Sesahutan lagu menjadi rungu di puncak seribu janji
Induk menyuap anak hingga habis masa
Takkan terputus walau banyaknya usil jari jemari
Tapi kelak rona muka, guratan sesal belaka.Serumpun dalam irama tengah malam, jangkrik bersahut-sahut
Katak berkahwin, beranak pinak di sudut-sudut
Sesuai kau yang terpagut
......Dalam hening, sunyi-sepi yang membalut.
Kau panggil lagi Einstein, kau dengarkan fatwa Habibie
Pinta otak di atas segala kecerdasan; segala kehebatan
Mediasi di tengah malam kau menggigil lagi
Bergetar seluruh tubuh, melawan lupa memori di atas awanLihat daunnya!
Lihat batangnya!
Lihat pasirnya!
Lihat! Lihat! Lihat airnya!
......Tak habis tercatat untuk dicerita.
Seyogianya ada bunga kau petik dari semua
Tak perlu lagi kau minta, lantas mengiba modus merayuBerjalanlah kau di jalan-Nya,
Berguru dengan rahayu.Purwokerto, 11 Oktober
Adzan ashar berkumandang
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruna Pembaharu (Antologi Puisi)
Thơ caKedewasaan yang terbentuk lalui opini labil. Oktober, 2016. Sampul oleh: @13summer Highest rank: #22 on Poetry 22-23 Oktober