang pria yang tak pantas untukmu, seharusnya aku bisa membuatmu bahagia bukan membuatmu ingin cerai denganku, ternyata sulit untuk mencuri hati kecilmu itu, aku tau sampai kapanpun memang aku tidak mungkin bisa menggantikan posisi sammy di hatimu, sungguh miris." ucapnya lalu berlalu dari hadapan Teesa

Teesa hanya diam dengan perasaan bersalah.

Yeyyy kacang lagih yah gpp dah: (

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang