CHAPTER 1

5.2K 313 4
                                    

Linnadey's PoV




"Jadi kita harus mengatur rencana agar vampire itu musnah. Apakah kalian semua memiliki ide?" tanya ayahku sebagai pemimpin rapat.

"Menurut saya, kita sudah harus menggunakan taktik licik. Karena kita tidak akan menang jika hanya menggunakan kekuatan." ujar salah satu anggota rapat.

"Iya, itu ada benarnya juga. Sepertinya aku memiliki ide yang lumayan baik." kata Emeralda, kakak kandungku.






*



"APA?! KENAPA HARUS AKU?" teriakku. Gila saja! Masa aku di suruh mendekati salah satu pemimpin 'mereka' dan saat nanti aku sudah dekat dengannya, aku harus mematahkan hatinya. Saat itulah, kaum kami akan menyerang vampire.

"Tidak mungkin Emeralda kan sayang, dia harus ikut saat menyerang nanti. Dan rakyat yang lainnya, ayah dan ibumu masih belum yakin." jelas ibuku.

"Big no!" tolakku. Aku benar-benar membenci mereka, mana bisa aku berakting seolah-olah mencintai salah satu dari mereka. Ide ini benar-benar gila.

"Ayolah sayang, kamu harus berkorban demi kaum kita." ayah memelas.

Aku sungguh ingin menolak, tetapi benar juga kata ayah. Aku harus berkorban, kapan kaumku bisa menang jika tidak ada yang berkorban.

"Hmm, dengan terpaksa aku menjawab iya. Ini semua karena aku mencintai kaumku, tapi bagaimana jika aku tidak berhasil?" ucapku menyerah.

"Tidak apa, apa salahnya mencoba? Lebih baik mencoba tapi gagal daripada tidak sama sekali." jawab ibuku. Ibu memang orang yang sangat bijaksana. Tidak salah jika ia menjadi pemimpin kaum kami.








*


Harry's PoV





"Dari mana saja kau? Sudah puas mencari mangsa? Berapa yang kau dapat? Apa rasanya enak? Mengapa kamu tidak membawakan sedikit untukku?" tanya Louis dengan bawelnya. Well, aku memang sudah tidak heran dengan sikapnya yang lebih mirip dengan ibu-ibu. Aku sangat tidak tahan dengan sikap cerewetnya.

"Berhenti bertingkah seperti itu Louis! Jangan sampai aku menghisap darahmu seperti aku menghisap makhluk rendahan itu." ucapku dengan nada bergurau.

"Silahkan saja, tetapi sebelum kamu menghisap darahku, aku yang akan menghisap darahmu!" ucap Louis sambil berlari ke arahku. Oh tidak, dia mencuri darah yang sudah ku hisap tadi.

"Sial kau Louis, aku susah-susah mendapatkan darah ini. Hari ini sangat sedikit manusia yang lewat tahu!"

"Like i care?"

Kalau ia bukan sahabatku, sudah jelas ia akan mati detik ini juga. Huftttt, aku harus memiliki kesabaran yang tinggi jika ingin berbicara dengannya.

Kaum vampire memiliki pemimpin, dan pemimpin itu adalah kami berlima. Yaitu aku, Louis, Zayn, Liam dan Niall. Kami memiliki kekuatan terhebat dari semua vampire yang ada. Kami sangat melengkapi satu sama lain dan kekuatan kami berbeda-beda.

Louis memiliki kemampuan bisa mengubah dirinya menjadi apapun yang dia inginkan. Itu kekuatan yang cukup menarik.

Liam memiliki kemampuan untuk membuat gelembung pertahanan, tidak ada yang bisa melewati gelembung itu. Jujur saja, aku ingin memiliki kemampuan seperti itu. Tetapi tentu saja kemampuanku tidak kalah hebatnya.

Niall memiliki kemampuan untuk membaca pikiran orang lain, hanya dengan melihat mata orang itu.

Zayn memiliki kemampuan untuk merapikan rambutnya. Tidak, tidak, aku hanya bercanda. Dia memiliki kemampuan untuk menghipnotis seseorang, cukup dengan memberikan tepukan di bahu seseorang itu.

Dan aku, menurutku kekuatanku adalah kekuatan yang paling keren dari kami berlima. Aku bisa membaca masa depan, tapi aku jarang memakai kekuatan itu. Apa gunanya melihat masa depan? Itu hanya membuat khawatir dan takut.

Itulah kekuatan kami berlima, keren bukan? Ya tentu! Seperti yang aku katakan tadi, tidak ada yang bisa mengalahkan kami.

"Aku rasa, kita sudah cukup mengalah dari kaum sialan itu." ucap Niall dengan nada yang sangat kesal. Ya aku tau, yang dia maksud adalah werewolf. Selama ini memang selalu kami yang mengalah. Bukan karena kami takut. Sekali lagi kuulang, bukan karena kami takut. Kami hanya tidak ingin berurusan dengan mereka, sebenarnya kami juga tidak terlalu suka membunuh. Kami membunuh manusia karena terpaksa, daripada harus kami yang mati karena kehausan akan darah.

"Ya, aku rasa juga begitu Ni." ujar Zayn.

"Kita harus mengatur strategi, kita tidak boleh gegabah jika ingin menang. Kita juga tidak boleh menyepelekan mereka, mereka bukan makhluk yang lemah seperti mangsa kita." ucap Liam. Menurutku, dari kami semua, ialah orang yang paling bijaksana dan dewasa.

"Sepertinya aku punya ide!" Louis memang memiliki banyak ide untuk menyerang.









*





"Haruskah aku melakukan itu Lou? Bukan karena aku pengecut, cuma apa kita tidak terlalu kejam dengan mereka?" ucapku ragu.

"Sudahlah Haz, buat apa kamu memikirkan mereka? Selama ini mereka menindas kaum kita tanpa memikirkan kita kan?"

Benar juga sih perkataan Louis, tapi apa aku cowok gentle jika memainkan perasaan perempuan seperti itu?

'Salah satu dari kita harus mendekati anak pemimpin werewolf itu, yang kalau tidak salah bernama Linnadey. Kita harus membuat hati Linnadey itu rapuh, dan saat itu pasti keluarganya sangat tidak siap untuk berperang. Nah justru kita harus memanfaatkan waktu itu untuk menyerang mereka. Dan menurutku, orang yang paling cocok untuk melakukan itu adalah Harry' perkataan Louis terus terngiang-ngiang di otakku.

Sebenarnya wajar saja sih jika aku yang disuruh melakukan itu. Aku memang vampire yang agak flirty. Selain itu juga terbukti, banyak gadis-gadis yang luluh hanya dengan rayuanku. Aku pikir lebih baik aku setuju melakukan itu, tidak ada salahnya juga. Justru, keadaan kaum kami akan membaik jika kami berhasil melakukan rencana itu.

"Baiklah, aku setuju. Kapan kita mulai?"

"Hmm, besok!" jawab mereka berempat kompak.







*


Sampe sini gimana ceritanya? Pasti aneh ya? :( kasih comment + votenya ya {}

Scared (TICS #1) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang