- 12 -

488 45 0
                                    

Ia terlihat lelah saat menuruni tangga gedung pengadilan dan ketika manik matanya bertemu denganku, anehnya ia masih mampu tersenyum. Senyum nomor tiga, berarti ia masih menganggapku seorang teman. Syukurlah.

"Kenapa tidak pergi? kenapa masih menungguku?"

"Kamu pasti melewatkan makan siangmu, ini makanlah. Mau kuantar pulang?"

Ia mengeluarkan tatapan menyesalnya, aku tidak suka melihatnya.

"Ayo kita ke kampus. Sore ini cuacanya sedang bagus. Aku tidak mau memimpikan diriku bersantai di taman kampus malam ini."

Aku tertawa mendengar alasan konyolnya. Aku tahu kalau dia hanya merasa bersalah kepadaku. Jika aku menolaknya, ia akan merasa semakin bersalah. She is over thinking everything. Jadi lebih baik aku mengiyakan saja ajakannya agar ia tidak merasa bersalah padaku.

___

Beautiful YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang