Teruntuk kamu, jangan berhenti membaca, kamu harus terus membaca sampai cerita ini tuntas.
Kamu tau? Mungkin benar pelarianku terhadap Ryan hanyalah sebuah pelampiasan belaka. Pasalnya, walau Ryan berhasil membuatku kembali tersenyum dan sebangsat lainnya, tetap saja semua itu terasa sia-sia kala sejumput masalalu yang berkaitan dengan mu tak sengaja memasuki lorong kepalaku.
Saat Ryan memutuskan untuk pergi, memang sebagian dari diriku merasa kembali rapuh. Biar ku ulang, sebagian.
Waktu untuk melupakan Ryan terbilang amat singkat, berbeda dengan waktu untuk melupakan mu—Terlalu larut, terlalu lama.
Ya, memang, kita saat itu sudah tidak saling berbicara secara virtual lagi seperti hari-hari sebelumnya. Tetapi, tidak berbicara bukan berarti aku tidak memikirkan mu, kan?
YOU ARE READING
H U R T [[Hanya Berisi Narasi]]
NonfiksiTentang kamu yang datang lewat perantara benang merah tak kasat mata yang secara tidak sengaja telah mengaitkan kita. Tentang semua ulah semesta yang mengaitkan dan memutuskan benang merah itu tanpa permisi, menciptakan goresan mendalam yang tak kun...