Part_18

5.6K 303 26
                                    

Keesokan harinya. Pagi yang sepi tidak menghalangi Clara untuk memulai aktivitasnya sehari-hari. Gadis itu mengedarkan pandangan ke seluruh ruang yang dia lewati. Masih sama. Hanya saja sedikit berdebu.

 Hanya saja sedikit berdebu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Clara menghela napas pelan. Mungkin hari ini dia jadwalkan untuk membersihkan rumah terlebih dahulu. Melihat sofa panjang itu mengingatkan Clara pada sosok lelaki yang seharusnya tidak dia simpan lagi namanya dalam pikiran maupun hatinya. Kenangan bersama Kevin mutar begitu saja di kepalanya seperti kaset DVD dan dia membencinya karena itu membuatnya rapuh. Pelupuk mata Clara hampir mengeluarkan kristal cairan, tapi cepat-cepat gadis itu menghapusnya. Secepat Kevin menghapus Clara dari hatinya. "Kau bisa Melawati ini Clara. Pria itu tidak pantas untukmu" ucap Clara menegarkan diri.

Namun, sungguh demi apapun, Clara tidak siap menerima kenyataan ini. Serasa jantungnya diremukkan dari dalam oleh sosok tak kasat mata. Clara mendudukkan dirinya dengan gusar di atas sofa panjang, lalu menutup wajah dengan kedua tangannya seraya menangis. "Aku membencimu Kevin, aku membencimu" Tangis Clara pilu.

Pagi ini, Clara habiskan dengan membersihkan rumah, membaca buku dan menonton, sesekali menangis. Hingga jam 4 sore dirinya bersiap untuk berangkat ke kampus. Tentu saja dia menjalankan hari-harinya seperti biasa. Namun tanpa Kevin di sampingnya.

Walau kini bukan bulan Desember, tapi tetap saja cuaca kala itu sangatlah sejuk hingga mendekati dingin. Beruntung Clara menggenakan roundhand merah berlapis jaket tebal membalut tubuhnya guna menghalau angin yang menusuk kulit hingga ke tulang.

Kaki jenjang Clara terus menyusuri jalan menuju kampus Cambridge yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Sebenarnya, dia ingin menggunakan sepeda, agar meminimalisir waktu. Tetapi, benda roda dua itu tengah tergeletak di halaman depan rumah dengan bannya yang kempes. Tragis, padahal itu adalah alat transportasi pribadi milik Clara satu-satunya.

Ketika melewati gang sempit tempat pemuda-pemuda mabuk tadi malam, Clara memperlaju langkahnya. Entahlah, dia tidak ingin bertemu pemuda-pemuda berandalan itu lagi. Dan semoga saja tidak akan pernah.

Hingga beberapa menit kemudian, Clara telah sampai di universitas terkenal itu. Belum sampai depan kelas, langkah Clara terhenti, karena melihat desak-desakan di lorong kampus tempat ruang-ruang dosen berada (rektorat). Padahal itu adalah jalan tercepat agar Clara dapat sampai ke kelasnya.

Ada apa? Clara menatap aneh anak-anak cewek yang sebagian besar berada di sana.

"Ada apa?" Clara menepuk pelan pundak seorang wanita yang ber-make up cukup tebal dan mengenakan baju Crop yang memperlihatkan perut mulusnya, serta tidak lupa disandingkan dengan rok pendek di atas lutut.

Gadis itu menoleh antusias sebelum menjawab "ada dosen baru pengganti pak Damian!" Teriaknya histeris.

Seketika Clara menyeringit sebegitu bahagianya? Clara membulatkan mulutnya menciptakan huruf O lalu melangkah pergi. Namun, kini jalurnya harus memutar karena di depan sana masih banyak gerombolan anak-anak yang mengaku hitz tengah berdesak-desakkan. Tidak mungkin bagi Clara untuk menerobos kumpulan masa itu.

Damn! That Psycho Make Me Falling In Love (√ SUDAH TERBIT-Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang