part 5

435 15 2
                                    

seseorang yang sering ku acuhkan.
Tapi aku tak rela jika orang lain malah menyukainya.

-----------
Brian menarik tangan Teesa dan berjalan menuju Bandara.
Teesa masih diam hanya menurut.

"Mah, pah. Brian dan Teesa berangkat dulu yah." ucap Brian lalu mereka mencium tangan orangtuanya, dan orangtua Teesa.

"Ia sayang, hati-hati yah, jangan lupa oleh-oleh dari sana berikan kami cucu yang lucu." ucapnya tertawa, Brian tersenyum dan melirik Teesa sebentar.

"Itu bisa di atur mah, iya kan sayang." ucap Brian menyenggol lengan Teesa.

"Akhh, iiya mah." ucapnya salah tingkah wajahnya kini sangat memerah, Brian hanya tersenyum melihat ekspresi Teesa yang menggemaskan itu.
Mereka melangkah menuju pesawat.

"Hati-hati yah anak-anak mamah." ucap ibunya Brian
Mereka hanya tersenyum dan sedetik kemudian pesawat sudah meluncur ke udara.
Teesa masih menutup matanya, saat kapal itu telah melayang di udara, tanpa sadar tanganya masih mnggenggam tangan Brian sangat erat, Brian menatapnya.

"Buka matamu sayang, kita sudah berada di udara."

"Aku takut, aku mau pulang sekarang." ucapnya masih menutup matanya tubuhnya masih gemetar, saat itu juga Brian langsung menariknya kedalam dekapanya, dan sontak membuat matanya terbuka.

"Jangan takut ada aku disini, aku baru tahu kalau kau takut naik pesawat, jangan takut coba kau lihat pemandangan dari luar sana bagus kan." ucapnya sedikit merubah posisi Teesa untuk menatap ke arah luar, seketika Teesa menikmati pemandangan itu, dan entah mengapa tiba-tiba rasa takut itu menghilang, dan ia merasakan sebuah kenyamanan di dekapan suaminya ini, rasa takutnya telah terkubur oleh rasa kenyamanan.

-----------

Setelah beberapa jam pesawat pun akhirnya mendarat dengan sukses disana.
Brian dan Teesa segera keluar dari sana, dan kini mereka sudah berada di sebuah Vila yang cukup megah disana.

"Ini tempat menginap kita selama seminggu apa kau suka?"
Teesa hanya menganggukan kepalanya.

"Sekarang kau istirahat saja dulu disini, aku ingin keluar sebentar." ucapnya tersenyum lalu berjalan keluar.
Teesa membereskan pakaiannya ke sebuah lemari kecil disana, setelahnya ia memilih membaringkan tubuhnya disana.
lalu Brian berjalan mendekatinya.

"Sekarang kau istirahatlah, besok siang kita akan berjalan-jalan ke pantai Bali." ucapnya lalu merebahkan badanya di samping Teesa, dan menariknya ke dekapanya, wajahnya ia dekatkan dan Teesa hanya menegang di sana ia hendak mencium Teesa, namun tangan Teesa menahan dadanya .

"Jangan berbuat macam-macam, di sini." ucap Teesa tampak terpancar rasa ketakutan dimatanya.
Brian tersenyum lalu memilih mencium kening Teesa.

"Tidak aku tidak akan melakukanya, sekarang tidurlah jangan meronta atau apapun, biarlah kau tidur di dekapanku." ucapnya lalu semakin mendekap Teesa, sementara Teesa hanya diam menurut lalu ia memilih terlelap disana.

------------

Pagi ini Brian dan Teesa sudah berada di pantai Bali
Menikmati pagi yang cukup cerah ini.

"Bagaimana?, apa kau senang datang kesini?"

"Ya, aku senang." jawabnya singkat, Brian tersenyum.

"Mau berenang bersamaku."
Tawarnya.

"Tidak, aku tidak mau, kau saja sendiri, aku ingin disini saja." ucap Teesa lalu melepas genggaman Brian dari tanganya
Brian menatapnya penuh kecewa, namun tiba-tiba seeseorang menghampirinya.

Brian cukup terkejut dengan kedatangan orang itu di hadapanya, begitupun Teesa, hatinya bertanya-tanya mengenai seseorang di depanya wajahnya cantik, putih, mulus bahkan tubuhnya sangat seksi ia cukup malu jika di sandingi dengan wanita di depanya ini jelas ia akan kalah, tapi yang jadi pertanyaanya saat ini, siapa wanita ini?.

"Hai Brian, akhirnya kita bisa bertemu lagi disini." ucapnya tersenyum Brian masih diam,
Apa dia yang kau maksud istrimu" lanjutnya menatap Teesa dengan tatapan menilai.

"Yah dia istriku, lalu untuk apa kau ada di sini." ucapnya dingin

"Oh ayolah sayang jangan pura-pura dingin seperti itu aku tau kok kamu senangkan ketemu sama aku." ucapnya lalu tenganya menggelayut mesra di tangan Brian.

Deg hati Teesa merasakan sebuah dobrakan disana, rasa panas menjalar di tubuhnya apa ini apa aku cemburu, batinya saat mendengar sayang dari mulut wanita itu.

"Siapa kau, apa kau..."

"Yah kau benar bagus sekali pikiranmu, kami memang berpacaran." ucapnya memotong pembicaraan Teesa
Cukup keterkejutan di hati Teesa.

"Dengar yah Nara, semuanya sudah selesai kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, jadi berhenti mengharapkanku."

"Sayang, sampai kapan kamu bohong terus sama istrimu itu katakan saja sayang kalau kita ini memang pacaran." ucapnya tersenyum.
Ketika Brian akan membalas ucapan Nara Teesa malah menahanya.

"Cukup , aku tidak mau lagi mendengar pembicaraan kalian, maaf telah mengganggumu, aku permisi dulu, silahkan lanjutkan." ucap Teesa lalu pergi menjauh dari Brian dan Nara,

"Teesa tunggu." namun Nara menahan tanganya

Teesa pov
Astaga perasaan apa ini? sungguh tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang aneh di dalam sini, apalagi saat wanita itu bergelayut manja ditangan Brian, mengatakan sayang akhh.

apa aku cemburu? oh sadarlah Teesa kau tidak mencintainya kan jadi jangan cemburu padanya.

Akhh tapi saat ini ingin sekali aku marah padanya, Brian kenapa ia malah diam bersama wanita itu, kenapa tidak mengejarku, akhh dasar pria brengsek apa dia sengaja menyuruh kekasihnya itu untuk datang kesini, aisssh dasar aku membencinya.

Teesa pov end

Brian menepis tangan Nara dengan kasar.
"Jangan pernah mengganggu hidup ku lagi, mengertiii." bentaknya lalu pergi dari hadapan Nara dan memilih menyusul Teesa

"Sialan, akkh awas kau Brian." emosinya, wajahnya penuh dengan amarah.

----------

Teesa berkali-kali membuang nafas nya dengan kasar mengontrol emosinya,dan entah mengapa sedari tadi air matanya terus keluar oleh karena itu ia memilih diam di kamar.

"Teesa?"
Teesa menengok ke arah suara itu.

"Brian." ucapnya segera ia hapus air matanya lalu berdiri

"Jangan dengarkan perkataan dia, aku dengan nya sudah tidak ada lagi hubungan, kau percayakan padaku." ucapnya lalu mendekat kearah Teesa.

"Untuk apa kau nenjelaskanya, lagian aku tidak peduli kalau memang kau pacaran denganya." ucap Teesa begitu saja.

"Benarkah, baiklah sudah tidak ada gunanya aku menjelaskan padamu, lagian kau tidak peduli." ucapnya lalu berbalik meninggalkan Teesa yang masih berdiri mematung.

"Aku berusaha tidak peduli, tapi aku tidak bisa, aku cemburu padamu, yah aku rasa aku cemburu padamu." batinya.

Eng ing eng krik-krik krik garing lagi yah wahh nangis nih: (

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang