CHAPTER 23

2.5K 222 36
                                    

Linnadey's PoV







"Serigala busuk! Keluar dari persembunyian kalian!" teriak seseorang dari luar rumah. Ayahku yang merasa terhina langsung keluar untuk menghampiri orang itu. Aku, ibuku, dan Emeralda pun menyusul ayah.


"K-Kau?" tanya ibuku gelagapan. Dia pasti bingung karena salah satu vampire terkuat yang sudah meninggal berdiri di depannya.


"Kau pasti bingung kan? Tanyakan semua pada anak kebanggaanmu itu." ucapnya.


"Tutup mulut besarmu itu! Kita akan berperang secara adil! Biarkan aku memanggil pasukanku!" ucap ayahku tegas. Apakah ayah mengenal dekat ayah Harry ini? Apakah membangkitkan ayah Harry adalah kesalahan besar? Siapapun itu, tolong jelaskan padaku!


"Silahkan. Aku tidak takut sama sekali." jawab ayah Harry dengan sombong. Aku semakin takut. Ini semua salahku juga! Buat apa aku membangkitkan orangtua Harry yang jelas-jelas adalah musuh dari kaum kami.


"Em, Linn, panggil semua werewolf yang ada!" perintah ayahku dengan bisikkan. Aku dan Emeralda langsung bergegas untuk mencari pasukan. Tanpa sengaja, mataku bertemu dengan matanya. Wajahnya terlihat tidak berbeda jauh denganku. Kacau. Apakah dia merasakan hal yang sama denganku? Aku tidak peduli! Ya! Linnadey tidak peduli dengan apapun yang dilakukan Harry! Dia telah memanfaatkanku!






Harry's PoV







"Harry! Siapkan pasukan! Kita akan menyerang mereka." ucap ibuku melalui telepati. Aku belum siap untuk bertemu dengannya saat ini. Mengapa ini semua sangat rumit?! Tolong selamatkan aku!


"Kita akan menyerang mereka." ucapku kepada keempat temanku. Mereka semua tampak gembira. Tetapi, tidak dengan Louis. Dia menatapku iba, hanya dia yang tahu masalahku. Semuanya hanya teman pura-puraku. Tidak pernah sekalipun aku dekat dengan mereka selain Louis. Aku hanya mengangguk menandakan bahwa aku baik-baik saja.


Pasukan-pasukan vampireku sudah berkumpul semua. Kami sedang dalam perjalanan ke rumah Linnadey. Tentunya dipimpin oleh ayahku. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan apa perasaan Linnadey saat melihatku nanti. Aku hanya bisa menutup mataku.


"Maukah kau menikah denganku?" ucap Harry kepada seorang gadis.


"Tentu saja, aku sangat mencintaimu. Jangan pernah meninggalkanku lagi." jawab gadis itu.


"Aku berjanji demi apapun, aku tidak akan meninggalkanmu." ucapku sambil mengecup keningnya.


Ramalan masa depan itu datang lagi. Tanpa ada perbedaan dengan sebelumnya. Aku juga tidak bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas. Haruskah aku melihatnya lagi? Tidak, tidak, aku harus tetap pada pendirianku.


"Serigala busuk! Keluar dari persembunyian kalian!" teriak ayahku setelah kami sudah sampai di depan rumah Linnadey. Pintu rumahnya pun langsung terbuka dengan kasar. Tampak ayah Linnadey dengan raut wajah yang marah. Tapi, wajahnya langsung berubah menjadi bingung. Mungkin ayah Linnadey melihat ayahku yang sudah meninggal.


"K-Kau?" tanya ibu Linnadey gelagapan. Dia pasti sangat syok melihat kedua orangtuaku. Aku melihat dirinya disana. Dengan raut wajah yang bersalah dan takut. Aku memang jahat! Bisa-bisanya memanfaatkan Linnadey seperti itu. Andai saja waktu bisa diputar, aku tidak akan menyuruhmu seperti itu, Linn.


"Kau pasti bingung kan? Tanyakan semua pada anak kebangganmu itu." ucap ayahku. Aku semakin merasa bersalah kepada Linnadey. Aku hanya bisa menunduk tanpa melihat wajah Linnadey.


"Tutup mulut besarmu itu! Kita akan berperang secara adil! Biarkan aku memanggil pasukanku!" ucap ayah Linnadey yang kekesalannya sudah memuncak.


"Silahkan. Aku tidak takut sama sekali." jawab ayahku dengan angkuh. Samar-samar, aku bisa mendengar bisikkan ayah Linnadey yang menyuruh Linnadey dan kakaknya untuk mengumpulkan pasukannya. Sebelum Linnadey mulai mencari, tatapannya bertemu denganku. Wajahnya memancarkan kekacauan. Dan semua ini terjadi karena kebodohanku. Aku tidak ingin vampire dan werewolf bermusuhan, tetapi malah aku yang membuat perang ini terjadi.







Linnadey's PoV







Setelah aku dan Emeralda sudah mengumpulkan pasukan kami, kami langsung menyerang vampire. Kaumku sudah berubah menjadi serigala semua. Terkecuali aku. Aku benar-benar tidak sanggup melihat perang ini. Mereka saling menyerang satu sama lain. Airmataku tumpah saat melihat Emeralda yang terluka karena tubuhnya tergigit oleh salah satu dari mereka. Amarahku benar-benar sudah memuncak. Saat itu juga, bulu-bulu di tubuhku mulai bermunculan. Aku mulai menyerang mereka semua.


Aktivitasku terhenti seketika saat melihat kondisi ibuku yang tidak beda jauh dengan Emeralda. Apa gunanya ini semua?! Hanya menyia-nyiakan nyawa! Aku benar-benar lelah dengan ini semua. "HENTIKAN!!!" teriakku dan seseorang. Aku buru-buru mencari suara itu. Dan aku mendapatinya yang berteriak juga. Dia sedang menyentuh ibunya yang tergeletak tak berdaya. Dia merasakan hal yang sama sepertiku.


"Apa yang kau lakukan, Linn?" teriak ayahku. "Ayah tidak lihat Emeralda dan ibu sudah terluka?! Peperangan ini tidak akan ada habisnya, yah! Tolong hentikan!" jawabku tanpa bisa membendung airmataku.


"Ugh, ada keluarga bahagia disini." ucap ayah Harry dengan nada yang menghina. Aku hanya menatapnya penuh dengan kebencian. Tidak ada kah rasa terima kasih walaupun itu hanya sedikit? "Kau tidak tahu apa yang putrimu lakukan?" lanjutnya sambil tersenyum licik. Ini gawat. Benar-benar gawat. Ayahku langsung melihat kearahku, lalu kembali pada ayah Harry. "Apa?" tanya ayahku. "Anakmu adalah orang yang membangkitkanku, Collins." ucapnya sambil memandang kearahku. Mata ayahku langsung berubah menjadi marah sekaligus tidak percaya.

"Benarkah itu, Linnadey?!" bentak ayahku. "Tapi yah, ini se-."


"Benarkah, Linn?!" bentak ayahku lagi. Aku benar-benar kehabisan kata-kata. Dengan terpaksa, aku menganggukan kepalaku. "Tapi ini semua karena-"


"Ayah tidak percaya, Linn." potong ayahku. Ayahku sama sekali tidak ingin mendengar penjelasanku. Ini berarti, nasibku terancam. "TOLONG DENGARKAN PENJELASAN LINNADEY!" teriak Harry. Ck, dia kira aku akan semudah itu memaafkannya dengan dia yang membelaku? Tidak akan. "Apa yang perlu aku dengarkan?! Semua sudah jelas!" teriak ayahku. "Dan kau Linnadey! Jangan harap aku menganggapmu anakku!" lanjut ayahku. Jantungku serasa berhenti berdetak. Ayahku tidak mengakuiku sebagai anaknya? Dan ini semua karena vampire sialan itu?


Ayahku langsung melanjutkan perangnya tanpa memedulikan banyaknya pasukan yang gugur. Sampai tinggal ayahku satu-satunya werewolf yang tersisa selainku. Ayahku dikelilingi oleh para vampire. Mataku tiba-tiba terasa gelap. Aku bukan pingsan, tetapi ada tangan yang tiba-tiba menutupi mataku. Tangan yang sangat kusukai. Lupakan! Aku tidak akan menyukai apapun yang ada pada dirinya! "Apa yang kau lakukan, Styles?! Tidak puas melihatku menderita?" teriakku dengan teriakan maut milikku. "Aku hanya tidak ingin kau melihat ini." ucapnya sambil melepaskan tangannya dari mataku. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali saat melihat ayahku yang sudah bercucuran darah, berharap kalau ini semua adalah mimpi buruk. Tapi aku salah, ini semua adalah kenyataan. Kali ini, tidak ada rasa sedih yang mendatangiku, aku benar-benar marah. "Jangan pernah muncul di hadapanku lagi! Pertemuan kita yang selanjutnya adalah hari kematianmu!" ucapku dengan tatapan benci.


Aku bersumpah akan membalaskan dendamku padanya. Sampai dia merasakan apa yang telah kurasakan. Bersiap-siaplah, Styles.








---------------------------------------------------------------------------------------------







Holaaaaa, ah tuh kan tamat. Aduh endingnya malah ga greget yah? Wkwk, epilognya dipost besok2 ya :) dan juga jangan remove dulu, soalnya info2 tentang sequel gitu bakal di kasih tau disini. Jangan lupa kasih vote sama commentnya juga ya <3 thankyou so much {}

Scared (TICS #1) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang