Flashback.
Senin sore, suasana sibuk di kantor SM berjalan seperti biasanya, masing-masing staf sibuk mengerjakan tugas mereka dan para trainee berada di studio untuk berlatih. Hal ini kontras dengan suasana di dalam ruang meeting yang intens dengan aura tegang sampai berasa yang kebetulan lewat di depan ruang meeting."What! Om nggak salah ngomong kan? Or is it my ear?" Alana menaikkan nada bicaranya membuat Mbak Sofia dan Anis, sekretaris Om Ruben yang duduk di belakang saling memandang.
"It's just for, let's say six to eight months. Kalo pun jadinya beneran, Om ngga melarang kok."
"Yeah, but really?"
"Alana, we need to boost it up since ini adalah band pertama yang kita punya."
"Om punya Melanie, Cantika, Rahma who are more famous and worth of every headlines!" Alana menghempaskan badannya dengan kasar ke kursi.
"Melanie is well you know her, she'll be overshadow-ing him. Cantika masih ada kontrak iklan ngga boleh pacaran sampai taun depan, and only God knows why she loves brondong. Rahma hmmm you know her last love drama yang udah kayak sinetron sampai anak PR kewalahan ngurusinnya." papar Om Ruben dengan tenang, "The only one left is you, nggak pernah punya gosip, one of top models in town, and now young rising actress."
Alana menoleh dan menatap penuh harap ke Tante Dina, yang biasanya selalu nge-backup dirinya apabila sudah mulai diminta yang aneh-aneh dari Om Ruben.
"We know that we ask you a lot this time. Tapi kita juga perlu menjual popularitasmu yang semakin meluas karena mulai merambah ke dunia film. For your info, kita ada beberapa proposal projek, nanti cek ke Sofia. But can you keep this on mind that it's only temporary until their album come out, following the tours?"
Great! Nggak membantu sama sekali si Tante.
"And why do they need this kind of publicity?" Alana menyipitkan matanya, "Their songs are good, bahkan udah punya fan base, berita beginian malah akan menurunkan volume fans. Belum lagi kalo fans-nya bashing aku."
Alana mulai bergidik membayangkan hippiest-nya Bandits Fool mencaci maki dirinya di segala social media.
Om Ruben menaikkan alisnya sebelah, "Kita perlu bumbu, masyarakat Indonesia tipe kepo dan perlu image relationship goal, rocker dan model will be perfect! Yang paling utama, it's the time, Alana, you need to date."
"I date!"
"Who!?"
"Will." koreksi Alana.
"Ah," desah Om Ruben, "Om juga ngga suruh kamu berpura-pura dengan sembarang orang. He's cool, talented, charming, and boyfriend's material."
"Yeah and twentieth sexiest bassist in Indonesia," tambah Alana memutar bola matanya yang bulat.
Giliran Tante Dina yang menaikkan alisnya, "Kok kamu tau?"
"Noemi,"
"Anggap aja ini terapi buat kamu," lanjut Tante Dina seraya memegang bahu Alana, "You need to moving on, going out, dating whatever it is. Life is not about school and work, Ally."
"Your life doesn't stop when you were seventeen, dear."
"Don't Om," pinta Alana, "Please don't even mention it. Not when we're in the office."
Terdengar ketukan di pintu ruang meeting yang lalu menampakkan satu sosok cowok berkaca mata kurus dengan rambut gondrong yang dikuncir kuda. Namanya Rian, dia adalah manager The Bandits Fool yang sudah mengurusi mereka semenjak masih di jalur indie. Di belakangnya menyusul, sang bintang utama salah satu penyebab ketegangan yang terjadi di ruang meeting.
KAMU SEDANG MEMBACA
STARDUST #wattys2019
ChickLitBertemulah dengan Alana, model/aktris/mahasiswi fakultas literature yang selalu gagal move on ~ "At first, he was never mine, but losing him broke my heart." Gavin, sang juara angkatan di fakultas ekonomi-ilmu politik/freelance photographer/baker en...