"Dulu, kamu selalu saja menggangguku jika aku sedang menghafalkan jurnalku disini," ia sudah melepas sepatu haknya dan duduk di atas rerumputan taman.
"Dan kamu akan melemparku dengan buku undang-undang setebal bantal tidur kan? Itu sangat menyakitkan, S." Dia tertawa melihat ekspresi sakitku yang dibuat-buat.
Dia merebahkan tubuhnya di atas rumput seperti melepaskan bebannya hari ini. Ada kedamaian disana. Bias sinar matahari menyempurnakan kecantikannya. Aku terhipnotis olehnya.
Semoga lelahmu lekas hilang, S. Aku tidak senang melihat wajah lelahmu.
Lalu pikiran ini datang, mendobrak tanpa suara.
Bagaimana bisa aku meninggalkannya dahulu? Iya, memang aku yang pergi meninggalkannya. Aku yang mengakhiri kisah kita hingga hanya tersisa aku dan dia. Jika sekarang aku dengan mudahnya mengkhawatirkannya, kenapa aku tak berpikir untuk mengkhawatirkannya dulu? Apa yang sebenarnya aku pikirkan?
Karena dulu kau lebih memilih kesenanganmu tanpa memikirkannya.
___