CHAPTER 9

2.9K 228 5
                                    

Harry's PoV





"Baiklah, kita akan bertarung! Tapi hanya aku dan kau! Yang lain tidak boleh ada yang membantu." tantangku. Sebenarnya ada perasaan takut yang menghinggapiku. Aku masih belum melakukan persiapan apapun, bahkan tubuhku masih lemah karena pingsan tadi.

"Aku setuju, minggir kalian semua!" ucap makhluk menjijikan itu. Bagiku, mendengar nama kaumnya saja sudah membuatku ingin muntah.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Linnadey. Aku tersenyum ke arahnya, dan dia pun membalas senyumanku. Aku takut jika tidak bisa melihat senyumannya lagi. Ah lupakan, aku hanya suka melihat senyumannya. Aku tetap membenci kaumnya, itu berarti termasuk dirinya juga.

BUGGGGGGG

Sebuah pukulan mendarat di wajahku. Hey, ini sangat curang! Kami belum memberi aba-aba untuk memulai duel ini.

"Hey! Kau tidak fair! Harusnya kau menunggu aba-aba." teriak Zayn. Ternyata dia sepikiran denganku.

"So?" jawabnya dengan nada yang sangat angkuh. Sungguh, aku sudah tidak tahan dengan kelakuannya.

BUGGGGGG

Aku membalas pukulannya. Dengan sangat keras tentunya. Pukulanku mengenai matanya. Great job Hazza!

"Ini untuk hinaan kaummu kepada kaumku." ucapku sambil menonjok mata sebelahnya.

"Dan ini untuk membalas dendamku kepada kaummu." lanjutku sambil menonjok keseluruhan wajahnya.


Linnadey's PoV


"Dan ini untuk membalas dendamku kepada kaummu." ucap Harry sambil menonjok angin. Tentu saja aku bilang angin, aku sama sekali tidak melihat apa-apa. Dendam? Volkmirad itu melakukan apa kepada Harry sehingga dia memiliki dendam? Ah, aku memang orang yang sangat ingin tahu. Dia kan bukan siapa-siapaku, mengapa aku memikirkannya? Sekarang aku harus fokus untuk memikat hatinya.

"Ayo, semua serang vampire-vampire busuk ini!" teriak seseorang. Aku tidak tahu siapa, tapi aku yakin, pasti itu adalah orang yang sedang berduel dengan Harry. Aku pikir pertarungan ini sudah berakhir.

Dengan inisiatifnya, Liam langsung membuat gelembung pertahanannya. Tapi, Harry masih disana. Dia masih bertarung dengan angin, ya maksudku volkmirad.

"Liammmm, bagaimana dengan Harry? Kita harus menyelamatkannya!" teriakku kepada Liam.

"Siapa yang akan menyelamatkannya Linn? Dia berada di sana, jika salah satu dari kita ada yang menyelamatkannya, maka akan ada dua korban. Tapi jika kita membiarkannya, hanya ada satu korban." jelas Liam dengan tegas. Tapi apa maksudnya? Apa dia tidak peduli dengan sahabatnya itu? Aku harus menyelamatkannya. Tidak akan kubiarkan Harry diserang oleh para volkmirad itu.

"Apa yang kau lakukan Linnadey?! Kau gila?! Kau tidak akan selamat dari sana!" teriak Louis setelah aku keluar dari gelembung pertahan buatan Liam. Aku tidak memperdulikannya, aku hanya ingin menyelamatkan Harry.

"P-Pergi Linn, aku baik-baik saja." ucap Harry dengan lemah. Aku sangat tidak tega dengannya, wajahnya sudah babak belur.

"Tidak akan Harry Edward Styles! Ayo kita pergi dari sini."

BUGGGGGGG

Aku mendengar suara pukulan yang begitu keras. Dan aku mendapati Harry yang sedang memuntahkan darahnya. Aku juga bingung kenapa ada darah di dalam tubuh vampire? Oh ayolah, ini bukan saat yang tepat untuk memikirkan hal itu. Dasar makhluk kurang ajar! Kini darahku sudah mencapai ubun-ubun. Cakar-cakarku mulai bermunculan. Aku tidak pernah merasa seperti ini. Di tangan dan kakiku sudah mulai terlihat bulu-bulu. Aku rasa aku sudah berubah menjadi serigala.

Aku langsung membopong Harry masuk ke dalam gelembung pertahanan Liam. Aku merasa sangat kuat saat menjadi serigala seperti ini.

"W-Wow, kau sangat keren tadi Linn!" teriak Niall sambil mendecak kagum. Emosiku sudah mulai reda. Perlahan, aku sudah menjadi manusia normal.

"Terima kasih Ni, tapi bisakah kita mengobati Harry? Sungguh, aku sangat tidak tega dengan keadaannya yang seperti ini." ucapku sambil memandang wajah Harry yang terlihat sangat damai.

"Tentu saja! Ayo kita bawa Harry masuk." jawab Niall.

"Liam, bisakah kau membantuku untuk mengambil air es dan kain? Aku ingin membasuh luka-lukanya dulu." ucapku kepada Liam. Entah kenapa, aku sangat peduli kepada Harry. Yang jelas-jelas dia adalah salah satu musuhku.

"Ini Linn." ujar Liam sambil menyodorkan sebaskom air es.

"Terima kasih Liam." ucapku sambil tersenyum ke arah Liam.

Aku mulai membersihkan luka lebam yang terdapat di wajah Harry dengan hati-hati. Sangat hati-hati. Aku sungguh tidak ingin kehilangannya. Maksudku, jika aku kehilangannya sekarang, rencana ini pasti gagal. Apakah aku sedang berbohong pada diriku sendiri? Entahlah, aku juga tidak tahu.

Tiba-tiba sebuah tangan dingin menyentuh pipiku. Ternyata itu adalah tangan Harry. Dia menyentuh pipiku tanpa membuka matanya.

"Kau mengagetkanku, Styles." ucapku pada Harry.

"Terima kasih." jawabnya.

"Untuk?" tanyaku bingung.

"Astaga, kau masih bertanya untuk apa? Jelas-jelas kau menyelamatkan hidupku tadi. Dasar bodoh." ucapnya yang sepertinya kesal denganku.

"Sama-sama Harry." ucapku sambil memutar kedua bola mataku.

"Maaf Linn, terima kasih." jawabnya sambil tersenyum kepadaku. Aku kira, aku tidak akan pernah bisa melihat senyuman itu lagi.

"Iya Haz, sekarang kau harus istirahat."

"Siap mommy!" ucapnya sambil terkekeh. Aku langsung meninggalkannya di kamarnya.


Harry's PoV


Mengapa dia nekat keluar dari gelembung pertahanan itu demi menyelamatkanku? Bahkan temanku saja tidak mau melakukan perbuatan yang sangat beresiko itu. Mungkin. Dia. Sudah. Jatuh. Cinta. Kepadaku? Atau aku yang terlalu berlebihan? Dia mungkin menyelamatkanku karena tidak tega mungkin? Lihatlah wajaku, dipenuhi dengan luka semua. Siapa yang tidak iba melihatku? Tapi mengapa aku jadi kecewa begini? Entahlah, perasaanku belakangan ini sangat aneh.


*


Hufttt akhirnya diupdate juga. Sebenernya sih lagi ga sibuk, cuma lagi belom ada ide aja, hehe. Kasih vote+comments ya guys ^^ thankyou so much xx ♡♥♡♥♡♥

Scared (TICS #1) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang