Part_20

2.7K 103 2
                                    

Clara semakin mempercepat langkahnya, ketika langit mulai gelap ditutupi awan tebal yang menjanjikan hujan. Di perjalanan, rintik-rintik air mulai membasahi bumi. Membawa angin besertanya. Karena hari telah gelap, Clara tidak berniat untuk berteduh untuk menunggu hujan reda, sebab itu akan membuatnya terlambat sampai rumah. Dia menerobos hujan yang terbilang tidak terlalu deras itu, dengan memeluk dan memasukkan tasnya dalam jaket. Beruntung, ketika keluar rumah Clara selalu menggenakan jaket.

Dan akhirnya, setelah ditabok dengan ribuan air hujan yang membuatnya basah kuyup, Clara sampai di rumahnya. Tangan pucat kedinginan Clara merogoh tas selempang miliknya, mencari kunci rumah. Setelah dapat, Clara memasukkannya ke lubang kunci pintu, kemudian memutarnya. Kenapa tidak bisa? Clara memaksa untuk memutar kunci itu kembali, namun tetap tidak bisa.

Dia panik. Namun di tengah kepanikannya, tak sengaja Clara menekan handlenya hingga membuat pintu rumahnya tiba-tiba terbuka.

Jantung Clara berpacu kencang. Seingatnya, dia tidak pernah lupa mengunci pintu.

Asumsi awal Clara, bahwa rumahnya tengah di masuki orang yang mempunyai niat buruk.

PRANKK suara benda jatuh. Perasaan Clara semakin tidak karuan. Apa yang harus aku lakukan! Kevin?! Ahh tidak-tidak aku tidak ingin berurusan lagi dengan penghianat itu! Perlahan, Clara memasuki rumahnya berusaha untuk berani untuk menghadapi setiap situasi. Ini adalah resikonya karena tinggal sendirian.

Tangan Clara meraih tongkat baseball yang selalu dia letakkan di samping pintu. Walau dia sangat jarang memainkan permainan itu, tapi tetap saja hal itu membawakan keuntungan tersendiri, apalagi ketika terjadi situasi genting seperti ini.

Clara memasuki rumahnya sendiri dengan mengendap-endap persis seperti maling. Dengan perasaan was-was, Clara menyusuri seluruh  ruangan di lantai satu. Tapi, tidak ada siapapun. Dan anehnya, semua lampu telah menyala. Mengapa maling itu begitu ceroboh? membiarkan pemilik rumah tahu jika ada seseorang yang memasuki rumah mereka.

Clara melangkah Sepelan mugkin agar tidak menimbulkan suara ketika menaiki tangga. Dia tidak ingin ketahuan lebih cepat yang akan membawanya pada, entahlah.. dia tidak ingin menduga-duga hal terlampau mengerikan mengenai dirinya. Sudah cukup mimpi buruk yang dia alami beberapa bulan terakhir.

Clara memeriksa seluruh sisi di lantai dua. Tetap tidak ada siapapun. Namun, ada satu kamar lagi yang belum dia jelajahi. Kamar miliknya yang kini masih tertutup. Clara menarik napasnya pendek-pendek karena gugup. Dia bersiap-siap, satu tangannya memegang handle pintu sedang yang satunya lagi menggenggam erat tongkat baseball. Clara membuka pintu itu sangat pelan. Jantungnya kembali memompa dengan cepat ketika melihat seorang yang berperawakan seperti pria, memunggunginya karena sedang membersihkan sisa-sisa pecahan vas di lantai.

Clara berjalan mengendap-endap ke belakang orang itu. Tangannya keringat dingin, sudah bersiap melayangkan pemukul baseball ke kepala orang yang belum menyadari kehadirannya.

Saat orang itu ingin berbalik, Clara lebih dulu memukul kepala pria tersebut hingga membuatnya seketika tergeletak tak sadarkan diri di lantai.

"Ya Tuhan Chris!" Pekik Clara kaget saat wajah pria itu tiba-tiba terlihat.

Cepat-cepat Clara membapah tubuh pria itu ke atas ranjangnya. Kini dia berharap agar pukulan tongkat tersebut tidak membuat pria itu cidera otak atau merusak alat vital lainnya. Clara langsung berlari menuruni tangga dengan tergesa dan hampir membuatnya terjatuh. Tak percaya rasanya, Clara memukul kepala pria itu hingga membuatnya jatuh pingsan. Sebenarnya itu yang Clara harapkan jika yang dia pukul orang lain, bukan Chris.

Saat di tangannya sudah terdapat kain dan stainless berisikan air dingin untuk mengompres, Clara kembali ke atas. Kemudian mengompres kepala pria itu.

Damn! That Psycho Make Me Falling In Love (√ SUDAH TERBIT-Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang