12 - Do You Like Him?

62 12 0
                                    

-Claire Morgan View-            

Aku tahu bagaimana rasanya sendirian, sangat tidak enak. Dan aku tidak yakin bagaimana menjalani hidupku jika tanpa seluruh keluargaku. Tapi aku harus bisa membawa Justin pergi dari rasa kesendirian yang menenggelamkannya. Aku tahu, aku bisa melihat sebenarnya Justin adalah pribadi yang baik. Hanya saja dia belum bisa memaafkan dirinya sendiri, Justin berpikir bahwa semua yang terjadi adalah kesalahannya, dia salah besar. Semua adalah takdir yang sudah Tuhan tentukan sebelum kita bernafas. "Hei Claire. Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya sebuah suara yang membuyarkan lamunanku. Aku menoleh dan melihat Chase duduk di sampingku. Aku sampai lupa bahwa aku sedang menonton acara favoriteku di pagi hari sembari duduk di sofa panjang yang mengarah tepat ke depan tv layar datar besar dirumah kami.

"Ah Chase, aku sedang memikirkan Justin. Semalam dia mengantarku pulang." jawabku yang membuat Chase yang sedang meminum segelas orange juice hampir tersedak. Dia sontak mengernyit menatapku. "Gila! Secepat itukah kalian berpacaran?!" pekik Chase yang membuatku memutar kedua bola mataku. "Ternyata usahaku tidak sia sia." sambung Chase.

"Bukan begitu bodoh! Usahamu tidak berguna sama sekali, jangan kau pikir aku ingin berkencan buta lagi dengan Justin!" desisku. Chase mengernyit. "Apa? Lalu kenapa kau memikirkan Justin?"

"Kau tahu saat kau bilang temanmu itu adalah seorang yatim piatu? Dan kau tahu apa yang kupikirkan saat mengetahui bahwa Justin lah orang yang kau maksud??" ujarku sembari menatap Chase. Chase hanya mengedikkan bahunya sembari menatapku dengan tatapan penasaran. "Kau bersahabat dengan Justin sudah sejak lama bukan?" tanyaku.

Chase mengangguk cepat. "Lalu apakah yang membuat sikap dingin Justin adalah karena dia kehilangan orangtuanya di usia yang masih sangat muda?" tanyaku lagi. Dia mengangguk lemah. "Itu mungkin benar, aku berteman dengan Justin semenjak di JHS. Aku juga berpikir bahwa dia bersikap dingin kepada semua orang karena kejadian itu." jawab Chase.

Namun kali ini Chase semakin mengernyit. "Tunggu dulu, apa kau beritahu Justin bahwa kau tahu hal ini dariku?" tanya Chase. Aku mengangguk cepat, dan Chase langsung memijat keningnya frustasi. "Astaga Claire. Justin mungkin akan membunuhku." desisnya sembari kemudian meletakan gelas orange juice yang baru diminumnya setengah.

"Tenang saja, aku sudah bilang pada Justin agar tidak berbuat buruk padamu." ujarku sembari meminum susu coklatku yang berada di atas meja. Chase menghela nafas dalam. "Tetap saja itu tidak akan mengubah apapun. Aku sangat tidak enak pada Justin. Mengumbar suatu hal yang menjadi privasinya." ujar Chase.

"Percayalah padaku Chase, Justin tidak apa-apa. Dan jika kau merasa tidak enak padanya, kau bisa membantuku untuk membuat Justin menjadi pribadi yang lebih baik." ujarku kepada Chase. Chase mengangguk cepat menyetujui perkataanku. "Bagaimana caranya?" tanya Chase.

Aku mengedikkan bahuku, entahlah sejujurnya aku pun tidak tahu bagaimana caranya. Yang jelas sejak pertama kali aku bertemu dengan Justin, dia sudah sedikit berubah. Walaupun dia masih sering membuatku kesal, tapi aku bisa melihat perbedaan Justin dari saat pertama kali aku bertemu dengannya. "Lalu kenapa kau begitu peduli pada Justin? Apa kau menyukainya?" tanya Chase yang sungguh membuatku merasa geli.

"Apa? Aku menyukai pria dingin seperti Justin? Tidak Chase. Aku hanya merasa Justin tidak perlu bersikap dingin seperti itu, aku hanya merasa aku benar benar harus membantunya." terangku yang membuat Chase terdiam.

"Wow, aku tidak tahu kalau aku memiliki seorang adik yang begitu peduli terhadap temannya." ujar Chase sembari tersenyum lebar dan menepuk kepalaku seakan aku hewan peliharaan termanis yang pernah ada. Aku menepis tangan Chase dari kepalaku. "Eerrgh kau kakakku atau bukan sih? Aku menang seorang gadis yang baik hati." ujarku. Aku melihat waktu sudah menunjukkan jam sembilan pagi, dan aku baru sadar bahwa seharusnya Chase berangkat kerja saat ini, bukannya duduk santai di sofa dengan pakaian seadanya T-shirt dan celana kolor. "Chase apa kau tidak bekerja?" tanyaku dengan tatapan heran.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang