Cuaca hari ini sangat cerah untuk upacara yang sebentar lagi akan dimulai. Dan semua murid pun berhamburan untuk ke lapangan, begitu juga dengan Reina dan Zahra.
Mereka berjalan santai seraya berbincang bincang. Tanpa disengaja, seseorang menyenggol pundak Reina.
"Maaf maaf ga sengaja" laki laki tersebut menoleh ke arah Reina dan Zahra meminta maaf lalu berlari dengan terburu buru. laki laki tersebut tidak ingat siapa Reina karna saking terburu burunya. Tetapi Reina, dia ingat siapa laki laki tersebut.
"Rei, itu kan cowo yang ngasih lo jaketnya kan?" Zahra mengingatkan Reina laki aki tersebut. Bukan, bukan mengingatkan laki laki tersebut melainkan jaketnya yang ia kasih untuk menutupi rok Reina yang kotor.
"Oiya" Reina menempelkan telapak tangannya di dahinya.
"Kenapa Rei?" tanya Zahra bingung.
"Ja jaketnya dia belum aku kembaliin" Reina mengingat ingat.
"Ya udah, perkara gampang itu mah. Kalo ketemu bilang aja 'maaf ka jaketnya belum kering' atau apa gitu" saran Zahra.
"Hmm iya deh, kalo ketemu ya" Reina melebarkan senyumannya yang manis.
"Iya deeh"
Upacara pun telah dimulai, Reina -sedikit- kaget ketika melihat sang pemimpin upacara. Kini dia tahu alasan laki laki tadi mengapa dia terburu buru.
Dengan menggunakan perlengkapan upacara yang lengkap. Dia terlihat lebih gagah juga menambah tingkat ketampanannya. Reina juga wanita lainnya yang melihat itu juga pasti akan meleleh dengan ketampanannya.
Saat ini Reina sedang melawan detak jantungnya yang tiba tiba berdetak kencang. Tanpa menghilangkan fokus saat upacara, Reina masih menatap laki laki itu dalam. Hingga saat pembacaan Undang Undang Dasar 1945 secara perlahan Reina menggenggam tangan Zahra yang berada disebelahnya.
"Rei, lo kenapa? Tangan lo dingin banget" dengan berbisik Zahra khawatir dengan Reina.
Reina hanya menjawab dengan -sedikit- gelengan kepala yang menandakan ia baik baik saja. Tapi tidak dengan wajahnya yang pucat, yang menandakan ia tidak baik.
Zahra yang khawatir pun langsung membawa Reina ke belakang barisan untuk meminta tolong kepada petugas PMR. Reina pun dibawa ke ruang UKS dan diberi pertolongan pertama.
**
Upacara pun telah selesai, Zahra menjenguk Reina yang sedang berbaring ditempat tidur. Rupanya Reina telah sedikit membaik.
"Rei gimana? Udah baikan?" tanya Zahra seraya duduk disamping tempat Reina berbaring.
"Ya sedikit baikan, anterin ke kelas yu" jawab Reina seraya bersandar.
"Ih lo itu kan belum pulih bener" larang Zahra.
"Ga papa kok aku udah baikan, aku ga betah disini" bantah Reina.
"Ya udah deh, ayo gue tuntun" Zahra membantu Reina turun dari tempat tidurnya dan memegangi tangan Reina agar memudahkan Reina untuk berjalan.
Mereka berdua jalan sangat perlahan, walau Reina ingin cepat cepat ke kelas. Disepanjang koridor sekolah sangat sepi karna para murid sudah masuk ke kelas masing masing untuk memulai pelajaran.
"Sepi banget, ini sekolahan apa kuburan si" ujar Zahra yang melihat sekitarnya. Reina yang mendengarkannya hanya menggeleng kecil.
Zahra melihat laki laki yang memberi Reina jaket. Ia mendekat ke arah mereka berdua.
"Eh Rei, itu kan cowo yang ngasih jaket ke lo" ujar Zahra berbisik.
"Oiya, anterin ke dia dong aku mau bilang ke dia tentang jaketnya" ujar Reina malu malu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Reina
Teen FictionHari hari yang biasa Reina jalani kini sudah tidak seperti dulu lagi. Hidupnya diusik oleh wanita yang menyukai Rega si "The Most Wanted" dan juga ketua basket. Banyak wanita yang mendekati Rega, tetapi mereka semua mengurungkan niat untuk mendekati...