15 - Catching Feelings

59 8 0
                                    


-Justin Bieber View-

Aku masih mengemudi Ferrari milik Mario saat aku mendengar suara deruan motor yang begitu akrab ditelingaku. Motor Ducati milikku, aku menoleh dan melihat Claire mengemudi tepat disamping mobil ini. Dia berteriak padaku. "JUSTIN!! KAU HARUS MENGEMUDI LEBIH CEPAT LAGI!!" pekiknya. Namun aku sungguh tidak bisa berpikir apa yang dia ucapkan, aku hanya bisa terperangah melihatnya yang sedang mengendarai motor besar milikku. Melihat helaian rambut yang terurai tertiup angin dari balik helmku, atau tatapannya padaku yang membuat detik ini terasa begitu lambat. "CLAIRE?!! AKU TIDAK MENYANGKA KAU BISA MEMBAWA MOTORKU." Aku balas memekik.

Claire memutar kedua bola matanya saat menatap jalanan di depannya. "CEPAT AKU MENGIKUTIMU DARI BELAKANG!!" pekik Claire lalu melepas salah satu tangannya dari stir motorku, untuk menurunkan kembali kaca helmnya. Aku menatap kedepan dan melihat seorang anak berjalan mundur tepat di depan laju motor Claire. "CLAIRE AWAS!!!!!" Aku sontak memekik padanya. Lalu aku melihat Claire mengerem laju motornya hingga terhenti, aku masih mengemudi dan melihat Claire terlihat begitu shock dari spion mobil Ferrari ini.

Dengan cepat Claire kembali menyusul dan mengemudi mengekor tepat di belakangku. Aku mengemudi dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Tidak lama kemudian aku sampai di rumah sakit, dan melihat keadaan Mario yang masih pucat dan tak sadarkan diri. Aku berpikir, sebenarnya apa yang membuat pria ini begini. Aku rasa pukulanku tidak terlalu keras, sampai bisa membuat seorang pria besar seperti Mario bisa terhuyung jatuh dan tidak sadarkan diri. Aku tahu, pasti tidak ada yang beres dengannya.

Aku beringsut keluar dari mobil, dan berlari meminta bantuan kepada penjaga rumah sakit yang berada di Lobby. "Tolong aku, temanku kehilangan kesadaran." ujarku pada salah seorang suster, dan seorang penjaga lelaki. Kemudian dengan cepat mereka mengambil sebuah kasur dengan roda, dan mengikuti langkahku berlari keluar lobby. Claire sudah menunggu dengan memakirkan motorku tepat di belakang Ferrari Mario. Claire terlihat begitu shock, hanya dengan melihatnya saja, aku tahu, Claire sangat menyayangi sahabatnya ini. Entah kapan aku merasakan perasaan yang sama, dapat di sayangi, dan dikhawatirkan oleh seseorang. Huh. Apa yang bisa kuharapkan, aku hanya seorang anak tanpa keluarga, tanpa Ayah, tanpa Ibu, tanpa kakak.

"Justin ayo." ujar Claire membuyarkan lamunanku, saat para perawat sudah mulai membawa Mario ke Emergency Unit. Aku berlari di belakang Claire, gadis itu menangis sembari menatap Mario yang terpejam dengan wajah yang begitu pucat. Aku sedih melihat Claire seperti ini, dia seperti bukan seorang Claire yang aku kenal, bukan Claire yang ceria lagi. Dia sangat sedih melihat Mario seperti ini, entah kapan aku bisa mendapatkan seseorang seperti Claire.

"Maaf nona, anda harus menunggu diluar." ujar seorang perawat menghalangi langkah Claire masuk kedalam. Dia menutup mulut dengan kedua tangannya, air mata perlahan kembali menetes dari kedua matanya. Aku mengangkat tanganku, ingin sekali memeluknya, dan menenangkannya. Tapi aku tidak berani, aku terlalu takut, aku pernah menyakiti hatinya dengan ucapanku yang begitu dingin. Ah lupakan saja sifat pengecutmu itu Justin. Kau pernah berbuat salah padanya atau tidak, Claire butuh seseorang untuk membantunya menenangkan diri.

Aku menghela nafas dalam, dan menyentuh bahu Claire. "Claire? Semua akan baik baik saja." ujarku padanya. Claire menghapus air matanya dengan jari jarinya, lalu gadis itu menatapku. Aku meregup bahu Claire dan menariknya kepelukanku. "Everythings gonna be alright." ujarku padanya. Claire mengangguk lemah. "Tapi aku takut Justin, aku takut, Mario benar benar tidak dalam keadaan yang baik baik saja." ujar Claire terisak dipelukanku.

Aku semakin mengeratkan pelukanku padanya. "Duduk disini Claire." ujarku lalu membantu Claire untuk duduk di ruang tunggu. Aku membiarkannya terisak dibahuku, aku harus menenangkannya, aku tahu sebuah lagu yang mungkin akan sedikit menenangkan gadis berambut pirang ini. "Listen to me. Across the ocean, across the sea. Starting to forget the way you look at me now. Over the montains, across the sky. Need to see you face, I need to looking your eyes."

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang