7

68 6 2
                                    

"Banyak dari mereka ingin mengisi hati ini, namun mengapa hati ini tak bisa menerima?" -Rega

**

Hembus angin yang segar dengan burung-burung berkicauan, menemani Reina yang sedang menunggu angkutan umum disisi jalan. Tukang ojek langganannya tidak bisa mengantarnya karna sedang pulang kekampung halamannya.

Cukup lama ia menunggu, namun tak satu pun yang lewat. Ia kehabisan waktu untuk menunggu lebih lama. Akhirnya, Reina pun memutuskan untuk berjalan disisi jalan.

Baru melangkah seratus meter, Reina pun mendapat tumpangan dari seseorang yang dengan tiba - tiba berhenti dihadapannya.

Ia pun membuka helmnya yang berwarna merah dengan wajah yang rupawan ia menyapa Reina dengan senyumannya.

Reina menampakkan wajah bingungnya. "Ka..ka Rega?," ujar Reina.

"Ayo," ujar Rega yang cukup membuat Reina bingung. Rega yang melihat wajah Reina penuh kebingungan pun tertawa.

"Haha..kenapa? Ayo naik, keburu bel," ujar Rega seraya menarik pelan tangan Reina. Reina pun mendekat dan menaiki motor Rega yang begitu sulit untuk Reina naiki.

"Sini," Rega pun mengulurkan tangannya untuk membantu Reina. Reina pun menyambut baik uluran tangan tersebut.

Rega pun menancapkan gasnya dengan cepat. Reina yang tidak berpegangan pada apa pun kini ketakutan, namun ia juga malu jika berpegangan pada Rega.

"Pegangan aja," ujar Rega dengan pelan dari dalam helmnya.

Reina yang kurang jelas mendengarkan pun mendekatkan telinganya kesisi kanan helm. Namun saat Reina sedikit bergerak, ada sebuah lubang kecil dijalan yang membuat Rega mengerem motornya secara mendadak.

Tubuh Reina yang ringan pun terdorong dan tangannya dengan refleks memeluk Rega dengan memejamkan matanya. Motor Rega kini terhenti, namun Reina tidak juga melepaskan pelukannya.

Rega menatap wajah Reina dari arah kaca spion motornya, Reina terlihat sangat takut. Rega pun membiarkan dan melanjutkan perjalanan mereka menuju sekolah.

Dijalan yang sepi,  memberi peluang Rega untuk menarik gasnya lebih cepat. Pelukan hangat pun ia dapatkan dari Reina. Pelukan itu semakin erat dan hangat, sehingga Rega tak berniat untuk menarik gasnya lebih cepat.

**

"Eh Ga, gimana kemaren? Rencana lo berhasil?," tanya Rizki yang secara tiba - tiba duduk diatas meja milik Rega.

Rega hanya membalas dengan beberapa anggukan, karna saat ini ia sedang fokus pada buku dihadapannya.

"Ekspresinya dia gimana? Nangis?," tanya Vero yang ikut - ikutan.

Namun Rega tidak menjawab, ia sangat fokus pada buku yang ia baca.

"Ga, jawab kali," ujar Rizki yang tidak respon oleh Rega.

Dengan perlahan Rega pun mengangkat kepalanya dan menatap sahabatnya dengan penuh kebimbangan.

"Lo kenapa?," tanya Rizki.

"Kayaknya ni anak lagi bingung," bisik Vero pada Rizki.

"Gua rasa si Feli makin jadi," Rega menggantung ucapannya.

"Maksudnya makin jadi?," tanya Vero ingin tahu jelas.

"Dia ngga bakal nyerah buat nyingkirin Reina sama Zahra," ujar Rega seraya menutup bukunya.

"Reina?," ujar Rizki.

"Zahra?," Vero melanjutkan.

Rizki dan Vero saling bertatap dan terdiam sejenak.

Love, ReinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang