Jangan terlalu berlebihan dalam membenci, karena sesungguhnya benci dan cinta yang membatasi hanyalah dinding yang begitu tipis. Ketika sudah waktunya, dinding itu akan hancur dan meleburlah perasaan itu menjadi satu lalu terbentuklah suatu ikatan tak terlihat. Logikanya seseorang yang membenci orang lain maka dalam pikirannya hanya ada nama orang yang ia benci saja. Sama halnya dengan cinta. Can you imagine?
---------------------------------------------Seorang pria kini tengah tergantung di hadapan Clara, tangannya terborgol sama hal seperti dirinya. Hanya saja di kedua mata pria tak dikenal itu tengah ditutup menggunakan seutas pita hitam, guna mencegahnya untuk dapat melihat.
"Hei sayang, apakah kau merindukanku?" Sapa Chris hangat, punggung tangannya membelai pipi Clara lembut.
Namun, reaksi Clara justru sebaliknya. Dia muak ketika malam ini bertemu pria itu lagi. "Aku sudah pernah mengatakannya kepadamu, untuk jangan pernah menyentuhku." Ucap Clara sarkastik.
"Aku tidak menerima perintah dari siapapun my dear, karena di sini akulah yang memberi perintah." tutur Chris enteng, ujung hidungnya menyentuh permukaan pipi kanan Clara sensual. Sontak saja wanita itu memalingkan wajah. Giginya mengatup rapat, menahan gejolak amarah yang mulai menggila.
Chris menyeringai, lalu beralih ke sebelah kanan ruangan. Lelaki itu memilah samurai-samurai yang terpampang di depannya hingga memutuskan mengambil salah satu samurai itu.
Suara dentuman sepatu milik Chris kembali bergema, ketika bergesekan dengan papan kayu yang menjadi pijakannya. Setiap langkahnya bagaikan dentingan kematian bagi kedua mangsa yang tengah terborgol.
Tangan kanan Chris mengacungkan pedang tepat di depan wajah pria yang mengenakan penutup mata. Kemudian ia terdiam sejenak, perlahan tapi pasti Chris menyelipkan ujung pedang ke samping pelipis lelaki itu. Raungan kesakitan keluar dari mulutnya ketika sisi yang tajam ikut menyayat kulit pelipisnya. Hingga jatuhlah kain penutup berwarna hitam itu ke lantai.
"C-chris?! M-mengapa kau membawaku ke sini?" Mata lelaki itu mengedar liar ke segala penjuru ruangan.
Enggan menjawab, Chris justru menaikkan sebelah alisnya, remeh. Tanpa aba-aba Chris mengayunkan samurainya ke pergelangan tangan Lelaki itu. Sedetik kemudian...
"Aarrgghhh!" Ringis pria itu menggelegar.
Detak jantung Clara berpacu semakin cepat tak terkendali. Tepat di depannya yang hanya beradius 6 meter, Clara kembali menyaksikan kekejian itu secara real. Air mata lolos begitu saja dari pelupuk matanya. Tersekap di ruangan ini membuat batinnya terkikis sedikit demi sedikit.
BRRUUKK tubuh pria itu terjatuh, tetapi tidak dengan pergelangan tangannya yang masih bergelayut dirantai besi dengan cairan merah yang menghiasi. Darah semakin deras membanjiri lantai. Lelaki malang itu menatap ke arah tangannya tak percaya. "Aarrgghhhh" lelaki itu terus berteriak kesakitan, di wajahnya telah tercampur berbagai jenis cairan, air mata, ingus, dan darah yang merembes mengenai wajah. Tubuhnya berguling-guling di lantai tak dapat mengatasi rasa sakit ditangannya yang terus menerus mengeluarkan darah.
Dengan nafas yang tersengal-sengal dan juga dengan posisinya yang terkapar "aku mohon Chris, tolong lepaskan aku" mohon pria malang itu lirih.
Bukan iba yang Chris rasakan ketika melihat pria itu merintih kesakitan, melainkan kini sebuah senyuman telah terukir di sudut bibirnya.
BUGGHH Chris menedang keras perut pria malang itu, hingga terhempas jauh dan memuntahkan darah segar.Pria malang itu kembali mengeliat kesakitan sambil memegangi perut dengan tangannya yang buntung, sedangkan Chris kini beralih ke samping Clara dan meletakkan samurai yang telah ia gunakan secara keji tadi diatas meja. Aktivitas selanjutnya Chris menimbang - nimbang benda apa yang akan ia gunakan lagi untuk menyiksa korbannya sebelum membunuhnya.
Dan pilihannya jatuh pada benda panjang yang terbuat dari besi dibalut dengan sedikit pelastik di ganggangnya. Obeng. Perlahan, pria itu berjalan mendekati mangsanya yang telah ia buat setengah sadar, sambil memutar obeng ditangan kirinya seperti pemain drum profesional.
Pria malang itu kini seperti seekor kelinci yang tengah terjepit, meronta dengan tangan tidak utuh lagi, mencoba mengangkat kaki Chris yang masih terbalut sepatu hitam mengkilap di dada bidangnya. Namun, sekarang tidak mengkilap lagi karena darah dari lelaki malang itu ikut menghiasi sepatu mahalnya.
"ARRGGGHHHH!!!" Lagi-lagi pria malang itu meringis, saat obeng tertancap di mata kanannya.
Chris masih terus memainkan benda yang ada ditangannya pada rongga mata pria malang itu. Tanpa mendengarkan alunan nada kesakitan yang keluar dari mulut korbannya.
Clara masih menangis tergugu di sisi lain ruangan. Batinnya terus beriak dalam diam. Hingga, bola mata milik pria malang itu mengelinding ke arah Clara. Bangsat!
"k-kenapa k-kau l-lakukan ini padaku?" tanya pria itu terputus - putus. Disela sakit yang menggerogoti tubuhnya, ia masih berusaha bertanya.
Cihh, kesalahanmu adalah berkhianat padaku, jadi kau harus mati Austin! Chris berdecih muak.
Masih dengan tatapan dingin namun menusuk, Chris berucap "aku tidak memerlukan alasan untuk membunuhmu"
What! Berarti aku bisa mati kapan saja di tangan pria gila itu! Batin Clara berteriak tak terima, wajahnya menunjukan keterkejutan yang hakiki.
CRAKK obeng itu berhasil menerobos masuk dari mulut dan menembus tengkorak bagian belakang kepala Austin. Sekarang perut lelaki didepan Clara tidak naik turun lagi, ia telah tewas mengenaskan di tangan iblis bersosok manusia itu. Clara kembali meraung-raung ingin di lepaskan, tak bisa ia bayangkan seperti apa kematiannya kelak.
"Cihh lemah" ujar psychopath itu remeh.
"Biadap!" Teriak Clara ketakutan.
Bodoh! kenapa aku malah mengeluarkan suara seperti itu. Bisa saja manusia gila itu melakukan hal yang sama padaku saat ini juga. Ya tuhan, hambamu saat ini belum mau dan belum siap mati, apa lagi mati ditempat ini karena psychopath sialan itu. Batin Clara merutuki kebodohannya.
Chris menengok ke arah Clara, seketika wanita itu membeku di posisinya sekarang. Sial! mati aku.
Kini Chris melangkah ke arah dimana Clara berada, tepat di depan wajah wanita itu, Chris mencondongkan wajah hingga jarak yang membentang di antara mereka hanya tertinggal beberapa senti. Clara kembali dilanda kemuakkan, lantas langsung menolehkan wajahnya ke samping agar tidak bertemu tatap pada iris Amber itu, yang membuatnya terpesona pertama kali.
Chris menyeringai, lalu meniup telinga Clara pelan, membuat wanita itu merinding seketika. "Maaf ya sayang pertunjukannya kurang menarik" ucap Chris berbisik, lalu punggung tangannya mengusap pipi Clara sehingga meninggalkan noda darah di sana.
Dada Clara naik turun karena emosi, matanya menatap ke arah lain yang hampir berembun mengeluarkan lava beningnya. Ingin rasanya Clara melontarkan sumpah serapah, namun ia masih kurang berani melakukannya sekarang.
"Mengapa kau tidak ingin menatapku?"
Karena aku membencimu, sungguh sangat membencimu. Sampai-sampai rasanya dadaku terasa sesak ketika berdekatan denganmu. Batin Clara.
"Pergilah ke neraka" hanya itu yang mampu Clara ucapkan saat ini.
Chris tersenyum sumbang mendengar ucapan wanitanya. Lalu pergi membereskan mayat pria yang baru saja ia bunuh.
To be Continued
Vote dan Coment merupakan suatu bentuk apresiasi kalian terhadap cerita ini, thanks full of rose.
Ulqquiora 🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn! That Psycho Make Me Falling In Love (√ SUDAH TERBIT-Lengkap)
Romance[18+] WARNING! #mohon kebijakasanaannya (PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!) Sebuah cerita cinta yang berawal dari penyekapan yang dilakukan oleh seorang pria yang mengalami trauma masa kecil. Pembullyan, penyiksaan yang dia terima di lingkungan tempat ting...