Milenium, di ambang tingkat sebelas.
Arsiran motivasi selangkup rindu wanita
Kau tegakkan kepala, beranjak bergegas
Seiring aksi hegemonisme cita-citaRuas literatur pengubah dunia, gubahan manusia
Di kota ketujuh, andang dunia tawa dan gembira
Anak kemarin sore perangai gelak akhir pandawa
Keyakinanmu tak luput dari nista pena di kala senjaSepi menyendiri
Dirangkai debu bawah buku
Tak tetap, fluktuasi!Kolega tak puas mencari nafsu.
Dawai gitar pemucuk rindu terdengar di ujung petang
Kau bertali asih dengan Tuhan, berkehendak pemilik tenang
Mengalir pikir sekilas membuncah hebat di ujung tanduk
Diam tersingkir keras, jangan kau turut mengkultus pemabukSampai kau terkantuk-kantuk
Terhuyung-huyung seumpama mabukDi belasan kesatu tanah surgawi;
Air, udara, minyak melimpah
Padi menguning
Bocah ingusan asyik dengan kalajengking
Kau ambil cerita yang penting
Biarkan priyayi tak bergemingDi semangat kesatu, tegakkan kepalamu
Menanti Ibu.Purwokerto, 10 Oktober
Mendung di sore hari
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruna Pembaharu (Antologi Puisi)
PoesíaKedewasaan yang terbentuk lalui opini labil. Oktober, 2016. Sampul oleh: @13summer Highest rank: #22 on Poetry 22-23 Oktober