Part_15

6K 358 17
                                    

~jika kalian menyukai cerita ini please tell me 😥~

Keesokan harinya, tepat ketika malam telah datang. Hujan dengan rintik-rintik kecil membawa angin besertanya. Gemersik ranting mengetuk-ngetuk atap dengan ragu.

Hening menemani sunyi. Semua makhluk hidup di dalam rumah itu tengah terlelap damai. Namun, sesuatu yang tidak dapat Clara cegah datang dalam bentuk kegelisahan mimpi buruk.

Clara berlari di lorong sempit nan gelap. Tidak ada setitik pun cahaya di sana. Hanya suara engahan napas yang beradu dengan kesunyian. Dia terus berlari hingga sebuah tangan menahan kakinya, membuatnya tersungkur jatuh sangat keras di dinginnya marmer yang telah ditempa angin berhari-hari lamanya.

Clara kembali merasakan sepasang tangan kasar mencengkram kakinya. Menarik tubuhnya cepat. Membawanya jauh ke suatu titik tak berpenghujung dengan berlatarkan hitam pekat di sepanjang dia memandang. Tangan Clara mencoba mengais-ngais marmer yang di laluinya dengan panik. Hingga..

Cahaya putih menampar tubuh serta matanya seketika, membuatnya buta sesaat. Tangan misterius itu sudah berhenti menarik tubuhnya. Perlahan mata itu terbuka dan mengerjap menyesuaikan frekuensi cahaya yang masuk ke retina.

Seperti orang kehilangan arah, Clara bangkit kebingungan. Matanya mengedar liar. Hanya ada warna putih sejauh mata memandang. Gadis itu berjalan, tangannya mencoba menuntun untuk mencari jalan keluar, namun yang ia dapatkan justru sebuah dinding transparan. Tangannya terus menapak, mata itu tak henti-hentinya menatap liar ke arah depan seakan dapat menembus dinding tak kasat mata. Di dalam dinding ada dinding, itulah yang Clara pikirkan. Mengapa semuanya serba membingungkan?

Clara terus berjalan hingga sampai di sudut ruangan. Tempat bertemunya dinding satu dengan dinding lainnya. Setelah sekian lama menjelajah, Clara tampak putus asa dan mendudukkan dirinya frustasi. Menurutnya di ruangan itu tidak ada pintu masuk dan pintu keluar. Lantas dari mana dia datang? Clara meringkuk, menelungkupkan wajahnya diantara lengan yang dia letakkan di atas lutut.

"Clara sayang!" Samar Clara mendengar suara wanita yang menggema di sekitarnya.

"Clara, ini mommy nak" ya.. tidak salah lagi. Clara yakin itu suara ibunya.

Perlahan Clara mengangkat wajah.
"Mom?"

"Iya sayang ini mommy, kenapa Clara ada di sini?" Clara menatap bingung orang tuanya. Beberapa saat kemudian..

"Disini?" Ucap Clara bingung.

Seketika aura mengerikan menguat.

"Ya.. disini!" Suara gema itu memecah keheningan, Seketika wajah sendu ibunya berubah menjadi menyeramkan. Mata merah mengeluarkan darah dan kepala bagian kirinya pecah meneteskan cairan berwarna merah kehitaman. Clara menutup mulutnya takut, bahkan sampai ke titik tidak percaya. Benarkah itu sosok yang melahirkannya? Ibunya kembali menyeringai, menampilkan gigi-giginya yang tajam. Bersamaan dengan itu, ruangan putih tempat Clara berada, seketika berubah menjadi gudang tua, dengan warna hijau di dindingnya yang kian memudar seolah telah dimakan waktu.

Clara beringsut mundur ia masih menatap sosok menyeramkan itu.

Seakan telah dirancang, sudut-sudut ruangan itu mengeluarkan darah dari setiap sisi ketika ibunya tertawa sinis.

"M-mom" Clara merasa tercekat dengan tenggorokannya sendiri. Sedang ibunya masih setia berdiri di sana sambil menyeringai mengerikan.

Kedua tangan ibunya terulur menampakkan kuku-kuku jarinya yang panjang lagi berwarna hitam di depan Clara. Sampai, sepasang tangan itu mencengkram lehernya kuat. Membuat gadis cantik itu mangap-mangap kehabisan napas. "M-mom l-lepas, lepasin Clara mom." Jerit Clara merasakan oksigen yang kian menipis dari paru-parunya.

Damn! That Psycho Make Me Falling In Love (√ SUDAH TERBIT-Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang