Part_10

6.5K 362 0
                                    

Cahaya matahari menerpa kedua tubuh Chris dan Clara seperti Blitz kamera saat mereka sedang berjalan di bawah pohon-pohon redwood. Pohon-pohon itu seolah berjalan melalui mereka satu persatu. Suara burung pun mulai terdengar walau keberadaannya masih tak tampak.

Hangat, Clara menyukai ketika sinar matahari menyapu wajah dan tubuhnya. Sesaat, dia mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan. Udara segar menyentuh paru-parunya secara teratur. Tak dapat dipungkiri aroma khas dari dedaunan redwood begitu kentara pagi ini.

Ingin rasanya Clara melupakan hal buruk yang menimpanya beberapa hari terakhir. Tetapi dia ragu akan hal itu. Tidak pernah lepas dari ingatannya ketika peristiwa pembunuhan yang telah ia saksikan secara langsung, apalagi ketika melihat saat nyawa dalam raga-raga itu berangsur raib di tangan lelaki tak berperasaan yang kini menggendongnya.

Mengingat itu Clara sangat marah, jijik, tubuhnya terasa gatal-gatal walau hanya di dalam fantasinya.
"Kau bisa menurunkanku, aku berjanji tidak akan kabur."

Tentu saja, tidak dalam waktu dekat ini.  Lanjut Clara dalam hati.

"Kenapa? aku masih kuat untuk membawamu kembali ke Cabin dengan kedua tanganku?" Tidak, lebih tepatnya aku tidak percaya padamu setelah kejadian kemarin. Aku  memberikan kepercayaan kepadamu namun kau mengkhianatinya. Dan akhirnya kau memaksaku untuk melukaimu. Tidak untuk kedua kalinya, aku tidak ingin kehilanganmu walau hanya sedetik, tidak, sampai aku mengamankan posisiku dari hatimu. Seketika raut wajah Chris berubah menjadi dingin.

Clara kembali menutup mulutnya, sambil berpikir ingin memberi alasan apa lagi. "Kau liat" Clara menunjukkan kedua tangannya "aku terborgol bagai mana aku akan kabur jika kuncinya ada padamu"

Seketika Chris memberhentikan langkahnya melihat tato merah muda yang tercetak tepat di tempat borgol itu melekat. Dia tersadar jika dirinya kembali melukai gadisnya. Beruntung kunci borgol itu ia simpan di saku celananya. Chris menurunkan gadis itu, tangannya meraba kedua saku celana yang dia kenakan. Tapi dimana kuncinya? Dia tidak menemukan kunci itu disana. Chris menduga jika kuncinya terjatuh di kawah air terjun.

"Kita harus kembali" ucap Chris kembali menggendong Clara.

"Ada apa?" Clara menyeringit.

"Hantu penunggu air terjun itu marah dan memanggilmu agar kembali ke sana."

Clara memutar kedua bola matanya. Chris terkekeh pelan. "Tidak, aku bercanda. Kunci borgolmu hilang."

"What?!" Pekik Clara kaget.

"Kita harus kembali ke sana karena kunci borgolmu hilang." Ulang Chris masih tenang, seolah hal itu bukanlah masalah yang besar.

"Aku tidak mungkin memutuskan borgol itu pakai kapak. Yang ada kau lebih dulu mati ketakutan, lagi pula aku tidak terlalu yakin dengan kemampuanku menggunakan alat itu. Entah bisa meleset atau tepat mengenai sasaran." Aku Chris, membuat Clara bergidik membayangkan nasib tangannya.

Sesampainya di tempat air terjun itu, Chris menurunkan Clara. "Diam disini, aku akan menemukan kunci itu untukmu."

Tatapan mata Clara tertuju pada lelaki yang menyingsing celana kainnya hingga betis. Dia tak habis pikir. Apa sebenarnya yang di inginkan pria itu darinya? Jika dia mau, lelaki itu dapat membiarkan borgol itu melekat selamanya ditangannya atau kemungkinan yang paling mengerikan memutuskan tangannya tanpa harus bersusah payah untuk menemukan kunci itu di tengah-tengah air yang begitu dingin.

Setelah beberapa lama akhirnya Chris menemukan kunci itu berada di selah bebatuan. Tetapi saat dia menoleh ingin menunjukan kunci itu pada Clara, dirinya tidak menemukan apapun di tempat terakhir ia menyuruh gadis itu untuk menunggunya. Chris menggeram marah. Buku-buku jarinya memutih karena tangannya menggenggam kunci itu begitu keras.

Chris keluar dari jeratan air untuk mencari keberadaan Clara. Sempat terlintas di kepalanya untuk memutuskan kaki wanita itu. Tetapi sesegera ia enyahkan pikiran tersebut dan fokus ingin menemukan Clara.

Tak jauh dari keberadaannya, Chris melihat punggung wanita yang tidak asing berada di balik pohon yang cukup besar. Chris berjalan ke arah sosok itu, perlahan ketika sudah dekat baru dia membuka bersuara.

"Mau mencoba kabur lagi?" Ucap Chris tiba-tiba menyambar lengan Clara, membuatnya sontak terlonjak dan meringis sakit di lengannya.

"Ti-tidak arkhh sakit.." ringis Clara merasakan remasan cukup kuat di lengannya.

"Kau pikir dapat menipuku hmnn?" Ucap Chris sarkas, emosinya ingin segera dilampiaskan.

"Sungguh, lepas... kau menyakitiku" Clara mencoba menarik lengannya dari cengkeraman itu.

"Lantas mengapa kau disini?" Ucap Chris mengatupkan gigi geraham guna meredam kemarahannya.

"A-aku.. aku.." gagap Clara.

"Apa! Jangan bertele-tele!" Bentak Chris akhirnya, mendorong tubuh Clara kasar agar menempel pada batang pohon di belakangnya. Lalu mengunci tubuh Clara di antara kedua lengannya. Chris tidak melupakan bekas cambukan di belakang tubuh Clara, ia hanya tidak dapat mengontrol emosinya sekarang.

Clara meringis.

"Lagi-lagi kau mengecewakanku" Ucap Chris tepat di depan wajah Clara sontak Clara menoleh sambil menahan sakit dipunggung polosnya. Clara dapat rasakan embusan napas menerpa pipinya.
"Mengapa kau selalu memaksaku untuk melukaimu?" Lanjutnya dingin yang mampu membekukan tulang-tulang Clara.

"Hukuman apa yang cocok untuk pembangkang sepertimu?" ucap Chris menggeram.

Clara masih mengatupkan mulutnya, tanpa berniat melihat kilatan marah yang berasal dari hazel didepannya.

"Akan ku buat kau tidak akan pernah bisa lari lagi dariku."

Clara masih terdiam, dia mengerti arti dari ucapan itu. "Mengapa kau terus diam?!" Pancing Chris menolehkan wajah Clara paksa agar menatapnya lalu melumat bibir didepannya rakus.

Clara meronta, seketika menangis saat kekuatannya tak mampu mencegah perbuatan lelaki itu. Namun dia tidak menyerah begitu saja, dengan sisa tenaga Clara mendorong lelaki itu hingga bibir Chris terlepas dari bibirnya. Langsung saja Clara mengelap bibirnya menggunakan punggung tangan yang masih terborgol, seolah dirinya jijik ketika disentuh lelaki itu.

"Aku sangat membencimu! Apa semua yang aku lakukan harus aku beritahukan kepadamu! bahkan jika itu hanya buang air kecil begitu?!" Teriak Clara melepaskan semua emosi yang sedari tadi dia pendam. Diapun tidak peduli bahkan tidak malu lagi. Yang tadi sempat dia rasakan ketika akan memberitahukan kebenaran kepada lelaki itu.

Kini gantian Chris yang terdiam, bibirnya terasa kelu.

"Aku tidak pernah menganggap semua yang kau lakukan baik untukku!" Air mata sudah bermuara di pipi mulus Clara.

"Kau tahu selama di neraka, di tempatmu itu aku selalu bertanya-tanya. Dosa besar apa yang pernah aku perbuat, Mengapa takdirku bisa bertemu orang sepertimu! Dan mengapa Tuhan menciptakan mu jika hanya untuk menyiksa orang lain! Kau tidak berguna! Tidak diinginkan!" Ucap Clara sesegukkan.

Rasa sakit itu tidak terlihat namun mampu mengoyak hatinya dari dalam hingga tak akan mampu dia obati lagi. Chris pun tidak yakin apakah dia mampu mengobati lukanya saat ini. Bahkan kata-kata itu lebih sakit jika di bandingkan dengan luka-luka yang selama ini pernah dirasakan tubuhnya.

Perlahan Chris melangkah mundur, kemudian berbalik meninggalkan Clara yang sedang menangis. Langkah kaki itu mempertegas bahwa dirinya membutuhkan waktu untuk sendiri sekarang.

To be Continued
Budayakan meninggalkan jejak ketika selesai membaca tidak muluk-muluk hanya tekan bintang yang ada di sisi kiri handphone kalian. Iya itu. Di situ. Thanks before.

Ulqquiora 🌹

Damn! That Psycho Make Me Falling In Love (√ SUDAH TERBIT-Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang