"Dia ga disini," ujar Rega dengan -sedikit- sendu.
"Trus kalo ga disini, dia dimana?," tanya Zahra ingin tahu.
"Dia diatas,"ujar Rega seraya menatap langit - langit rumahnya.
Zahra masih bingung dengan ucapan singkat Rega. "Diatas? Dilantai dua?,".
Rega tertawa kecil. "Haha, bukan dilantai dua, tapi disurga,".
Ucapan Rega tersebut membuat Zahra dan Reina terkejut juga terdiam.
"Ya ampun ka, maaf gue ga tau," ujar Zahra yang sedari tadi ingin tahu.
Melihat foto keluarga yang sedikit berdebu tersebut mengembalikan ingatan Rega tentang saudara kembarnya, Reza.
"Ga papa,"
"Hm kalo boleh tau, nama kembaran ka Rega siapa?," kini Reina yang ingin lebih tahu.
"Nama dia Reza, Refan Zacky Bhaskara. Beda kita cuma dinama tengah, semua yang lihat kita berdua pasti bingung bedain mana Reza dan mana gue. Tapi cuma orang tua kita yang bisa, karna cuma mereka yang tahu. Sampe saat itu datang..," Rega menggantungkan ucapannya dan melamunkan sesuatu.
"Saat.. apa ka?,"
"Hm.. saat waktu bokap gue jarang pulang dan jarang main bareng kita lagi, setiap alasan yang dia kasih selalu gak masuk akal. Banyak perubahan dari diri dia yang berbanding seratus delapan puluh derajat, dari yang biasanya dia ramah jadi sering marah - marah. Dari yang pulang pakaiannya rapi, ini jadi sering berantakan. Mama gue jadi bingung sama perubahan yang terjadi sama bokap gue, mama gue gak diem aja. Dia minta tolong sama satpam yang shift kerja malam, untuk ikutin ke mana aja bokap gue jalan. Dan satpam itu terus ikutin bokap gue sampe disatu hotel,".
Reina dan Zahra mendengarkan cerita Rega dengan seksama.
"Hotel ka?," ulang Zahra.
"Iya hotel. Disitu satpam yang disuruh mama gue terus nungguin diluar hotel sampe bokap gue keluar. Tapi bokap gue keluar ga sendiri, dia ditemenin sama cewe dengan pakaian yang kurang bahan. Dan baju bokap gue itu udah berantakan ga jelas, setelah melihat itu semua si satpam itu ceritain semua kejadian sama mama gue. Mama gue tertekan banget denger itu semua, dia berusaha untuk kuat. Tapi semua sia - sia, sampe mama gue memutuskan untuk cerai sama bokap gue,".
"Akhirnya mereka cerai, tapi gue ikut ke mama gue dan Reza tinggal sama bokap gue. Sama hal nya kayak mama gue, Reza ngga tahan sama apa yang dilakuin bokap gue ke dia. Badan dia lama kelamaan semakin gemuk, bukan karna dia doyan makan. Tapi karna penyakit yang dia derita mulai kambuh dan bokap gue ga peduli sama sekali. Yang bawa Reza ke rumah sakit juga mama gue, dia dikasih tahu sama pembantu bokap gue kalo si Reza sakit. Dan mama gue ga pikir panjang, dia langsung jemput Reza untuk dirawat dirumah sakit. Untungnya bokap gue lagi diluar kota jadi dia gak tau kalo Reza dibawa sama mama gue,".
"Ka Reza pasti kuat banget ya ka orangnya?," tanya Reina memelan.
"Ya, dia orang yang kuat setelah mama gue. Pas dirumah sakit, dia juga tetep senyum sama orang - orang disekitarnya, seakan - akan ngga ada apa - apa. Tapi pas gue masuk ke ruangan dia, dia megangin kepalanya kayak nahan sakit gitu. Gue nanya 'ka, sakit ya kepalanya?' Dia jawab 'ngga kok de', karna gue masih kecil yang gue tau ngga sakit. Tapi setelah ngomong gitu dia kayak merem pelan - pelan trus pas gue ajak ngomong dia ngga jawab. Ga lama, mama gue dateng sama dokter yang mau meriksa Reza. Pas mereka lihat si Reza merem gitu mereka panik karna monitor nya Reza cuma garis, ga ada detak jantung. Dan pas dokter periksa, Reza udah ga ada. Hal ini yang bikin mama gue makin benci sama bokap gue, sampe sekarang,".
"Ya ampun ka, kasian banget ya ka Reza. Tapi pasti dia sekarang udah seneng diatas sana," ujar Reina mencairkan suasana.
"Ya, mungkin gue bakal nyusul dia nanti," ujar Rega dengan menatap lagit rumahnya.
"Ih, ka Rega ga boleh ngomong kaya gitu, semua itu udah di..," Rega menggantungkan ucapannya.
Terjadi keheningan beberapa detik, karna Rega berusaha untuk melupakan. Namun memori yang telah terjadi tidak akan terlupakan, bukan?.
Namun keheningan tersebut dipecahkan oleh handphone Rega yang berdering.
"Eh bentar ya, ini si Rizky nelpon," ujar Rega dengan handphone ditangannya.
"Halo Ky, apaan?," ujar Rega dengan nada tak peduli.
"Halo, kok apaan si Ga?. Lo udah dimana? Ini kita udah didepan rumah sakit nih, masa lo lupa sih," ujar Rizky dibalik handphone-nya.
'Anjir, gue lupa?' Gumam Rega. "I-iya ini gua juga la-lagi dijalan kok sama si Reina, Zahra juga" jawab Rega terbata dan melirik Reina dan Zahra gugup.
"Ya udah kita tunggu. GC!," dari sebrang sana Rizki pun menutup teleponnya.
Rega menghampiri Reina dengan terburu lalu menggenggam tangan Reina, "Ayo cepet, kita udah ditungguin di rs,".
Zahra menatap Rega penuh curiga, "Oh Reina doang nih?, ya udah deh gue balik ya. Bye!,".
Dua langkahnya pun terhenti oleh Rega, "Elah baper banget sih, ayo buruan udah ditungguin nih," ujar Rega yang tangannya terus menggenggam tangan Reina.
Setelah mereka didekat mobil, Rega pun melepas genggamannya dan membukakan pintu untuk Reina.
"Ka gua ga dibukain nih?," ledek Zahra.
"Bisa buka sendirikan?," ujar Rega ketus.
"Dih ketus banget sih," ujar Zahra yang memicingkan matanya.
****
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Reina
Teen FictionHari hari yang biasa Reina jalani kini sudah tidak seperti dulu lagi. Hidupnya diusik oleh wanita yang menyukai Rega si "The Most Wanted" dan juga ketua basket. Banyak wanita yang mendekati Rega, tetapi mereka semua mengurungkan niat untuk mendekati...